Sabtu, 25 Juni 2011

Ul, rinduku padamu

sungguh ku sangat rindu padamu
bahkan mungkin terlalu rindu padamu

rindu akan hangat tubuhmu
                    peluk eratmu
                     belai lembutmu
                      kecup bibirmu
                     senyum indahmu
                    suara merdumu

sungguh ku sangat merindu
dan semakin terlalu merindu
                               padamu
rindu akan kobar semangatmu
                    ide-ide cerdasmu
                     kritik pedasmu
                     
sungguh ku sangat merindu
semakin bertambah sepanjang waktu
rindu akan hangat cintamu
                    sejuk kasihmu
                     gelora sayangmu
                       gelombang rindumu
                     damai bersamamu

sungguh ku sangat merindu
padamu selalu
puisiku
    kekasihku
       isteriku
          raniku
      Syarifa-ku
         Ulya-ku

ku merindu segala
    di dirimu
        ragamu
         jiwamu
           sifatmu
         caramu
Ul, mmmmmmmmmmmmmmm.....ah...........

Minggu, 12 Juni 2011

rindu padamu

Ul, ku rindu padamu dalam setiap peran yang kau mainkan bagiku. Ku rindu padamu sebagai laki-laki yang merindu perempuan. Aku merindumu sebagai suami yang merindu isteri. Aku merindumu sebagai kekasih yang merindu belahan hati. Aku rindu padamu sebagai seorang sahabat yang merindu sahabat jiwa.
Ul, tak mungkin bagiku untuk menceritakan segala rinduku padamu. Tidak pada siapapun, karena rinduku padamu hanya mampu kubagi padamu. Rinduku padamu hanya mampu ku ungkap padamu. rinduku padamu hanya mampu ku urai denganmu.
Ul, kadang gemetar seluruh badan, bergetar di tiap titik aliran badan, ketika mencoba menahan rindu padamu.

Senin, 06 Juni 2011

hai

Ul, kau tahu, tak mungkin ku ceritakan sepiku kepada orang lain selain dirimu, tak mungkin ku ungkap resah gelisahku kepada orang lain selain dirimu.
rinduku, tak bisa ku alihkan kecuali ke dirimu. getar rasa dan jiwaku tetaplah milikmu. inilah bagian dari anugerah terbesar Tuhanku.
Ul, kini kau lebih tahu dariku kedalaman makna dari tiap peristiwa, lebih dekat pada sang Sejati.

Jumat, 03 Juni 2011

Rinduku Ul

kadang benar-benar seprti hampir putus asa. tak tahu lagi mesti bagaimana. Ul, ketika tiba-tiba ku rindu padamu, rindu belaimu, pelukmu, ciummu, cumbumu, menggigil tubuhku seprti tak ada lagi panas mengalir dalam darahku. Beku dalam salju merindu.
Ul, maafkan aku mesti menggunggumu dengan persoalan seperti ini. Di sana tentu kau tak lagi butuh kehadiran raga, damaimu kini damai jiwa, tak lagi membutuhkan pemenuhan tubuh.
Ul, kadang ku merindumu dalam rindu laki-laki kepada keperempuananmu, raga laki-laki yang membutuhkan raga perempuan, untuk memadu, bersatu, saling mengalirkan panas gejolak sebelum menggumpal membeku yang menyesakkan dada, mengaburkan pikir. Menggigil seluruh tubuh saat itu, ketika panas tak lagi tertahankan, semua jadi kebekuan.
Ul, saat ku merindumu dalam rindu sahabat untuk berbagi, serasa sepi seluruh bumi, lidah kelu terkunci. Segala hal yang mesti dibagi, menumpuk menekan dalam diri. Tinggal sunyi, menahan beban hampir meledak dalam dada, menyesakkan pikiran, menyempitkan wawasan, menyumbat aliran kecerdasan.
Ul, ku merindumu sebagai apapun yang melengkapi diri, tak mungkin mampu ku ganti, tak bisa dialihkan, tak bisa ku belokkan...