Ul, semoga engkau senantiasa berada dalam perlindungan dan
kasih sayang Ia yang menetapkan segala.
Ul, aku ga ngerti aku terlalu merindumu atau engkau memang
telah menyatu dalam diri adikmu, sehingga kembali detak begitu menekan dan
menyiksaku, detak rindu, detak cinta, detak yang sejak lama tak lagi kurasakan
sejak engkau berpindah ke dimensi beda.
Ul, kembali aku merasa hampir tak tertahankan untuk mengatakan
segala yang ku rasakan pada Jun, bahwa ada getar sama yang kurasakan
sebagaimana saat bersamamu ketika bersamanya bahkan ketika sekedar menyebut
namanya, ada detak-detak yang menentu yang sekarang terlalu sering hadir ketika
terpikir tentang dirinya, bahwa kadang aku merasa bahwa pada suatu saat
kayaknya benar bahwa ia akan menjadi bagian dari diriku, bahwa mungkin ia
benar-benar perwujudan dirimu. Atau bahwa mungkin saja bukan engkau yang
mewujud dalam dirinya, bahwa ia sebenarnya tetaplah ia, namun hatiku telah
tertawan oleh sesuatu yang hampir sama dengan yang ada di dirimu.
Ul, sebenarnya tetap seperti dulu bahwa ketakutan terbesarku
bukanlah apakah Jun mau menerimaku sebagai pasangannya atau tidak, kekhawatiran
terbesarku adalah bahwa Jun akan tersinggung atau bahkan marah dan kemudian
tidak lagi mau berhubungan lagi denganku, ketakutanku adalah bahwa aku akan
kehilangan kedekatan dengan orang yang sangat engkau sayangi—dan mungkin
sekarangpun menjadi orang yang sangat aku sayangi (sebagai kakak dan adik)--.
Ul, sebenarnya aku sendiri masih mempertanyakan apakah
ketakutanku ini memang karena aku takut kehilangan kedekatan dengan orang yang
sangat engkau sayangi atau ketakutan kehilangan orang yang tanpa aku sadari
telah menjadi seseorang yang aku cintai (bukan lagi sebagai kakak adik, namun
telah bergerak menjadi cinta seorang laki-laki kepada seorang perempuan). Aku
masih juga belum benar-benar mengerti mengapa seperti ini, kalau memang aku
tidak memiliki bias dalam keinginanku, mana mungkin aku begini ketakutan untuk
mengatakan sesuatu—padahal dulu ketika kami mudah untuk saling berbagi dan
bercerita apapun tanpa merasa takut akan kehilangan sesuatu--. Apakah
ketakutanku ini bukan merupakan pertanda bahwa sebenarnya aku memang mulai
menginginkan Jun sebagai isteriku, bukan sebagai pengganti dirimu, namun
sebagai dirinya sendiri (meskipun sampai sekarang pun aku masih yakin bahwa tak
mungkin bagiku untuk menggantikan dirimu dengan siapapun).
Ul, seingatku Jun pernah
mengatakan padaku bahwa ia tidak mungkin bisa hidup di Selo. Kalau
seperti itu sebenarnya akan sulit bagi kami untuk bisa bersama karena kayaknya
aku pun tak mungkin bisa meninggalkan Selo. Dan kalau memang benar demikian,
berarti ketika aku bertanya pada Jun, ‘apakah mau jadi isteriku?’, mungkin
jawab ya memiliki prosentase lebih kecil dari pada tidak. Lagian, menurutku
tidak ada seorang perempuan pun yang mau untuk menjadi bayang-bayang dari perempuan
lain, mestipun itu kakaknya sendiri yang sangat ia sayangi. Dan aku pun tidak
bisa menjanjikan apapun terkait dengan ini (karena meski aku berusaha semampuku
untuk tidak menjadikannya sebagai bayang-bayangmu jika benar ia menjadi
isteriku, mungkin ada saat ketika aku pun tidak bisa menghindari hal itu).
Ul, aku ga tahu apakah pada akhirnya pada hari-hari ini aku
benar-benar akan mengatakan kepada Jun mengenai hal ini. Yang jelas beberapa
hari kebersamaan kami, aku merasa semakin tidak tahan untuk tidak mengatakan
hal ini kepadanya. Bahkan ada ketakutan tersendiri pada diriku akan ketidak
mampuanku untuk mengendalikan diriku ketika dekat dengannya. Aku takut
tiba-tiba aku melakukan hal-hal yang diluar kendali (ada beberapa kali ketika
aku mesti menggelengkan kepala ketika memandang Jun untuk menghilangkan hasrat
untuk memeluk dan menciumnya, aku sudah
mulai gila kan?).
Ul, kamu tahu kan tahun lalu aku juga merasakan hal yang
sama, bahkan mengatakan padamu bahwa mungkin aku akan menulis kepada Jun untuk
mengungkapkan hal ini?. Tahun lalu aku juga mengurungkannya dengan alasan aku
takut Jun menjadi marah dan tersinggung sehingga tidak lagi mau berbicara dan
berhubungan denganku (apalagi saat itu aku merasa hubungan kami agak renggang—dibandingkan
pada masa-masa sebelumnya). Tahun ini yang aku rasakan jauh lebih tak
tertahankan dari pada tahun lalu dengan ketakutan juga jauh lebih takut
dibandingkan tahun lalu. Tapi, bukankah engkau pernah mengatakan bahwa cara
terbaik untuk mengatasi ketakutan adalah dengan menghadapinya? Dan setahun ini
aku masih menghindari ketakutanku, aku masih mampu untuk menahannya, entahlah
mungkin jika tahun ini aku benar-benar tidak mampu menahannya aku akan
mengatakan hal ini kepada Jun.
Kau tahu Ul, bahkan aku merasakan kecanggungan tersendiri ketika hanya bersama dengan Jun, ketika memboncengkannya saat pulang dari tempat Mas Fuad. Mungkin Jun juga melihat dan merasakan kecanggungan dari gerak dan tingkahku--meski sedapat mungkin aku berusaha untuk bersikap wajar--dan mungkin hanya dengan mengatakan semua ini kepadanya semua kecanggungan ini akan kembali seperti semula, dan mungkin hanya dengan mengungkapkan apa yang mulai terbersit di pikiranku kepadanya hubungan kami bisa kembali sebagaimana semula. Aku sangat berharap dengan hal itu meski masih saja sangat takut untuk melakukannya, takut kehilangannya--entah dengan alasan apa hingga kini pun aku belum juga mampu untuk menjawabnya.
Ul, aku benar-benar merindumu,
merindu semua yang ada di
dirimu,
merindu wajahmu,
merindu matamu,
merindu hidungku,
merindu nafasmu,
merindu aromamu,
merindu sentuhanmu,
merindu belaimu,
merindu cumbuanmu,
merindu menyatu denganmu.
Ul, bantu aku ya untuk memutuskan apa yang mesti aku
lakukan, bantu aku ya untuk menegarkan diri, bantu aku ya untuk tetap merindumu
sepanjang waktu.
Ul, ah….