Minggu, 03 Agustus 2014

Gimana nih....

Ul, semoga engkau senantiasa berada dalam perlindungan dan kasih sayang Ia yang menetapkan segala.
Ul, aku ga ngerti aku terlalu merindumu atau engkau memang telah menyatu dalam diri adikmu, sehingga kembali detak begitu menekan dan menyiksaku, detak rindu, detak cinta, detak yang sejak lama tak lagi kurasakan sejak engkau berpindah ke dimensi beda.
Ul, kembali aku merasa hampir tak tertahankan untuk mengatakan segala yang ku rasakan pada Jun, bahwa ada getar sama yang kurasakan sebagaimana saat bersamamu ketika bersamanya bahkan ketika sekedar menyebut namanya, ada detak-detak yang menentu yang sekarang terlalu sering hadir ketika terpikir tentang dirinya, bahwa kadang aku merasa bahwa pada suatu saat kayaknya benar bahwa ia akan menjadi bagian dari diriku, bahwa mungkin ia benar-benar perwujudan dirimu. Atau bahwa mungkin saja bukan engkau yang mewujud dalam dirinya, bahwa ia sebenarnya tetaplah ia, namun hatiku telah tertawan oleh sesuatu yang hampir sama dengan yang ada di dirimu.
Ul, sebenarnya tetap seperti dulu bahwa ketakutan terbesarku bukanlah apakah Jun mau menerimaku sebagai pasangannya atau tidak, kekhawatiran terbesarku adalah bahwa Jun akan tersinggung atau bahkan marah dan kemudian tidak lagi mau berhubungan lagi denganku, ketakutanku adalah bahwa aku akan kehilangan kedekatan dengan orang yang sangat engkau sayangi—dan mungkin sekarangpun menjadi orang yang sangat aku sayangi (sebagai kakak dan adik)--.
Ul, sebenarnya aku sendiri masih mempertanyakan apakah ketakutanku ini memang karena aku takut kehilangan kedekatan dengan orang yang sangat engkau sayangi atau ketakutan kehilangan orang yang tanpa aku sadari telah menjadi seseorang yang aku cintai (bukan lagi sebagai kakak adik, namun telah bergerak menjadi cinta seorang laki-laki kepada seorang perempuan). Aku masih juga belum benar-benar mengerti mengapa seperti ini, kalau memang aku tidak memiliki bias dalam keinginanku, mana mungkin aku begini ketakutan untuk mengatakan sesuatu—padahal dulu ketika kami mudah untuk saling berbagi dan bercerita apapun tanpa merasa takut akan kehilangan sesuatu--. Apakah ketakutanku ini bukan merupakan pertanda bahwa sebenarnya aku memang mulai menginginkan Jun sebagai isteriku, bukan sebagai pengganti dirimu, namun sebagai dirinya sendiri (meskipun sampai sekarang pun aku masih yakin bahwa tak mungkin bagiku untuk menggantikan dirimu dengan siapapun).
Ul, seingatku Jun pernah  mengatakan padaku bahwa ia tidak mungkin bisa hidup di Selo. Kalau seperti itu sebenarnya akan sulit bagi kami untuk bisa bersama karena kayaknya aku pun tak mungkin bisa meninggalkan Selo. Dan kalau memang benar demikian, berarti ketika aku bertanya pada Jun, ‘apakah mau jadi isteriku?’, mungkin jawab ya memiliki prosentase lebih kecil dari pada tidak. Lagian, menurutku tidak ada seorang perempuan pun yang mau untuk menjadi bayang-bayang dari perempuan lain, mestipun itu kakaknya sendiri yang sangat ia sayangi. Dan aku pun tidak bisa menjanjikan apapun terkait dengan ini (karena meski aku berusaha semampuku untuk tidak menjadikannya sebagai bayang-bayangmu jika benar ia menjadi isteriku, mungkin ada saat ketika aku pun tidak bisa menghindari hal itu).
Ul, aku ga tahu apakah pada akhirnya pada hari-hari ini aku benar-benar akan mengatakan kepada Jun mengenai hal ini. Yang jelas beberapa hari kebersamaan kami, aku merasa semakin tidak tahan untuk tidak mengatakan hal ini kepadanya. Bahkan ada ketakutan tersendiri pada diriku akan ketidak mampuanku untuk mengendalikan diriku ketika dekat dengannya. Aku takut tiba-tiba aku melakukan hal-hal yang diluar kendali (ada beberapa kali ketika aku mesti menggelengkan kepala ketika memandang Jun untuk menghilangkan hasrat untuk memeluk dan menciumnya,  aku sudah mulai gila kan?).
Ul, kamu tahu kan tahun lalu aku juga merasakan hal yang sama, bahkan mengatakan padamu bahwa mungkin aku akan menulis kepada Jun untuk mengungkapkan hal ini?. Tahun lalu aku juga mengurungkannya dengan alasan aku takut Jun menjadi marah dan tersinggung sehingga tidak lagi mau berbicara dan berhubungan denganku (apalagi saat itu aku merasa hubungan kami agak renggang—dibandingkan pada masa-masa sebelumnya). Tahun ini yang aku rasakan jauh lebih tak tertahankan dari pada tahun lalu dengan ketakutan juga jauh lebih takut dibandingkan tahun lalu. Tapi, bukankah engkau pernah mengatakan bahwa cara terbaik untuk mengatasi ketakutan adalah dengan menghadapinya? Dan setahun ini aku masih menghindari ketakutanku, aku masih mampu untuk menahannya, entahlah mungkin jika tahun ini aku benar-benar tidak mampu menahannya aku akan mengatakan hal ini kepada Jun.
Kau tahu Ul, bahkan aku merasakan kecanggungan tersendiri ketika hanya bersama dengan Jun, ketika memboncengkannya saat pulang dari tempat Mas Fuad. Mungkin Jun juga melihat dan merasakan kecanggungan dari gerak dan tingkahku--meski sedapat mungkin aku berusaha untuk bersikap wajar--dan mungkin hanya dengan mengatakan semua ini kepadanya semua kecanggungan ini akan kembali seperti semula, dan mungkin hanya dengan mengungkapkan apa yang mulai terbersit di pikiranku kepadanya hubungan kami bisa kembali sebagaimana semula. Aku sangat berharap dengan hal itu meski masih saja sangat takut untuk melakukannya, takut kehilangannya--entah dengan alasan apa hingga kini pun aku belum juga mampu untuk menjawabnya.

Ul, aku benar-benar merindumu, 
merindu semua yang ada di dirimu, 
merindu wajahmu, 
merindu matamu, 
merindu hidungku, 
merindu nafasmu, 
merindu aromamu, 
merindu sentuhanmu, 
merindu belaimu, 
merindu cumbuanmu, 
merindu menyatu denganmu.

Ul, bantu aku ya untuk memutuskan apa yang mesti aku lakukan, bantu aku ya untuk menegarkan diri, bantu aku ya untuk tetap merindumu sepanjang waktu.

Ul, ah….