Selasa, 06 November 2012

Merasa Diabaikan untuk Kali Pertama; Luar Biasa

Ul, mungkin selama ini perjalanan hidupku terlalu mudah, banyak keinginanku terpenuhi dengan cara yang seringkali jauh lebih mudah daripada yang aku perkirakan. Aku belum pernah putus cinta, belum pernah kecewa atas setiap hubungan yang aku jalani.
Ul kau tahu kan bahwa cinta pertamaku pada seorang perempuan adalah dirimu, dan engkau menerimanya sehingga kemudian kita menyatu. Semua indah bersamamu, tak ada kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan apapun yang mampu mengalahkan kebahagiaan dan keindahan cinta kita.
Ul aku juga belum pernah benar-benar diabaikan oleh siapapun dalam hubungan--baik pertemanan maupun pola hubungan lainnya--sehingga real aku belum pernah benar-benar merasakan bagaimana rasa ketika merasa disisihkan, merasa diabaikan, bahkan dalam pertengkaran dan perselisihan yang paling hebat selama inipun--baik dengan teman maupun dengan rekan kerja--aku belum pernah benar-benar merasa tersisihkan atau terabaikan.
Ul cinta yang aku rasakan darimu, cinta yang menyatu dalam jiwa kita mengajarkan padaku bahwa sesengit apapun permusuhan yang diberikan kepada kita asal dalam hari kita masih penuh dengan cinta, maka tak akan mungkin rasa permusuhan mampu memenangkan pertarungan dengan cinta. Cinta berasal dari hati dan pasti akan sampai juga di hati.
Ul aku juga sangat jarang gagal untuk membujuk orang dengan kata-kataku, kecuali denganmu--karena denganmu kata-kataku hilang makna, karena engkaulah sumber dari setiap kata yang mengalir dari lisanku.
Dan tiba-tiba Ul, dalam sebulan ini aku merasa benar-benar diabaikan. Bukan oleh orang yang selama ini menunjukkan penentangan padaku, bukan oleh orang yang selama ini menggelar permusuhan denganku. Tapi oleh orang yang selama ini kurasakan sudah sangat dekat denganku--secara jiwa tentu--. Ya Jun Ul orang itu. Kalau kamu adalah orang pertamaku dalam cinta, keindahan pertama yang melahirkan berjuta keindahan lainnya, maka Jun adalah orang pertama yang membuatku merasa terabaikan, tanpa makna, ah.. ga lucu ya, he he.
Kau tahu kan Ul, aku pernah merasakan begitu dekat dengan Jun, sehingga apapun bisa kuceritakan padanya--kau ingat hanya ada satu orang yang aku bisa bercerita apapun dengannya, hanya ia yang memiliki kedekatan jiwa denganku. Ketika kita masih bersama, engkau orang itu dan ketika engkau telah berpindah ke dimensi alam lain, maka perlahan Jun menjadi orang itu.
Tiba-tiba aku tidak dapat berkomunikasi dengannya, ia menjadi tak tersentuh. Ini benar-benar kali pertama aku merasa diabaikan, disisihkan. Dan rasanya luar biasa. Muncul kegelisahan luar biasa yang disertai ketakutan akan rusaknya sebuah hubungan baik.
Ul, hari-hari pertama merasa terabaikan mampu membuatku benar-benar ga tahu apa yang mesti kulakukan. Kulakukan segala hal agar dapat kembali mengakses komunikasi dengannya, tapi ternyata gagal. Banyak hal yang membuatku mengalami ketakutan yang begitu menggelisahkan, aku takut aku telah menghancurkan suatu hubungan baik tanpa kusadari. Aku takut bahwa kedekatan kami mesti hancur padahal aku sudah mulai tergantung padanya. Aku takut ini, aku takut itu dan seterusnya.
Bayangkan saja Ul, kami yang biasanya selalu bertukar cerita, bahkan hampir tiap hari sms-an, ngobrol di fb atau pakai skype, tiba-tiba benar-benar tak bisa berkomunikasi sama sekali. Berubah dari orang yang merasa sangat dekat menjadi orang yang seperti tak dikenal memang luar biasa, luar biasa menyakitkan, luar biasa menggelisahkan, luar biasa menakutkan.
Pada hari-hari pertama aku masih berusaha untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan Jun memang jauh lebih keras darimu, aku tidak bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya menulis aku lagi ada masalah mas dan ga bisa bicara dengan siapapun.
Ul, hari-hari ini aku sudah tidak ingin lagi mendesaknya untuk bercerita, yang jelas saat ini aku tidak memiliki akses komunikasi untuk berbicara dan ngobrol dengannya.
Ah Ul, kadang aku benar-benar pengen kembali bisa bercerita dan ngobrol dengan Jun seperti dulu (meski aku masih bisa bercerita dengannya dengan berkirim email atau lainnya, tapi ya yang terjadi hanya monolog bukan dialog). Tidak bisa pula ku pungkiri bahwa ketika aku berkirim email, sms, atau apapun tetap saja aku ingin ia membalasnya (meski aku juga tahu bahwa kemungkinan besar Jun tidak membalasnya).
Ah Ul, inilah pengalaman pertama aku merasa diabaikan, luar biasa menyesakkan dada, luar biasa menggelisahkan, luar biasa menggoncangkan, luar biasa.....
Ul, pengalaman pertama aku merasa diabaikan, membuatku belajar banyak hal. Membuatku sadar bahwa tak semestinya aku membebani Jun dengan berbagai persoalan dan permasalahanku, persoalan Lana, persoalan kita.
Dan tentu saja Ul, aku mesti berterima kasih pada Jun atas apa yang terjadi. Jelas ini merupakan salah satu titik dalam proses pendewasaan diri. Sebuah mata kuliah kehidupan yang selama ini belum pernah kuambil.
Tak usah khawatir Ul, ini bukan kemarahan, ini bukan kekecewaan. Lagian ga mungkin aku marah pada Jun karena ia tidak melakukan kesalahan apa-apa. Percayalah Ul, menyatu jiwa kita menyatu pula apa yang ada di dalamnya. Engkau menyayanginya, aku pun menyayanginya, dan rasa sayang yang memancar dari jiwa kita tidak memungkinkanku untuk marah atau membencinya. Itu juga yang selama ini mengalir dalam diri kita, tak akan kemarahan, kebencian, kekecewaan yang akan mampu memenangkan pertempuran dengan cinta yang memancar dari kebersatuan jiwa kita.

Ul, aku juga ga tahu apakah pada suatu saat nanti aku akan bercerita tentang hal ini pada Jun atau tidak. Entahlah lihat saja situasi dan kondisine, he he..

Kali ini sudah ya Ul, percayalah aku masih meyakini bahwa ketulusan cinta dan menyatu jiwa kita tidak akan mampu dikotori oleh kebencian dan rasa permusuhan.

Love you so much as always....
See you....