Selasa, 22 Januari 2013

pengen berbagi cerita lagi...

Ul, semoga segala kebaikan, keindahan, dan kedamaian selalu bersamamu dan akan tetap bersamamu
Ul, mungkin beberapa hari ini aku sangat ingin berbagi cerita dengan seseorang yang sedikit banyak akan mengurangi bebanku, bukan sekedar melakukan monolog seperti ini, tapi sebuah dialog yang sedikit banyak akan membantuku menguatkan diri.
Ul, kau tahu bahwa aku tidak bisa bercerita pada setiap orang atas apa yang aku alami, dalam dunia nyataku aku hanya bisa bercerita secara bebas dan lega hanya dengan satu orang. Dulu engkau dan setelah itu aku ngerasa Jun menempati posisi itu. Dan saat ini seperti engkau tahu, Jun lagi tidak mau berkomunikasi denganku, meskipun tetap saja kadang aku bercerita padanya seperti aku bercerita padamu saat ini (cerita searah, monolog, bukan dua arah, dialog).
Sungguh Ul, dari awal aku ngerasa ga enak dengan Jun ketika tak sadar ternyata ia perlahan-lahan menjadi the one itu, tak ada maksud apapun dan tak ada kesengajaan bagiku, namun aku meyakini kebenaran dari apa yang kurasakan, kebenaran bahwa aku bisa bercerita apapun padanya, bahwa aku tidak memiliki ketakutan dan kekhawatiran apapun untuk bercerita padanya.
Ah, tapi sudahlah Ul, aku tidak bisa dan tidak ingin memaksanya untuk kembali seperti dulu, menjadi teman yang merelakan diri untuk mendengar banyak cerita dan saling bertukar cerita. Tak ada yang salah dalam hal ini karena mungkin garisnya memang mesti seperti ini, dan kalaupun ada yang mesti disalahkan adalah aku sendiri, karena aku merasa terlalu dekat dengannya sehingga aku merasa memahaminya padahal tidak mengenalnya sama sekali (seperti juga ketika aku merasa sangat memahamimu ternyata baru sedikit saja yang ku pahami tentangmu, he he).
Ul, aku juga semakin yakin bahwa kedekatanmu dengan Jun memang tidak bisa dibandingkan dengan apapun, hubungan kalian sudah sangat dekat bahkan mungkin menyatu, sehingga ketika ada sesuatu yang terjadi dengan Jun, ketika aku melakukan sesuatu yang membuatnya kecewa, marah, atau apapun juga akupun merasakan hal yang serupa ketika aku melakukannya padamu. Karena kalian berdua begitu dekat, maka mengecewakannya berarti mengecewakanmu dan mengecewakanmu berarti juga sakit di hati dan rasaku.
Ul, karena engkau begitu menyayanginya, maka aku pun demikian, tidak mungkin aku tidak menyayangi orang yang begitu engkau sayangi, tidak mungkin aku tidak peduli dengan orang yang begitu engkau perhatikan, karena jika itu ku lakukan pasti sakit yang akan aku rasakan. Cuma, seringkali (dan tak pikir engkau sudah hapal dengan tabiatku) aku melakukan hal-hal yang kadang membuat orang-orang yang aku sayangi kecewa--meskipun itu aku lakukan akibat dorongan dan keinginan untuk menjaga dan melindunginya (sesuatu yang mungkin tidak bisa diterima namun sesuatu yang aku juga tidak pernah melakukannya dengan banyak pertimbangan, karena semua berjalan dan mengalir begitu saja)
Sampai sekarang pun aku masih bingung bagaimana meminta maaf padanya, aku masih terlalu takut jika apa yang ku lakukan malah membuatnya semakin tidak memaafkanku, dan aku sadar aku sangat bias dalam hal ini. Aku tidak bisa benar-benar tulus karena aku takut kehilangan sesuatu, takut kehilangan kedekatan dengannya.
So, bermonologlah aku dengannya sebagaimana dari dulu ku lakukan saat aku tidak memiliki kemampuan untuk berdialog denganmu...
Ini bukan lari sayang, tapi mengalirkan apa yang menyumbat dalam diri biar tidak menghancurkan dinding jiwa, he he...
Ini bukan mengeluh Ul, cuma bercerita dan aku memang tidak punya kebiasaan untuk menyimpan cerita (kau tahu kan dari dulu juga begitu).

Kali ini cukup dulu ya, kapan-kapan disambung lagi. emmmm ahhhhhhh...
selalu ku mencinta dan merindumu di pagi, siang, sore, dan malamku....
selalu ku mencinta dan  merindumu dalam tidur, bangun, lamun, dan sadarku....