Selasa, 07 Desember 2010

Ul, aku tetap yakin bahwa engkaulah isteriku, pasangan jiwaku, penghias relung jiwaku. engkau takdir hidupku, tak mungkin ku tukar atau ku ganti.
Ul, bohong jika aku tak butuh perempuan dalam hidup setelahmu, tapi aku hanya akan menikahi perempuan yang ku rasakan ada dirimu dalam dirinya. Aku hanya akan menikahi perempuan yang Lana merasakan ada ibunya dalam dirimu.
Ul, bagiku cinta satu kali. pasangan sejati hanya satu. Jika terganti, pasti pengganti tak lebih dari perwujudan jiwa yang ada dalam cinta satu kali.
Ul, kadang....ah...sudahlah....ku rindu padamu....hanya padamu.
sorry Ul, jika kadang ku lakukan hal-hal yang tak kau senangi untuk atasi rinduku padamu. maaf jika kadang ku kerjakan hal-hal yang menurutmu tak perlu untuk temani diriku...
terlalu rindu aku padamu, entah kapan akhirnya kita ketemu...

Selasa, 16 November 2010

Untitled

Ul, temani aku malam ini ya...

Blogged with the Flock Browser

Jumat, 12 November 2010

lagi kepadamu isteriku

tak pernah patah
tak pernah salah
tak pernah jatuh
tak pernah luruh
tak pernah letih
tak pernah tertatih

itu anganku
angan yang ku tancapkan
kala kau serahkan semua padaku

kadang ragu
kadang termangu
kadang bimbang
kadang mengerang
kadang takut
kadang kalut

hadirmu sangat berarti
itupun aku tahu
bahkan dalam ketak hadirmu
adamu sungguh jauh lebih berarti

Blogged with the Flock Browser

Ul, jo bosen krungu gersahku ya

Ul. kadang aku bingung
bingung banget
sampai gak ngerti kudu piye

temani aku ya,
hadir dalam tiap tarik nafasku
hangatkan dingin hatiku

Ul, semakin tak kuatke atiku
     semakin ra kuat rasane

Ul,
   tetaplah jadi rinduku
yang meniscayakan ketemu
   selalu

Blogged with the Flock Browser

Jumat, 29 Oktober 2010

di hari pemberangkatan haji

Dulu pernah kau bertanya padaku: "bisa gak kita naik haji?". Ku jawab saat itu: "Asal ada niat pasti kita akan ketemu jalan menuju ke sana". Dan beragam rencana sudah kau buat untuk mewujudkan hal itu, termasuk rencana untuk mengadakan arisan haji dengan teman-teman kantormu. Kini rencana itupun menguap dan bubar seiring dengan kepergianmu.
Hari ini, dua belas calon jemaah haji berangkat dari Selo, tepat habis shalat jum'atan, acara pemberangkatan dilakukan di masjid.
Ketika ku lihat orang-orang memakai seragam jemaah hati Indonesia, dengan warna biru langitnya, tak urung aku kembali menangis, bukan kesedihan, hanya teringat rencana-rencana kita yang belum kesampaian, hanya teringat segala keindahan yang pernah kita rasakan bersama, hanya teringat akan segala yang ada di dirimu.
Ul, hari ini ku putuskan untuk menegaskan kembali keinginan-keinginan yang belum kesampaian, dengan berlandaskan pada keyakinan bahwa apapun yang pernah terlintas dalam pikiran kita--selama itu kebaikan--insya Allah, Allah pasti akan menyertakan dalam diri kita kemampuan untuk mewujudkannya.
Dan yang jelas Ul, aku rindu padamu. sungguh aku rindu padamu.
Semoga kebaikan selalu menyertaimu, wahai belahan yang ditempatkan di sisi kosong jiwaku.
Blogged with the Flock Browser

Minggu, 24 Oktober 2010

Iri telah meracuniku

Hari ini benar-benar aku merasa teracuni oleh rasa iri. Iri akan anugerah dan nikmat yang diberikan Allah kepada orang-orang sekelilingku. Bagaimana mungkin aku merasa sakit ketika melihat teman-teman dekatku berada dalam kebahagiaan. Bagaimana mungkin aku merasa aku lebih berhak atas nikmat itu dari mereka. Padahal aku dulu ikut membantu mereka. Ikut bekerja keras agar mereka dapat berhasil melalui langkah-langkah untuk mendapatkan anugerah ini. Iri benar-benar telah meracuni hatiku hingga aku sempat berpikir dan mempertanyakan kebaikan seluruh titah yang telah ditetapkan.
Dulu aku sering berkata: "Rejeki orang ndak perlu kita hitung karena Allah telah menetapkan rejeki sesuai dengan kadar kebutuhan tiap orang". Lalu mengapa aku sekarang merasa iri. Benar-benar ini.
Benar memang, saat-saat ini aku berada dalam kesulitan yang cukup kompleks. Aku mesti menyelesaikan urusan dengan diriku sendiri dan pada saat yang sama kebutuhan hidup mesti aku penuhi. Tapi, apakah itu boleh digunakan sebagai alasan agar aku iri?
Tak pikir tidak ada alasan apapun yang membolehkan seseorang iri kepada orang lain atas nikmat yang diterimanya, apalagi teman-teman akrabnya.
Tidakkah aku meyakini bahwa nikmat dan rejeki dianugerahkan Allah sesuai dengan kebutuhan tiap insan manusia? Tidakkah aku meyakini bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya? Tidakkah aku meyakini bahwa apapun yang terjadi pasti telah digariskan dan merupakan hal terbaik yang mesti terjadi? Tidakkah pula aku yakin bahwa tidak ada suatu cobaan apapun yang menimpa seorang hamba kecuali Allah telah menanamkan dalam dirinya suatu potensi dan kekuatan untuk menyelesaikannya?
Lalu, kenapa tetap saja iri berhasil meracuni hatiku sehingga merusak pandanganku terhadap teman-teman baikku?
Tak mungkin aku berlari dan menghindar dengan mengatakan ini pekerjaan setan. Tidak ini bukan pekerjaan setan. Mungkin ini lebih pada ketak mampuanku untuk bersabar, untuk melihat sesuatu dari kacamata kebaikan. Mungkin ini lebih karena kenaifanku sebagai manusia. Tak mampu mengendalikan ego yang selalu merasa tinggi, ego yang penginnya menang sendiri, ego yang tak pernah mau mengakui kesalahan diri.
Kini, hanya kepada Engkau ya Rabb aku mampu mengadu. hanya kepada Engkau aku tengadahkan tangan mengharap rahmat kasih-Mu. Mohon kalahkah iri hatiku, mohon tundukkan ego diriku, mohon lapangkan dadaku.
Dan aku pun tahu rahmat-Mu jauh melebihi murka-Mu
Blogged with the Flock Browser

Iri telah meracuniku

Hari ini benar-benar aku merasa teracuni oleh rasa iri. Iri akan anugerah dan nikmat yang diberikan Allah kepada orang-orang sekelilingku. Bagaimana mungkin aku merasa sakit ketika melihat teman-teman dekatku berada dalam kebahagiaan. Bagaimana mungkin aku merasa aku lebih berhak atas nikmat itu dari mereka. Padahal aku dulu ikut membantu mereka. Ikut bekerja keras agar mereka dapat berhasil melalui langkah-langkah untuk mendapatkan anugerah ini. Iri benar-benar telah meracuni hatiku hingga aku sempat berpikir dan mempertanyakan kebaikan seluruh titah yang telah ditetapkan.
Dulu aku sering berkata: "Rejeki orang ndak perlu kita hitung karena Allah telah menetapkan rejeki sesuai dengan kadar kebutuhan tiap orang". Lalu mengapa aku sekarang merasa iri. Benar-benar ini.
Benar memang, saat-saat ini aku berada dalam kesulitan yang cukup kompleks. Aku mesti menyelesaikan urusan dengan diriku sendiri dan pada saat yang sama kebutuhan hidup mesti aku penuhi. Tapi, apakah itu boleh digunakan sebagai alasan agar aku iri?
Tak pikir tidak ada alasan apapun yang membolehkan seseorang iri kepada orang lain atas nikmat yang diterimanya, apalagi teman-teman akrabnya.
Tidakkah aku meyakini bahwa nikmat dan rejeki dianugerahkan Allah sesuai dengan kebutuhan tiap insan manusia? Tidakkah aku meyakini bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya? Tidakkah aku meyakini bahwa apapun yang terjadi pasti telah digariskan dan merupakan hal terbaik yang mesti terjadi? Tidakkah pula aku yakin bahwa tidak ada suatu cobaan apapun yang menimpa seorang hamba kecuali Allah telah menanamkan dalam dirinya suatu potensi dan kekuatan untuk menyelesaikannya?
Lalu, kenapa tetap saja iri berhasil meracuni hatiku sehingga merusak pandanganku terhadap teman-teman baikku?
Tak mungkin aku berlari dan menghindar dengan mengatakan ini pekerjaan setan. Tidak ini bukan pekerjaan setan. Mungkin ini lebih pada ketak mampuanku untuk bersabar, untuk melihat sesuatu dari kacamata kebaikan. Mungkin ini lebih karena kenaifanku sebagai manusia. Tak mampu mengendalikan ego yang selalu merasa tinggi, ego yang penginnya menang sendiri, ego yang tak pernah mau mengakui kesalahan diri.
Kini, hanya kepada Engkau ya Rabb aku mampu mengadu. hanya kepada Engkau aku tengadahkan tangan mengharap rahmat kasih-Mu. Mohon kalahkah iri hatiku, mohon tundukkan ego diriku, mohon lapangkan dadaku.
Dan aku pun tahu rahmat-Mu jauh melebihi murka-Mu
Blogged with the Flock Browser

Iri telah meracuniku

Hari ini benar-benar aku merasa teracuni oleh rasa iri. Iri akan anugerah dan nikmat yang diberikan Allah kepada orang-orang sekelilingku. Bagaimana mungkin aku merasa sakit ketika melihat teman-teman dekatku berada dalam kebahagiaan. Bagaimana mungkin aku merasa aku lebih berhak atas nikmat itu dari mereka. Padahal aku dulu ikut membantu mereka. Ikut bekerja keras agar mereka dapat berhasil melalui langkah-langkah untuk mendapatkan anugerah ini. Iri benar-benar telah meracuni hatiku hingga aku sempat berpikir dan mempertanyakan kebaikan seluruh titah yang telah ditetapkan.
Dulu aku sering berkata: "Rejeki orang ndak perlu kita hitung karena Allah telah menetapkan rejeki sesuai dengan kadar kebutuhan tiap orang". Lalu mengapa aku sekarang merasa iri. Benar-benar ini.
Benar memang, saat-saat ini aku berada dalam kesulitan yang cukup kompleks. Aku mesti menyelesaikan urusan dengan diriku sendiri dan pada saat yang sama kebutuhan hidup mesti aku penuhi. Tapi, apakah itu boleh digunakan sebagai alasan agar aku iri?
Tak pikir tidak ada alasan apapun yang membolehkan seseorang iri kepada orang lain atas nikmat yang diterimanya, apalagi teman-teman akrabnya.
Tidakkah aku meyakini bahwa nikmat dan rejeki dianugerahkan Allah sesuai dengan kebutuhan tiap insan manusia? Tidakkah aku meyakini bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya? Tidakkah aku meyakini bahwa apapun yang terjadi pasti telah digariskan dan merupakan hal terbaik yang mesti terjadi? Tidakkah pula aku yakin bahwa tidak ada suatu cobaan apapun yang menimpa seorang hamba kecuali Allah telah menanamkan dalam dirinya suatu potensi dan kekuatan untuk menyelesaikannya?
Lalu, kenapa tetap saja iri berhasil meracuni hatiku sehingga merusak pandanganku terhadap teman-teman baikku?
Tak mungkin aku berlari dan menghindar dengan mengatakan ini pekerjaan setan. Tidak ini bukan pekerjaan setan. Mungkin ini lebih pada ketak mampuanku untuk bersabar, untuk melihat sesuatu dari kacamata kebaikan. Mungkin ini lebih karena kenaifanku sebagai manusia. Tak mampu mengendalikan ego yang selalu merasa tinggi, ego yang penginnya menang sendiri, ego yang tak pernah mau mengakui kesalahan diri.
Kini, hanya kepada Engkau ya Rabb aku mampu mengadu. hanya kepada Engkau aku tengadahkan tangan mengharap rahmat kasih-Mu. Mohon kalahkah iri hatiku, mohon tundukkan ego diriku, mohon lapangkan dadaku.
Dan aku pun tahu rahmat-Mu jauh melebihi murka-Mu
Blogged with the Flock Browser

Jumat, 08 Oktober 2010

sekedar coretanku

Ul, masih ingat satu ayat yang sering ku katakan padamu ketika kita bicara tentang impian dan angan. Ketika kita bicara tentang kemungkinan kita untuk mewujudkan semua impian kita. Satu ayat di awal juz tiga. satu ayat yang berada di urutan 200-an dari surat Al-Baqarah, la yukallifu Allah nafsan illa wus'aha, Allah tidak akan menimpakan beban kepada seseorang kecuali sesuai dengan kapasitasnya.
     Ul, dulu  aku sering bilang bahwa ayat ini menunjukkan bahwa apapun yang terselip dalam pikiran kita, apapun yang muncul dalam hati kita, apapun angan kita, apapun impian kita, karena telah terselip dan masuk dalam diri kita, insya Allah, Allah akan memberi jalan kepada kita untuk mewujudkannya, asal kita mau berusaha dan terus berusaha.
      Ul, saat ini aku mencoba untuk tetap memegang keyakinan ini. Tak pernah terpikir padaku bahwa ayat ini menjadi jalan ujianku. Tak pernah terpikir padaku bahwa ayat ini berlaku bagiku untuk hal-hal yang tidak menyenangkanku. Tak pernah terpikir padaku bahwa keyakinanku akan ayat ini harus dibayar dengan musibah yang berakhir dengan tiadamu.
       Ul, kadang aku ragu memang. kadang seakan tanpa daya aku. Beberapa hal yang ku coba untuk membangkitkan diriku belum juga menghasilkan sesuatu. Sebenarnya, aku pun sering hampir putus asa. Untung ada Lana yang menjagaku untuk tidak memikirkan hal-hal yang buruk pada pikiranku. 
       Kau tahu Ul, Lana, putra kita, ia lah yang selama ini membuatku untuk tidak putus asa. Ia lah yang selalu ini membuatkan tetap mampu bertahan dalam pikiiran sehatku. Ia lah yang menjagaku dari segala bahaya, terutama bahaya yang berasal dari pikiran dan keputus asaanku.
       Kau tahu Ul, putra kita luar biasa. Sungguh Ul, ia lah keluar biasaan yang membuatku tetap bertahan, Subhanallah. Maha Suci Allah, Dzat yang mencipta segala dengan seluruh nilai-nilai kebajikan yang ada di dalamnya

Kamis, 07 Oktober 2010

Selalu untukmu

Ul, tak mungkin ku melangkah kecuali kau menjadi salah satu alasan bagi langkah-langkahku.

Senin, 05 Juli 2010

persembahan di hariku tanpamu

perkenankan aku
memberi persembahan untukmu
persembahan dari sisa umurku
dengan menjadi wujud dari segala mimpi dan anganmu

perkenankan aku
memberi persembahan untukmu
dengan sisa usia yang terus berkurang
melalui hadir segala cita yang pernah ada

Senin, 28 Juni 2010

begitu merindu

kadang,
terlalu ku merindumu
hingga lidah serasa kelu
              pikir menjadi beku
                yang tersisa hanya pilu
              raut berubah sendu
lalu ke mana ku mesti mengadu
jika bukan Sang Maha Guru
Rabb-ku yang Maha Tahu

6

ul, kadang aku bingung dengan apa yang mesti kulakukan.

Minggu, 06 Juni 2010

Ul, kadang aku ragu akan kuatku. aku tahu ada Ia sang Maha Segala di atas sana.

Rabu, 02 Juni 2010

dalam Gelapku

ya Allah, kadang aku benar-benar merasa luruh. Kadang aku benanr-benar merasa tidak bisa berpikir apa-apa. semua seakan tinggal gelap, gulita, hitam, pekat. Tiada lagi cahaya di mataku.
ya Allah, inginku selalu berpasrah, berserah kepada-Mu. Tapi bagaimana ku dapat merasa berpasrah, berserah pada-Mu ketika setiap waktu, setiap saat, setiap detik, langkahku seakan selalu menjauhi-Mu?. bagaimana ku dapat merasa berserah, berpasrah ketika dalam tiap detakku seakan tidak terima atas semua tetap-Mu.
Kadang aku juga masih harus bersusah payah untuk senantiasa meyakinkan diriku sendiri bahwa apapun kehendak-Mu pasti terpenuhi. Bahwa apapun garis yang Engkau tetapkan bagi setiap hamba pasti sudah dalam kadar yang Engkau tetapkan bagi hamba itu untuk menanggung dan menyelesaikannya.
ya Allah, kadang aku benar-benar merasa tidak tahu harus berbuat apa, harus bagaimana, harus kemana? Ingin ku serahkan semua pada garis-Mu, tapi aku mesti sadar diri bahwa terlalu lekat lumpur menempal di badanku, terlalu banyak debu menutupi mukaku, terlalu banyak noda bergelantungan di badanku hingga kadang ku merasa belum lagi pantas di hadap-Mu, belum lagi layak untuk meminta sesuatu kepada-Mu, belum pada tempatnya untuk memohon kepada-Mu.
ya Allah, tunjukilah aku jalan menuju-Mu. tunjukilah aku jalan membersihkan diriku. tunjukilah aku jalan menuju ridlo-Mu

Senin, 26 April 2010

Bingung aku...

Ul, tadi sore kang Lih ke sini. Ia tanya tentang keseriusanku berkaitan dengan tanahnya. Tanah yang kita rencanakan untuk kita beli. Spontan tadi aku jawab ya, aku serius. Kemudian Kang Lih menceritakan rencananya bagaimana agar tanah itu jatuh ke kita. Ia akan pura-pura membeli tanah itu, dan untuk beberapa lama baru kemudian kita yang berpura-pura membeli tanah itu dari Kang Lih. Tadi aku mengiyakannya Ul. Resikonya, paling nanti aku akan berhadapan dengan Lek Nasir, tapi itu tak jadi soal. Aku bisa minta tolong Mas Fuad untuk ngomong ke Lek Nasir. Kemungkinan kedua, Mas Syamsul akan ndak enak hati jika sampai tahu bahwa ternyata ia telah dipermainkan dalam permainan ini.
Ul, setelah Kang Lih pulang, aku jadi ragu, haruskah ku ambil tanah itu sekarang? Adilkah aku dengan orang-orang yang sudah menawar tanah itu? Lalu, Kang Lih, apakah ini tidak akan menjadi beban baginya? Bukankah terbuka kemungkinan akan terjadi perselisihan antara Kang Lih dengan saudara-saudaranya jika mereka tahu bahwa Kang Lih hanya pura-pura membelinya?
Jika demikian Ul, haruskah ku beli tanah itu jika ternyata membawa banyak ketidak baikan di dalamnya? Haruskah ku beli tanah itu sekarang jika ternyata malah membuat repot dan menyulitkan Kang Lih? Haruskah ku beli tanah itu sekarang jika pada akhirnya aku akan merasa ndak enak hati dengan Mas Syamsul karena aku telah menelikungnya?
Ul, hampir aku putuskan aku mundur saja. Bukan masalah uang Ul, tapi masalah hubungan dengan orang-orang yang telah tertipu dengan permainan ini. Bagaimana jika kemudian mereka tahu bahwa mereka telah ditipu mentah-mentah? Tidak mustahilkan jika mereka kemudian menghujatkan, menyumpaiku bahkan ingin menghancurkanku?
Maafkan aku Ul jika apa yang akan aku putuskan tidak sesuai dengan keinginanmu. Maafkan aku Ul jika pertimbangan yang aku gunakan tidak pas dengan pertimbanganmu.
Tapi Ul jika engkau memang menghendaki tanah itu sekarang, tolong beritahu aku, tolong beri isyarat kepadaku.
Ul. aku tetap berharap meskipun kali ini kita tidak jadi membelinya, suatu saat akhirnya tanah itu menjadi milik kita. Suatu saat akhirnya kita mampu membelinya dari siapapun yang kemudian menjualnya,
Ul, maafkan aku sayang, Sungguh Ul aku sangat menginginkan tanah itu, bahkan aku menganggap memiliki tanah itu bagian dari janjiku padamu Ul.
Tapi, aku juga menginginkan membeli tanah itu dengan cara enak, dengan cara yang tidak menyakitkan siapapun, dengan cara yang dapat diterima oleh siapapun yang juga menginginkan tanah itu. Sungguh Ul aku takut jika ku beli tanah itu dengan cara yang tidak benar akan membawa petaka bagi kita, bagi Lana. Aku takut tidak adanya berkah dari pembelian tanah itu.
Maafkan aku Ul, sekali lagi jika engkau menghendaki aku membeli tanah itu sekarang, beri isyarat kepadaku, tolong beritahu aku. 
Sungguh Ul, aku sayang kepadamu, bahkan mungkin terlalu sayang kepadamu.
kutitipkan rinduku padamu Ul

Kamis, 22 April 2010

Pengalaman adalah Guru Terbaik

Pengalaman adalah guru terbaik. Sudah lama kita kenal dan akrab dengan kata mutiara ini khan Ul. Sungguh kemarin aku benar-benar khawatir dengan Lana, eee...ternyata kata orang-orang itu tidak apa-apa, paling 'tetepen', digigit semut atau 'tengu'. 'Biarkan aja, nanti juga sembuh, atau cukup kasih minyak kayu putih' demikian kata mereka. Dan ternyata memang benar, sekarang semua sudah kembali normal, meski masih ada satu bintik kecil yang dijadikan alasan Lana untuk ogak memakai celana.
Kau tahu khan Ul, Lana putra kita, ia sangat berhati-hati jika berhubungan dengan sakit. Sedikit saja ada yang beda dengan dirinya, entah itu luka kecil, gatal, atau apapun juga, maka ia akan cenderung mensikapinya dengan histeris.
Kadang aku berpikir mungkin ini adalah cara Allah untuk menjaganya. Tapi Ul, kadang aku juga agak khawatir dengan sikap 'over protective'nya Lana. Aku khawatir, jangan-jangan ia jadi tidak berani melakukan hal-hal baru hanya karena kekhawatirannya yang terlalu besar atas hal negatif yang mungkin terjadi.
Ul, ada lagi yang kadang membuatku berpikir bahwa segalanya memang telah disiapkanNya. Jika tak ingat-ingat Lana sudah terbiasa untuk tidur denganku.
Ul, seringlah tengok rumah ya..., kunjungi aku dan Lana, dalam mimpi maupun dalam rasa. Sungguh Ul, aku dan Lana sangat membutuhkanmu. Aku tahu Ul, tempat kita memang sudah beda, tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi hati yang telah menyatu. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Ia yang Maha Segala. Ia Yang Maha Segala tidak akan membiarkan dua jiwa menyatu tercerai dalam perpisahan abadi, aku yakin itu Ul.
Seperti yakinku pada titahNya, begitulah yakinku akan cinta kita. Seperti yakinku akan takdirNya, demikian juga yakinku pada rindu kita.

Rabu, 21 April 2010

Ceritaku kepadamu

Ul, entah apa yang terjadi aku gak ngerti, 'ikut'e Lana membengkak mulai kemarin sore.Aku tidak memperhatikan ketika Lana buang air kecil di tempate bue, tapi kayake saat itu belum membengkak. Aku tahu ketika sudah pulang. Lana bilang pengen pipis, setelah buang air kecil, setelah aku mencebokinya dan pengen memakaikan celana kepadanya, baru aku tahu bahwa ada yang tidak biasa dengan batang zakarnya. Setelah tak perhatikan, ternyata 'ikut'e membengkak, seperti ada air di dalamnya.
Ul, aku berpikir apakah itu terjadi karena kemarin ketika di Unnes Lana minum terlalu banyak es? Tadi malam aku berharap bahwa jika itu benar terjadi karena terlalu banyak minum es teh yang aku sendiri tidak tahu kualitasnya, maka tak pikir pada pagi hari setelah tidur pasti sudah mereda, sudah tidak terlalu membengkak.
Tapi Ul, tadi ku lihat tetap saja masih membengkak. Aku tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa kok tiba-tiba bisa membengkak seperti itu. Aku sendiri tidak pernah mengalami hal seperti itu.
Ul, rencananya nanti aku akan minta Mbak Nani untuk bawa Lana ke klinik desa. Biar tahu apa sebenarnya yang terjadi. Kalau memang terpaksa khitan merupakan jalan keluarnya, maka Lana ya tak khitankan. Aku akan mencari tahu khitan model apa yang paling tepat untuk Lana, setidaknya tidak sakit dan sembuhnya cepat.
Kau tahu kan Ul, Lana sangat histeris jika terkait dengan sakit dan luka. Aku menduga bengkaknya tidak sakit, karena sebelum aku tahu bengkak itu, ia tidak apa-apa, juga tidak mengeluh sakit. Tetapi setelah aku tahu itu, ia mengatakan bahwa itu sakit. Selain itu, malam ini Lana tidur pulas, bangun satu kali dengan tetap ingat pada bengkak itu, sehingga agak rewel, tetapi sebentar kemudian ia bangun lagi, setelah minta tak pangku.
Ul, semoga Lana tidak apa-apa ya. Do'akan bengkaknya segera menyusut tanpa perlu dikhitan sekarang. Karena, terus terang Ul, aku tidak tahu mesti bagaimana menghadapinya jika benar-benar khitan merupakan jalan terbaiknya.
Ul, bantu aku ya...aku sangat merindumu....
Ma'afkan aku jika sampai sekarang pun aku masih saja merepotkanmu...

Selasa, 13 April 2010

ah....

Ul, sungguh berat bagiku untuk bermain muka di depan Lana, putra semata wayang kita. Hampir semua yang ada di dirinya merupakan warisan darimu. Gayanya, manjanya, marahnya, ngambegnya, keinginannya semua selalu terkait denganmu.
Ul, Lana juga tidak pernah suka aku bermuram durja, kesedihan di wajahku tidak pernah dapat ia terima, seperti dulu engkau juga begitu khan?. Kau selalu mencari tahu ketika semburat tidak menyenangkan muncul di rautku. Baginya Ul, tidak boleh ada air mata di mataku. Tidak boleh ada kesedihan di wajahnya. Tidak boleh ada duka di mukaku. Tidak boleh ada kemarahan di diriku. Jika ia merasakan semua itu, ia akan menangis keras luar biasa. Ia akan terus menangis hingga rautku kembali gembira.
Ul, bagi Lana aku mesti selalu gembira, selalu mau diajak bercanda, selalu ramah tanpa marah.
Ul, sungguh berat bagiku untuk bermain muka di depan Lana. Sesedih dan semarah apapun aku, tak boleh ia melihatnya. Betapapun terisak aku, tak boleh ia mengetahuinya. Seluruh duka lara, sedih sengsara, biarlah itu milikku semua, bukan miliknya.
Ul, sungguh berat bagiku untuk bermain muka di depan Lana. Meski ku tahu aku mesti melakukannya.
Ul, di alammu sana, dengan izinNya, jelas engkau lebih tahu keadaanku dan keadaan Lana, temani aku, bantu aku, ingatkan aku untuk semua lalaiku.
Ul, dengan caramu, hadirlah di setiap tarikan nafasku, temani seluruh langkah perjalanku, cumbui hati dan jiwaku.
Ul, aku rindu padamu, sungguh rindu padamu
Ul, kapan kita bertemu?
Peluk ciumku selalu untukmu.

Minggu, 11 April 2010

kembali tentangmu

Ul, maafkan aku jika kau lihat aku belum melakukan apa-apa bagi masa depan buah hati kita.
Ul, kadang aku benar-benar tak tahu mesti ngapa, aku benar-benar bimbang dan gamang. Seakan tak ada lagi pegangan yang dapat kujadikan pijakan.
Ul, aku tahu engkau melihat dan mungkin sangat kecewa kepadaku. Mungkin bagimu saat ini yang ku lakukan hanya untuk kesenanganku. Mungkin dalam pandangannya yang kulakukan semua ini belum menjadi langkah jelas pada penyiapan masa depan putra kita.

Ul, aku tahu kau tidak akan membiarkan aku seenakku. Dengan caramu saat ini tentu engkau tidak akan membiarkan aku semakin tenggelam dalam kegamanganku.
Ul, aku tahu kau pasti akan membantuku, mendukungku, mengingatkanku. Apalagi ketika terkait dengan Lana. Engkau pasti tidak akan membiarkan aku lalai dalam merawat dan menjaga Lana.

Ul, aku kadang benar-benar merasa kewalahan dengan Lana. Kadang-kadang dalam manjanya aku kuwalahan mensikapinya. Marahnya, ngambegnya, sifatnya, manjanya semua engkau wariskan kepadanya. semua membuatku kembali kepadamu.
Ul, seringlah datang dan sambangi hatiku. Biar ku rasa kembali kebersamaan denganmu. Biar kuyakin kembali bahwa ku mampu jalani. Biar ku peluk kembali mimpi-mimpi jaya kita. Biar catatan sejarah membuktikan kehebatan cinta kita.
Ul, aku merindumu. sungguh aku merindumu.
Ul, kapan kita diijinkan bertemu?
Ul, peluk ciumku selalu untukmu.

Rabu, 07 April 2010

kembali goresku

Ul, malam ni harusnya kusiapkan kejutan menyenangkan untuk besok. kejutan yang kadang hanya sebuah kecupan d kening pas kau baru buka mata jelang fajar. aku tahu semburat bahagia pasti memancar di wajahmu. semburat yang kan bangkitkan semua di diriku. Ul, jelas kau tahu betapa cinta tertanam sehingga perpisahan termustahilkan. Ul...ah...

Selasa, 30 Maret 2010

catatan hari ini

kadang benar-benar aku merasa tak bisa apa-apa. Betapa lemah aku yang seringkali ku bungkus dengan kebohongan. mencoba berdiri tapi tak pernah mau belajar berdiri. mencoba kuat tapi tak pernah melatih diri.
kesadaran yang mestinya ku dapatkan dari setiap titik kehidupan, kadang terlalu sering ku abaikan.
entahlah mungkin aku memang kurang ajar.
ul..., i'm so sorry, hingga kini tak ada yang sudah aku lakukan demi langkah. you're my everything itu aku tahu, dan kayaknya aku masih benar-benar belum menerima kepergianmu.

Jumat, 05 Maret 2010

Syukur

Berterima kasih dan bersyukur atas apa yang kita anggap anugrah terbesar dari Tuhan ketika anugerah tersebut diambil kembali oleh-Nya adalah syukur yang sebenarnya.
Menerima dengan lapang dada ketika apa yang kita anggap hal terpenting dari kita hilang dan meninggalkan kita adalah makna keikhlasan yang sebenarnya.
Menangis dan kecewa adalah kelaziman bagi manusia. Sedih dan duka adalah pintu-pintu yang akan mengantarkan kita ke surga.
Meyakini bahwa apa yang kita anggap sebagai musibah terbesar tak lain merupakan hikmah yang akan membawa kita pada kebijaksaan dan kepahaman adalah qonaah yang sebenarnya.
Syukuri semua peristiwa, dari yang membuatmu tertawa hingga yang membuatmu berurai air mata.
Terima dengan lapang dada segalam kejadian, dari yang membuatmu riang hingga yang membuatmu muram.
Tidak ada peristiwa dan kejadian kecuali hanya akan menghantarkan kita pada tingkat kualitas yang lebih agung, lebih tinggi, dan lebih hebat.
Semua tangis kita akan dibalas dengan tawa dan keriangan.
Semua duka kita akan diganti dengan bahagian dan keceriaan.
Semua luka kita akan terobati dengan hikmah dan pemahaman.

Senin, 22 Februari 2010

Entah sampai kapan...

Telah ku coba untuk membaca semua yang dapat ku baca. Ku baca semua bacaan tentang hidup. Ku baca semua pengalaman kesedihan dari sekitar. Ku baca jalan kehidupan orang-orang yang ku anggap hebat. Ku baca arah perjalanan hidup.
Semua mengajarkan bahwa kehilangan besar akan memunculkan suatu hikmah luar biasa. Semua mengajarkan bahwa syukur sejati adalah sebuah kerelaan untuk bersyukur dan berterima kasih atas kehilangan terbesar kita.
Bersyukur karena kita diberi kesempatan untuk merasakan anugerah terbesar itu. Berterima kasih karena kita sudah dipinjami sesuatu yang sangat berharga itu. Bersyukur karena kita diberi amanat untuk menjaga sementara waktu keluarbiasaan bagi jiwa kita. Berterima kasih karena Ia mengkaruniai kita sesuatu yang luar biasa.
Tapi kehilangan tetaplah kehilangan isteriku. Aku masih manusia biasa yang lemah, mungkin lebih lemah dari siapapun yang dipandang lemah orang lain. Aku masihlah seorang bodoh yang masih harus belajar banyak tentang kehidupan. Belajar banyak tentang makna tersembunyi dari sebuah perjalanan hidup.
Tak ku pungkiri ul, betapa aku masih sangat membutuhkanmu. Kebutuhanku akan dirimu jauh melebihi apa yang pernah aku pikirkan dalam ketinggian nilai dirimu bagimu.
Terlalu sering ku rasakan ketidak berdayaan, meski aku yakin akan kuasa Sang Maha Segala. Terlalu sering ku rasakan ketak bergunaan, meski tak kurang yakinku akan takdir Sang Maha Segala.
Entahlah Ul, entah sampai kapan aku belum bisa menerima ketiadaanmu. Entah sampai kapan aku belum bisa menerima bahwa engkau telah kembali. Entah sampai kapan aku belum bisa menerima dengan lapang dada ketiadaan lahirimu di sampingku.
Kadang aku merasa tiada lagi asa. Tiada lagi harap. Tiada lagi impian. Telah sirna semua asa bersama dengan dirimu. Telah punah segala harap bersama dengan pergimu. Telah mati tiap impian bersama dengan bersemayammu.
Kadang begitu besar ku inginkan kematian. Kematian yang ku harap menjadi pertemuan bagi kita. Kadang ku rasa dunia tak lagi mau menyapa dan bersahabat dengan segala asa, meski ku yakin rahmah Sang Segala Maha masih bertebaran di mana-mana.
Entahlah Ul, entah sampai kapan aku baru bisa menerima segala dengan lapang dada. Aku sangat merindumu. Setiap malam ku berharap pertemuan denganmu. Aku tak tahu harus bagaimana, apa yang mesti ku lakukan agar setiap malamku engkau temani, engkau sambangi.
Seluruh kata kita tercekap di kerongkongan. Tak bisa lagi aku bicara pada siapapun. semua kita kini tinggal mengendap di dada, hingga kadang secara sangat sesak di dada.
Keluhku kini hanya pada Sang Maha, meski kadang ku rasa aku tak layak melakukannya. Masih terlalu kotor ku tuk berharap kabulnya. Masih terlalu naif ku tuk mengharap aminnya. Meski kadang hampir tak kuasa ku tahan semua kata di dada. Hampir tak sanggup ku tahan semua rasa di dada. Rindu harus diobati. Cinta harus dijawabi. Pertemuan menjadi niscaya.

Ya Allah, dalam ketak patutanku ku lantunkan do'aku
mohon kabulkan harapku
perkenankan pertemuanku dengan isteriku
beri jalan bagi hidupku
terangi dan lapangkanlah dadaku
kuatkan diriku
teguhkan imanku
abadikan cintaku

Jumat, 12 Februari 2010

Bagaimana mesti aku

Kadang seperti kehilangan arah, tak tahu lagi kemana mesti melangkah.
Kadang seperti dalam gelap terbentang, tak tahu lagi di mana terang berada.
Kadang seperti berada dalam kehampaan tanpa tepian, tak tahu lagi kemana mesti ku cari nilai diri.
Engkau lebih dari sekedar anugerah bagiku, itu aku tahu.
Engkau telah menjadi jiwaku, ruhku, sukmaku, anganku, mimpiku, isteriku.
Kini ku rasa yang ku miliki tinggal raga, tanpa jiwa, tanpa ruh, tanpa sukma, tanpa angan, tanpa impian.
Langkahku kini tak lebih dari debu yang ikuti arah angin, tanpa tujuan, tanpa keinginan, tanpa harapan, tanpa capaian.
Tak tahu ku sampai kapan. Semoga tak terlalu lama.
Ada harapan yang mesti ku bentang, ada angan yang mesti ku wujudkan, ada mimpi yang mesti ku penuhi.
Semoga amin menjadi jawab-Mu, Wahai Engkau Sang Maha Segala, Sang Pengkabul Do'a, Sang Pencipta Rasa, Sang Penganugerah jiwa.

Sabtu, 06 Februari 2010

unek q

Entahlah Ul, kadang ku tak mampu berpikir apa-apa lagi. Tak ada lagi kejernihan dalam pikirku. Gundah hatiku terlalu berkuasa hingga tata pikirnya tak mampu bekerja sama sekali.

Entahlah Ul, mungkin aku belum benar-benar menerima kenyataan ini. Masih belum percaya aku bahwa kau tiada di sisiku lagi. masih belum percaya ku bahwa engkau kini hadir tinggal di hatiku, di jiwaku. hanya menjadi ruhku.

Entahlah Ul, aku tak tahu sampai kapan aku seperti ini. Terlalu sulit saat ini bagiku tuk terima kenyataan. Masih goncang seluruh jiwa dan ragaku.

Entahlah Ul, semoga Ia tetap perkenankan kau selalu berada di hatiku, menjadi jiwaku, ruhku. Semoga Ia tetap perkenakan kita tetap bersama. Semoga Lana menjadi penuh kemanfaatan bagi sesama. Semoga Lana benar-benar menjadi kejora kita, kebanggaan kita, bintang cemerlang yang bersinar di atas kepala kita. Mentari benderang yang menerangi seluruh semesta kita. Penyambung kegemilangan dan kemegahan garis sejarah kita.

Ul, tenanglah di sana dan biarkan jiwa kita tetap bersama, cinta kita tetap terjaga, rindu kita tetap menyatu.
Ul, mohonkan pada Ia yang segala Maha, agar perkenankan keabadian pada kebersamaan jiwa dan ruh kita.

Ul, i love you. Selamanya dan selama Ia memperkenankannya

Selasa, 02 Februari 2010

Segalamu

tak tahu lagi mesti bagaimana ku ungkap ini. engkau anugerah terbesar bagiku. takdirmu adalah segala bagiku. kau hias seluruh hariku. kau warnai seluruh relungku. kau megahkan seluruh sisi hatiku.
aku tahu semua terjadi karena-Nya. Ia yang menghadirkan dirimu di hatiku. Ia yang menganugerahkan rasa di jiwaku. Ia yang menyatukan hati dan rasa kita. Ia pula yang menentapkan engkau sebagai segala bagiku.
kini aku luruh dalam ketiadaanmu. aku rapuh dalam ketak hadiranmu. aku ..... tak tahu harus bagaimana menggambarkan diriku.
tak pernah terpikir olehku. tak pernah terbersit dalam lintasan anganku. terlalu singkat kebersamaan yang dianugerahkan kepada kita. meski ku tahu berapa pun bentangan waktu yang dianugerahkan, tetaplah terlalu singkat bagi hati yang telah bersatu dan berpadu.
kini, dalam tidur panjangmu, aku mohon padamu, bisikkanlah lantunan doa pada Ia yang maha. agar Ia perkenankan kita tetap bersama. agar Ia perkenankan kita tetap bersatu dalam jiwa. agar Ia perkenankanmu menyatu dalam diriku.
biar buah hati kita tetap rasa kasih ayah ibumu. biar buah hati kita tidak merasa kurang limpahan cinta. biar putra kita berkembang sesuai ingin dan cita kita.
engkau segala  bagiku, kau tahu itu kan?

Minggu, 24 Januari 2010

Engkau bagiku

Betapa berat ku rasa sejak tiadamu, isteriku. Kerinduan semakin membuncah tanpa tahu bagaimana menghadirkan pertemuan. Sepi semakin menjadi tanpa tahu bagaimana cara mensikapi. Aku tahu, isteriku, Allah tidak pernah meninggalkanku. Tapi ini hukum dalam percintaan dan kerinduan. Keindahan cinta ada dalam rindu, isteriku. Dan kepastian rindu adalah pengharapan mendalam atas adanya sebuah pertemuan.

Hanya dalam pertemuan rindu lah cinta mendapatkan keagungan dan kesyahduannya.
     Kadang yang ku ingin hanya segera bertemu denganmu, isteriku. Menyusulmu kalau perlu. Bersemayam di sampingmu.
   
 Kini Lana menjadi satu-satunya alasan bagiku kenapa aku mesti bertahan, mengapa aku mesti menyisakan nafasku, mengapa aku harus berdiri tegak dan melangkah tegap. Masa depan Lana harus menjadi niscaya. Bukan sekedar angan kita.
  
 Sungguh isteriku, kadang aku merasa tak mampu lagi untuk bertahan. Kadang diriku seakan tak kuat lagi tahan beban. Berjalan tanpa keutuhan jiwa. Melangkah tanpa keseluruhan hati. Menapak dengan sukma entah di mana.
 
 Tak mungkin juga ku dikte Ia yang Maha Segala, agar tiap malam perkenankanmu temui aku. Biar berkurang sepi ini. Biar terobat rindu ini. Biar ku rasa kembali kebersamaan hati.

Ku rasakan rinduku semakin menjadi. Gundah semakin membuncah. Sepi semakin menjadi. Aku tahu sifat rindu, semakin hari semakin dalam, semakin menuntut pertemuan. Tiadanya pertemuan akan membuat sepi makin tak terkendali, makin kuasai hati.

Meski dunia dan isi ditawarkan, tak kan pernah mampu gantikan. Isteriku, isteri adalah segala bagi suami. Engkau segala bagiku. Anugerah terbesar setelah iman. Dunia tak ada arti di hadap nilaimu bagiku. Tiadamu juga meniadakan diriku.

Isteriku, ah... tak tahu lagi aku harus berucap tentangnya. Terlalu banyak yang tak dapat diungkap kata. Terlalu tinggi untuk dicerna kalimat. Terlalu agung untuk mampu diurai huruf

Kamis, 21 Januari 2010

Akhir Mula

Tak tahu aku
kembali sepi selimuti diri
kembali jiwa terasa hampa

Kelebatmu yang jauh dari
           jangkauku
hadirmu yang jauh dari
           mampuku
mensepikan diri
  mensenyapkan jiwa
    mengheningkan sukma

aku luruh seluruh-luruhnya
aku lebur selebur-leburnya
aku lunglai selunglai-lunglainya

ah.....
   kemana pergi seluruh daya
   kemana sirna semua tenaga
bersamamu kah?

aku kembali seakan
             tak ber-Tuhan
hanya kesendirian yang ku
                    rasakan

untung yakinku tak copot
                       dari badan
meski goyah
     masih ku yakin luasnya
                    kasih Tuhan

Senin, 18 Januari 2010

Ada Masanya...

Ada masanya kita tertawa
ada masanya kita menangis
ada masanya kita gembira
ada masanya bermuram durja

Semua ada masanya
jangan sekali-kali kau ubah masa

Semua ada masanya
biarlah berjalan sebagaimana adanya

Sabtu, 16 Januari 2010

About ur act






Selalu

semoga selalu ku tundukkan wajahku
                                       di hadap-Mu

semoga selalu ku tengadahkan tangan
                                     kepada-Mu

semoga selalu ku panjat do'a
                               hanya pada-Mu

semoga selalu Kau curah cinta
                              di hatiku

semoga selalu Kau abadikan jiwa
                              di jiwaku

semoga selalu Kau perkenankan ia
                               menemuiku

semoga selalu Kau ijinkan keabadian
                               di diriku

semoga selalu Engkau jadi
            penolong dan pelindungku

Rabu, 13 Januari 2010

your pic




Rindu

ku rindu
     pelukmu
          cumbumu
                 gairahmu

ku rindu
    semua yang ada
               di dirimu

ku rindu dirimu
             isteriku

Selasa, 05 Januari 2010

Kepada-Mu aku mengadu

Aku tahu
    terlalu banyak ketidaklayakan bagiku
                                       untuk mengadu
    apalagi
kepada-Mu

    terlalu tebal lumpur dan noda menyelimuti
                                          tubuh dan jiwaku
    terlalu banyak kelalaian membungkus
                                          hatiku
    terlalu sering pengabaian menghiasi
                                          hariku

tapi kepada siapa lagi aku mengadu
                           selain pada-Mu
biarlah aku hanya mengadu
                           pada-Mu
meski tanahku tak pernah pantas
                            mengadu pada-Mu

Jumat, 01 Januari 2010

Tahun Baru

Telah datang masa baru
    meninggalkan masa penuh catatan takdir diri

Mesti mulai ku tulis lembaran baru
   lembaran yang sama sekali berbeda dengan lembaran-lembaran lalu
Mesti ku rangkai kisah-kisah baru
   kisah-kisah yang tak pernah ku bayangkan di masa lalu

Inilah tahun baru di mana kebersamaan kita hanya di hati
                          di mana kerinduan hanya bisa dipertemukan
                                                                                dalam mimpi
                          di mana harapan mesti digantungkan pada
                                                                                 Sang Hakiki

Inilah tahun baruku
         tahun kehilanganku
dan semoga...
        menjadi tahun kebangkitanku
bersamamu selalu di hatiku

Matur Thanks You

Matur thanks you
       ku ucap padamu
Malam tadi kau menyambangiku
    masih tetap dengan gayamu
    masih tetap dengan kesederhanaanmu
    masih tetap dengan segala yang ada di dirimu

Matur thanks you
      ku ucap padamu
aku senang kau kunjungi aku
karna tak mampu lagi ku mengunjungimu

Matur thanks you
      ku ucap padamu
atas segala keindahan yang kau cipta untukku
atas segala kemegahan pada tiap hadirmu

Matur thanks you
      ku ucap padamu
semoga kau slalu punya waktu untuk menengokku
semoga Ia yang Serba Maha memberikan perkenannya padamu

Matur thanks you
      ku ucap padamu
selamanya engkau kekasih hatiku
selamanya engkau menjadi jiwaku

Syukron Ya Rabb

Syukron ya Rabb...
    Kau perkenankan aku bertemu kekasihku
    Kau ijinkan ia untuk menemuiku

Syukron ya Rabb...
    aku merindunya sepanjang waktu
    aku mendambanya selalu

Syukron ya Rabb...
    Kau perkenankan hatiku tetap merindu
    Kau ijinkan jiwaku tetap mendamba

Syukron ya Rabb...
    meski dalam tidur aku bertemu
    cukuplah itu bagiku

Syukron ya Rabb...
    aku tahu Engkau pasti mengasihiku
    karna kasih-Mu merata tak pandang bulu

Syukron ya Rabb...
    hanya itu yang mampu ku ucap bagi-Mu