Jumat, 30 November 2012

the most difficult to handle...

It's true. For me, this is the most difficult to handle. Lana and all about him.
Sungguh Ul, saat engkau berpindah ke dimensi yang lebih tinggi aku benar-benar merasa bahwa akhir hidupku mungkin akan dimulai. Dan Lana adalah alasan terkuatku untuk tetap bertahan.
Aku tahu aku tak mungkin bisa hidup tanpamu, so jika aku tetap tanpa hadirmu tetap saja aku tak akan mampu. Maka, aku katakan kepada jiwa untuk tetap bersama, karna fana hanya dimiliki oleh raga, fana tidak menyentuh jiwa.
Pada awal-awal perpindahanmu ke dimensi lain, aku benar-benar belum menyadari hal ini Ul, aku mulai menyadari bahwa ada hal yang lebih sulit dan lebih berat dari perpisahan denganmu setelah aku beberapa bulan kemudian ketika aku mulai mampu menghadirkan kebersamaan jiwa bersamamu. Ketika aku mulai menyadari bahwa raga kita adalah wadah bagi jiwa kita dan jiwa kita tetap hidup dan hadir meski tidak dalam wadah raga.

Ul, aku tahu Lana berbeda dengan anak-anak lainnya, bahkan sebelum perpisahan denganmu pun ia sudah berbeda. Ia memiliki ukuran tersendiri atas apapun yang ia lakukan. Ia memiliki standar tersendiri atas tingkat resiko apapun yang akan ia lakukan. Jelas bagiku bahwa ia memang telah dipersiapkan Tuhan untuk menghadapi hidupnya.
Namun, aku juga manusia biasa, sepandai apapun aku berusaha untuk meyakini bahwa Lana berbeda dengan anak-anak lainnya, tetap saja ada saat-saat tertentu mau tidak mau aku memperhatikan perkembangan psikologisnya dan memperbandingkannya dengan anak-anak seusianya, bahkan dengan anak-anak yang berusia di bawahnya.
Ul, terus terang hal yang paling menggelisahkanku dalam perkembangan psikologis Lana adalah tingkat ketergantungannya dengan orang lain (terutama mbak Nani). Hingga saat ini Lana tetap belum bisa ditinggal mbak Nani, di sekolah ia masih harus ditemani mbak Nani di dalam kelas, padahal teman-temannya sudah tidak ditunggu para pengantarnya, bahkan di TPQ mbak Nani malah harus ikut berada di sampingnya, ketika teman-temannya sudah tidak ditunggu siapa-siapa.
Aku bingung Ul, gimana cara melepaskan ketergantungan itu secara pelan-pelan. Setiap kali aku mencoba untuk menggantikan mbak Nani nganter sekolah yang terjadi adalah Lana malah nangis dan ga mau berangkat. Ah mbuhlah Ul, gak ngerti ku mesti bagaimana.
Ul, kadang aku juga tidak bisa menghindari untuk membandingkan perkembangan intelektual Lana dengan anak-anak sebayanya. Ketika anak-anak sebayanya bahkan anak-anak yang secara usia berada di bawahnya sudah mulai menghafal dan mengenal angka dan huruf, Lana tetap saja belum mampu untuk melakukannya. Benar memang bahwa itu bukan ukuran apakah seorang anak terbelakang atau tidak, namun kadang aku benar-benar ga bisa menghindarkan diri untuk tidak membandingkannya.
Dan kau tahu Ul, masalah terbesarku adalah bahwa ternyata aku benar-benar belum mampu untuk menjadi seorang pembelajar bagi Lana. Aku benar-benar tak mampu membuat Lana belajar dan senang belajar bersamaku. Aku benar-benar bingung Ul, kadang ga ngerti harus melakukan apa agar bisa memaksimalkan pembelajaran Lana sesuai dengan model dan karakternya.
Belum lagi ketika tiba-tiba Lana kehilangan seluruh kendali dirinya, ketika tiba-tiba ia menginginkan sesuatu dan ketika tiba-tiba ia seperti kehilangan apa yang ia inginkan. 
Kau tahu Ul, beberapa kali Lana tiba-tiba ndak mau berangkat sekolah, benar-benar ndak mau. Gak tahu aku mesti bagaimana mensikapinya, kadang juga tak biarkan ia ga berangkat sekolah. 
Ul, kadang aku juga berpikir jangan-jangan Lana terlalu terbebani dengan sekolahnya. Pagi ia mesti di TK dan sore di TPQ, tapi aku juga berpikir kalau tidak seperti itu trus gimana cara membelajarkan Lana. Sungguh Ul aku benar-benar ga tahu harus melakukan apa untuk memaksimalkan kemampuan dan potensi Lana, jangankan melakukan hal itu, ngajari Lana nulis ae aku ga bisa, bingung gimana carane.
Ul, aku tidak terlalu bingung ketika Lana sakit, karena bagiku itu jauh lebih mudah diatasi daripada hal-hal yang bersifat non-fisik. Mungkin hari-hari ini yang bisa ku berikan kepada Lana baru sebatas pemenuhan dalam persoalan-persoalan fisik--itupun aku yakin masih dalam batas yang jauh dari sempurna--
Dan kau tahu Ul, segala sesuatu yang berhubungan dengan Lana dan hal-hal yang terkait dengan cara menghebatkan Lana adalah hal yang sering membuatku berpikir bahwa aku tidak mungkin mampu menjalankan peran ini sendiri, aku butuh orang lain untuk membantuku menjalankan peran ini dan itu bukan mbak Nani. Mbak Nani ga bisa karena mbak Nani selalu memposisikan diri sebagai emban bagi Lana.
Aku butuh seseorang yang bisa tak ajak bicara, bertukar pikiran, dan memberi masukan bagaimana dan apa yang mesti aku lakukan agar mampu membuka jalan bagi Lana dalam proses perkembangan pribadi dan intelektualnya.
Ah, entahlah Ul, aku sendiri kadang sudah tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi pada diriku, dan Lana bukan aku, Lana adalah garis masa depan yang akan menghadirkan dan mengabadikan jiwa kita dalam lintas sejarah kehidupan. 
Ul, benar-benar kadang aku merasa tidak akan sanggup melakukan ini sendiri, aku butuh seseorang untuk bersama-sama denganku, denganmu, dalam usaha membelajarkan dan menghebatkan Lana untuk menjalani garis hidupnya. Dan aku tak terlalu peduli posisi apa yang mesti dimiliki seseorang itu, boleh saja ia memiliki posisi apapun asal ia mau bersama-sama denganku, bersama kita, membuka jalan kehebatan bagi Lana.

Ah, sudahlah Ul, kita lihat saja apa yang akan terjadi....

Aku merindumu Ul, rindu hadirmu, rindu segala yang ada di dirimu....