Kamis, 31 Januari 2013

unthinkable story

Hi Ul, aku yakin engkau selalu dalam keadaan yang baik dan penuh dengan kebahagiaan.
Ul, dua hari lalu aku mengalami peristiwa yang gimana ya, mungkin unik kata yang agak mewakilinya, sesuatu yang membuatku tampak bodoh, gak peka, dan tak terpikirkan sama sekali kalau intinya ternyata soal rasa, he he...
Sebenarnya aku ingin langsung cerita ke kamu, tapi malamnya aku tidur sore, seperti juga tadi malam. Kayake sekarang les membuatku menjadi sangat lelah sehingga jam 8-an aku sudah ngantuk banget--meskipun seringkali jam 12-an nglilir.
Gini ceritane Ul, hari itu sekitar jam 5 kurang 15 menit, aku baru saja ambil air wudlu untuk shalat Ashar, tak lihat di depan rumah ada motor, tak pikir Tolhah karena motore sekilas sama, ternyata bukan.
Aku persilahkan ia masuk kemudian aku tanya ada perlu apa?, ia menjawab: 'pak wingi pak Fuad njaluk no sampeyan kan? iki maksude piye?'. Ul, sungguh aku benar-benar bingung, ada masalah apa ini? kok tiba-tiba pertanyaane kayak gitu. Ya aku mengenalnya karena sekolah pernah punya hubungan kerja dengannya dan mas Fuad juga, tapi aku ga merasa lagi masalah dengannya tapi kok tiba-tiba ia bertanya seperti itu? apa da hubungannya dengan sekolah atau mas Fuad ki.
"Sik-sik pak, jane ki da apa? coba njenengan critakan dari awal, serius aku ga paham maksud e njenengan?" kataku.
"Wingi pak Fuad njaluk nomor njenengan kan?" tanyanya. "Ya", jawabku "wingi mas Fuad memang sms aku njaluk no, tapi no sing dijaluk nomore Jun, adine" (Hari Minggu memang mas Fuad sms aku, tanya punya nomore Jun ga, kemudian mas Fuad tak kirim nomor yang aku punya, dan saat itu aku benar-benar ga nggeh kalo ini berhubungan dengan Jun, bukan dengan persoalan pekerjaan atau persoalan kesalahan yang aku lakukan).
Ul, aku benar-benar bingung, ia kemudian malah bercerita kalau ia dikata-katane di sms, kemudian bercerita dengan facebook yang aku ga paham, kemudian bercerita tentang berita yang aku juga ga ngerti maksude. Lagian biasane Ul, jika aku lagi ada masalah aku deg-degan, ada kekhawatiran yang menyelinap di hatiku sehingga detak jantungnya berpacu lebih cepat. Kali ini aku tidak merasakan apa-apa, kok aku kedatangan tamu yang kelihatan sangat khawatir (tahu ga Ul, saat ini bercerita keringatnya bercucuran--sepertinya keringat dingin, keringat orang yang lagi takut dan sangat khawatir--dan ia juga sering menunduk--menangis).
Ul, aku benar-benar bingung, beberapa kali tak minta ia menceritakan apa yang terjadi dari awal, dan tetap saja aku ga ngerti ujung pangkalnya, akhirnya aku meminta maaf jika telah melakukan kesalahan padanya, baik kesalahan pribadi atau jika terkait dengan sekolah, "tapi ya kayake ga mungkin pak  kalau secara pribadi aku melakukan semacam teror ke njenengan, karena aku ga punya nomor njenengan dan aku juga ga tahu akun facebook njenengan" kataku,
Ul, ia kembali mengulang ceritane (yang tetap saja aku ga ngerti ujung pangkale), sampai akhire aku tanya: "Pak Fuad tahu cerita iku pak?" Ia menjawab: "Ya", "ya wis coba tak hubungane pak Fuad, sebab aku bener-benar ga faham maksud njenengan", kataku.
Kemudian aku mencoba menghubungi mas Fuad, beberapa kali dan ga da yang njawab, ia tetap ae ngulang cerita yang bagiku semakin kabur dan ga dapat ku mengerti apalagi ia ngomongnya lirih. ah....semakin bingung ae aku Ul.
Ku lihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 5.10 dan aku belum shalat Ashar, lalu aku bilang: "Pak tulung aku dicritane saka awal sing jelas, tapi aku tak salat disik ya, sebab aku durung Ashar". 
Ul, aku meninggalkannya untuk shalat Ashar, dan tahu ga baru dua rakaat ia sudah meminta ijin padaku untuk pulang "Wis mas aku tak bali disik ya", katanya.
Ul, aku benar-benar semakin bingung dengan apa yang terjadi, kemudian habis shalat aku kirim sms ke mas Fuad untuk menanyakan apa  sebenarnya yang terjadi, setelah itu aku jalan-jalan dengan Lana kemudian mampir di rumah lor untuk mengambil buku yang tak pinjam dari mas Fuad. Pas di lor--hampir magrib--mas Fuad balas smsku, ini sms e:
"wah...cak...ngelu sirahku..dadi **** ki tau ngomong kr aku nek dw e seneng kr jun...iku wis ga neng goku...tak jawab nek aku tdk dlm kpstas menolak ato mnrma...aku cuma blg nek pncn dia wis rmbkn dw kr jun...dan jun tu mau...iku ursne gmpg...iku rak yo jwbn proporsional jane...dd dia moro ng mah wgi...aku mlh bgg..."
Ah...ini masalahe ternyata, pastes kok aku ga bs nyambung blas, ah...jangan-jangan wingi pas mas Fuad minta nomor e jun sebab orang itu tanya mas Fuad nomor e Jun? aku juga ga tahu apakah kemudian mas Fuad kasih nomor itu kepadanya atau berpura-pura ga tahu, ah mbuhlah....
Kemudian mas Fuad ngebel aku dan menjelaskan cerita sebenarnya, dan dari mas Fuad aku tahu ternyata orang itu sudah nemui bue hari itu karena aam juga baru sms mas Fuad untuk nelpon bue terkait hal itu, dan bue jadi bingung juga apa yang terjadi, lalu mas Fuad minta aku untuk ngomongi bue apa yang terjadi.
Dari aam aku tahu bahwa orang itu datang ke rumah pada pagi hari dan kemudian sore hari--yang aam ikuti--karena ia menemui bue pas di dapur dan pas asah-asah. Kata aam ia minta nomor tlepon Jun dan bue maupun aam kan ga punya. Jare aam bue semakin bingung dengan apa yang terjadi. 
Ul, ternyata ia ke rumah kita itu setelah dari rumah bue, dan mungkin ingin tanya nomor e Jun atau mungkin ia sudah dikasih nomor oleh mas Fuad kemudian ia coba ngebel ke nomor itu tpi ga bisa. 
Ah entahlah Ul, Kemudian aku temui bue dan menceritakan apa yang terjadi secara singkat yang intinya seperti yang diceritakan mas Fuad. Ya memang belum lengkap juga ceritaku karena yang paling tahu tentang hal ini memang mas Fuad, tapi minimal bue tahu garis besar apa yang terjadi sehingga jika misale orang itu datang lagi tidak lagi bingung dan bisa mensikapinya dengan biasa.
Aam khawatir jika orang itu besok datang lagi, lalu aku bilang jika ia datang lagi maka sms aku, aku tak sms mas Fuad agar ia ngubungi orang itu dan ngomong agar ia ga usah ke rumah lor lagi.
Ul, tak pikir sudah selesai masalah karena paginya aam ga sms aku, eee ternyata masih ada lanjutannya (meskipun ya merupakan hal yang wajar). Pas lagi di sekolah aku dicari oleh kakak orang itu, aku langsung nggeh kalo ini pasti masalah itu, lalu aku ajak ia ke kantor dan menceritakan apa yang terjadi seperti yang tak ketahui, kemudian dia bilang akan menghubungi mas Fuad, lalu aku sms mas Fuad dan beberapa saat kemudian mas Fuad bilang bahwa ia sudah ditelpon.
Ya...kalo dilihat dari sudut orang yang lagi jatuh cinta, mungkin hal-hal yang tidak masuk akal dan unik ini menjadi wajar, tapi aku malah kepikiran bagaimana kalo orang itu bilang ke Jun kalo ia dapat nomor dariku, bahhhhhhhh bisa tambah kaco ni, bisa-bisa Jun malah benar-benar ga mau lagi bicara maupun membaca ceritaku, ah..semoga saja tidak lah...
Mungkin itu dulu cerita kali ini Ul, sebuah cerita yang benar-benar membuatku tampak bodoh, sebuah peristiwa yang benar-benar tak perpikirkan olehnya bahwa ujungnya di sana, ah...ternyata nalarku masihlah nalar bocah yang belum benar-benar memiliki kepekaan sama sekali...
See you....love you so much as always...
seperti juga rinduku yang selalu menggulung berusaha menyentuh dan mencium bibir pantai sua....

Jumat, 25 Januari 2013

Lana is Still Lana

Ya Ul, ku ingin kembali bercerita tentang Lana, putera kita, cahaya mata kita, detak yang berasal dari penyatuan detak kita.
Ul, senyum dulu lah, ku rindu senyum itu. he he. dan ku harap engkau banyak senyum juga ketika membaca ini (menurutku banyak yang lucu lho...).
Ul, beberapa hari lalu Lana minta agar dua roda kecil sepedanya dicopot dan kemudian langsung minta dipasang lagi, tapi kemudian tak pasang dengan posisi agak ke atas sehingga memungkinkannya untuk belajar sepeda tanpa jatuh (masih ingat kan cerita tentang Lana sebelumnya?). Awalnya, Lana mau-mau saja, tapi beberapa kali ia sempat jatuh karena ia memang belum benar-benar mampu mengendalikan keseimbangan badannya. Ga nangis sih, karena jatuhnya tidak keras dan ia sudah mulai bisa mengendalikan jatuhnya sehingga tidak sakit dan luka.
Tahu ga Ul, dua hari lalu Lana kembali meminta agar dua rodanya agar dibikin tegak lagi sehingga posisi sepeda tidak miring lagi, katanya: "Bapak rodane diluruske, soale Lana dawah terus nak pit e miring, Sok nak prei di luruske ya, sok Jum'at bapak prei kan sekolahe, sok Jum'at ya?".
Dan tahu kan Ul, Lana selalu ingat dengan permintaannya, sehingga tadi baru bangun tidur langsung tanya lagi: "Bapak, saiki kan jum'at to, sok kapan pit e Lana didandani?". Tak jawab ae: "Ngko awan nak Lana wis mantuk seko sekolah". Dan benar saja, baru masuk rumah ia sudah menagih janji, ya, jadinya tak kembalikan lagi deh rodane sehingga sepeda bisa tegak kembali.
Lana is still Lana Ul, ia dianugerahi dengan kewaspadaan jauh melebihi teman-temannya jika terkait dengan keamanan dan resiko luka yang akan dialaminya.
Terus hari Rabu kemarin kan TPQ ada acara maulid Nabi, acaranya jalan-jalan kemudian dilanjutkan maulidan di TPQ, so masuknya jam 2 siang bukan habis Ashar seperti biasanya. Kebetulan Lana tidur siang (padahal biasanya disuruh tidur siang angel pol) dan bangunnya sekitar jam 2.30-an, bisa-bisane ia bilang: "Bapak sekolah TPQ mangkat jam 2 ki wis jarum cilik wis angka 3, Lana keri Bapak". Kau tahu Ul, lanjutan dari itu, Lana ga mau berangkat karena terlambat. Tak pikir ya sudah lah ga pa pa.
Lucune, ketika teman-teman TPQ nya lewat depan rumah, Lana segera lari ke belakang bersembunyi (kayake ia malu, he he) padahal sebelumnya ketika belum sampai depan rumah ia lari ke pinggir jalan untuk melihatnya. Dan ketika tak suruh untuk ikut ae, segera ganti baju kemudian ikut teman-temannya tetap ae ia ga mau, padahal biasanya jika Salma mau ia juga mau tapi kali ini tetap ae Lana tidak mau. He's still him, he he he...
Ul, sudah semingguan ini Lana mulai mau mengaji bareng teman-temannya di langgar. Ya jelas seneng lah aku karena ia mulai mau ngaji bareng teman-temannya, meskipun karena ngajine di langgar sering ia langsung main hingga habis isya'. Dan baru habis isya ia ngaji fashalatan denganku di rumah.
Ah...banyak lagi Ul hal-hal lucu yang akan membuat kita selalu tersenyum ketika melihat dan mengingat apa yang dilakukan Lana. Ia tetap dan selalu menjadi Lana kita yang senyumnya akan melunturkan keletihan kita, yang suaranya menghilangkan seluruh kesal dan marah, dan tangisnya meluluh lantakkan setiap keangkungan dalam diri kita.
Ul, mungkin itu dulu ya ceritane, kapan-kapan disambung lagi seperti biasane, he he he.
See you....dalam sadar dan mimpiku, dalam jiwa dan ragaku, engkau mengalir dalam seluruh kisah hidupku, engkau mengalir dalam nadi darah dan nafasku. rautmu tetap melekat di mataku, suaramu tetap mengiang di telingaku, aromamu tetaplah aroma terharum bagi hidungku...
Love you as always.....

Selasa, 22 Januari 2013

pengen berbagi cerita lagi...

Ul, semoga segala kebaikan, keindahan, dan kedamaian selalu bersamamu dan akan tetap bersamamu
Ul, mungkin beberapa hari ini aku sangat ingin berbagi cerita dengan seseorang yang sedikit banyak akan mengurangi bebanku, bukan sekedar melakukan monolog seperti ini, tapi sebuah dialog yang sedikit banyak akan membantuku menguatkan diri.
Ul, kau tahu bahwa aku tidak bisa bercerita pada setiap orang atas apa yang aku alami, dalam dunia nyataku aku hanya bisa bercerita secara bebas dan lega hanya dengan satu orang. Dulu engkau dan setelah itu aku ngerasa Jun menempati posisi itu. Dan saat ini seperti engkau tahu, Jun lagi tidak mau berkomunikasi denganku, meskipun tetap saja kadang aku bercerita padanya seperti aku bercerita padamu saat ini (cerita searah, monolog, bukan dua arah, dialog).
Sungguh Ul, dari awal aku ngerasa ga enak dengan Jun ketika tak sadar ternyata ia perlahan-lahan menjadi the one itu, tak ada maksud apapun dan tak ada kesengajaan bagiku, namun aku meyakini kebenaran dari apa yang kurasakan, kebenaran bahwa aku bisa bercerita apapun padanya, bahwa aku tidak memiliki ketakutan dan kekhawatiran apapun untuk bercerita padanya.
Ah, tapi sudahlah Ul, aku tidak bisa dan tidak ingin memaksanya untuk kembali seperti dulu, menjadi teman yang merelakan diri untuk mendengar banyak cerita dan saling bertukar cerita. Tak ada yang salah dalam hal ini karena mungkin garisnya memang mesti seperti ini, dan kalaupun ada yang mesti disalahkan adalah aku sendiri, karena aku merasa terlalu dekat dengannya sehingga aku merasa memahaminya padahal tidak mengenalnya sama sekali (seperti juga ketika aku merasa sangat memahamimu ternyata baru sedikit saja yang ku pahami tentangmu, he he).
Ul, aku juga semakin yakin bahwa kedekatanmu dengan Jun memang tidak bisa dibandingkan dengan apapun, hubungan kalian sudah sangat dekat bahkan mungkin menyatu, sehingga ketika ada sesuatu yang terjadi dengan Jun, ketika aku melakukan sesuatu yang membuatnya kecewa, marah, atau apapun juga akupun merasakan hal yang serupa ketika aku melakukannya padamu. Karena kalian berdua begitu dekat, maka mengecewakannya berarti mengecewakanmu dan mengecewakanmu berarti juga sakit di hati dan rasaku.
Ul, karena engkau begitu menyayanginya, maka aku pun demikian, tidak mungkin aku tidak menyayangi orang yang begitu engkau sayangi, tidak mungkin aku tidak peduli dengan orang yang begitu engkau perhatikan, karena jika itu ku lakukan pasti sakit yang akan aku rasakan. Cuma, seringkali (dan tak pikir engkau sudah hapal dengan tabiatku) aku melakukan hal-hal yang kadang membuat orang-orang yang aku sayangi kecewa--meskipun itu aku lakukan akibat dorongan dan keinginan untuk menjaga dan melindunginya (sesuatu yang mungkin tidak bisa diterima namun sesuatu yang aku juga tidak pernah melakukannya dengan banyak pertimbangan, karena semua berjalan dan mengalir begitu saja)
Sampai sekarang pun aku masih bingung bagaimana meminta maaf padanya, aku masih terlalu takut jika apa yang ku lakukan malah membuatnya semakin tidak memaafkanku, dan aku sadar aku sangat bias dalam hal ini. Aku tidak bisa benar-benar tulus karena aku takut kehilangan sesuatu, takut kehilangan kedekatan dengannya.
So, bermonologlah aku dengannya sebagaimana dari dulu ku lakukan saat aku tidak memiliki kemampuan untuk berdialog denganmu...
Ini bukan lari sayang, tapi mengalirkan apa yang menyumbat dalam diri biar tidak menghancurkan dinding jiwa, he he...
Ini bukan mengeluh Ul, cuma bercerita dan aku memang tidak punya kebiasaan untuk menyimpan cerita (kau tahu kan dari dulu juga begitu).

Kali ini cukup dulu ya, kapan-kapan disambung lagi. emmmm ahhhhhhh...
selalu ku mencinta dan merindumu di pagi, siang, sore, dan malamku....
selalu ku mencinta dan  merindumu dalam tidur, bangun, lamun, dan sadarku....


Jumat, 18 Januari 2013

Aku dan Sekolah

Hai Ul, seperti pernah tak bilang bahwa suatu saat aku akan bercerita tentang mts padamu dan sekarang aku lagi pengen cerita itu padamu, he he...

Ul, kayake aku perlu bertanya kembali apakah yang tak lakukan sekarang ini benar demi kebaikan atau jangan-jangan aku lagi memancing di air keruh?.
Ul, seperti yang kau tahu bahwa aku tak pernah bisa sejalan dalam mensikapi segala sesuatu dengan pak Miftah--meski tidak ada maksud untuk itu tapi lebih karena paradigma pikir yang berbeda--dan sekarang guru-guru banyak juga yang mengeluhkan hal itu.
Masalahe bukan karena guru mengeluh, tapi kadang pensikapan yang tak berikan--meski pada awalnya hanya merupakan imbas dari tata pikirku--ternyata tak rasake sedikit atau banyak seperti menyalahkan apapun yang dilakukan pak Miftah.
Yang lebih gila lagi Ul--mungkin kalau kau masih dalam wujud nyatamu engkau akan marah padaku--dalam satu semester terakhir ini aku mulai berfikir bahwa pak Miftah tidak lagi layak untuk menjadi kepala MTs Pa. Banyak sebabnya mengapa terlindas pikiran seperti itu, namun tak pikir yang menjadi pemicu utamanya adalah mundurnya tiga guru tua (Pak Yadi, Pak Puri, dan Pak Imron). Bagi kami jelas bahwa mundurnya ketiga guru itu bukan sekedar karena kesibukan atau karena faktor usia sebagaimana yang ditulis dalam surat pengunduran diri--terutama bagiku karena sebelumnya aku pernah berbincang dengan ketiganya meskipun secara terpisah dan kesimpulannya jelas bahwa tiga guru ini sudah tidak betah lagi mengajar di mts karena faktor kepala yang dianggap belum mampu menghargai orang lain.
Ul, aku marah saat itu dan langsung berpikir bahwa jika ini diteruskan pada mts pa akan hancur. Kadang aku berpikir sekalian saja hancur dan biarlah memulai lagi dari awal kalau mau, tapi ketika aku berpikir tentang orang-orang tua yang dulu berjuang untuk sekolah dan kini sudah berkalang tanah, rasanya aku ga bisa terima.  Lalu, apa yang mesti dilakukan untuk menyelematkan madrasah?, jelas ada pergantian kepala atau pak Miftah mau berubah sikap (sesuatu yang kayaknya mustahil secara nalar).
Kamu tahu Ul, efek dari pikiranku? Aku menjadi bergerak dan banyak bicara, menebar isu perlunya pergantian kepala di mts pa sunniyyah (sesuatu yang tidak pernah terpikir sebelumnya). Dan parahnya Ul, aku mulai mengukur kepantasan diriku untuk menjadi kepala. Ya, aku mulai memiliki keinginan untuk menjadi kepala mts pa sunniyyah.
Ul, aku merasa ini tidak benar karena merasa mampu tidak sama dengan mampu, menghebatkan diri sendiri dengan membuka aib orang lain adalah sebuah sikap pengecut dan merusak.
Ul, benar aku jengkel dengan segala sikap dan kebijakan yang diambil pak Miftah, banyak hal yang menurutku seperti hanya menuruti keinginan pribadi, banyak hal yang menurutku tidak mempertimbangkan kepentingan madrasah, banyak hal yang menurutku tidak memperhatikan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Tapi itu kan menurutku, sebuah pendapat subyektif yang sangat dipengaruhi oleh pandanganku terhadap pribadi pak Miftah sendiri, sebuah pendapat yang aku sendiri tidak bisa mempercayai keobyektifannya.
Ul, aku lagi ngaco dan benar-benar ngaco terkait dengan sikapnya di mts. Kamu tahu Ul saat ini aku punya keinginan untuk menjadi kepala mts dan merasa lebih baik dari pak Miftah. Ul, aku hanya berharap semoga semua tidak terjadi, aku takut jika ternyata aku benar-benar memancing di air keruh, aku khawatir jika ternyata benar bahwa apa yang aku lakukan bukan demi kebaikan tapi hanya karena aku ingin mengejar sesuatu. Aku hanya berharap ambisi yang mulai menguasai diri tidak pernah benar-benar terjadi. Semoga...
Ah...entahlah Ul, semoga yang terjadi selalu menjadi titik perjalanan terbaik menuju kesejatian. Do'akan aku ya karena aku yakin do'amu lebih diutamakan dan didengar oleh Allah daripada do'aku, karena aku yakin engkau jauh lebih dekat dengan-Nya daripada aku...
Wis sik ya, wis subuh ki....

Love you so much as always...
selalu merindumu dalam setiap tarik nafasku....

Selasa, 15 Januari 2013

DB, kekhawatiranku, dan Lana

hai, gmn kabarmu? tentu selalu dan semakin baik ya kan?
Ul, beberapa hari ini aku agak khawatir dan takut. It's not about me, but it's about Lana. Kau tahu Ul, musim hujan kali ini kayaknya beda dengan musim hujan tahun-tahun sebelumnya. Kayake musim hujan kali ini di Selo lagi kena jatah dan dapat bagian untuk mengalami endemi DB (ya semoga saja aku salah) karena sudah ada beberapa orang yang masuk rumah sakit dalam dua tiga minggu ini karena kena DB, mulai Kuncen hingga Ngrampaan, banyak yang sudah masuk rumah sakit karena penyakit akibat gigitan aides aigepty ini.
Ul, hari minggu kemarin (dan ini yang membuatku have a little bit of scary) Salma dan Anita juga masuk rumah sakit karena gejala DB (meskipun Anita belum diketahui pasti hasil tes darahnya tapi dari gejalanya menurutku DB--Rumah Sakit Umum di sini kan masih seperti itu Sabtu Minggu dokter libur, jan njengkeli masa orang sakit suruh nunggu hari efekfit kerja...).
Ul, alhamdulillah Lana sehat, tapi sekarang sudah sangat susah untuk disuruh tidur siang, serius itu yang membuatku sedikit khawatir, karena DB--menurutku--hanya akan menyerang pada orang yang dalam kondisi kurang fit. Beberapa hari ini Ul, setiap Lana tidur dan setiap bangun tidur aku sempatkan untuk ngecek suhu badannya, rasanya lega banget ketika aku merasa suhu badannya normal, ketika ia masih makan dan minum seperti biasa, ketika ia masih bermain dan berlari seperti biasa. 
Ul, cuaca musim penghujan memang seringkali membuat kondisi badan menjadi kurang fit dan aku berharap semoga Lana termasuk bagian orang yang diselamatkan dari penyakit ini. Amin...
Eh Ul, bicara tentang Lana, beberapa hari lalu ada sedikit peristiwa yang membuatku kudu guyu. Kau tahu Ul, setelah ia memiliki sepeda baru, setiap hari ia selalu memakainya (hanya 3 hari ini ia tidak memakainya karena faktor cuaca dan karena ia njenguk Salma ke rumah sakit), sehingga ia merasa sudah bisa naik sepeda.
Mulai sore ia sudah minta kepadaku untuk melepas dua roda kecil belakang (sepedanya masih pakai dua roda kecil di belakang, jadi sepedanya bukan beroda dua tapi beroda empat), tak bilang padanya bahwa ga usah, Lana durung bisa, ia malah marah dan tetap minta untuk dilepas karena ia merasa sudah bisa. Pagi harinya, tetap ae ia mendesakku untuk melepas dua roda kecil sepedanya (mungkin Lana melihat teman-temannya kayake mudah bersepeda dengan roda dua), akhirnya tak lepas juga.
Kau tahu Ul, setelah roda kecil tak lepas dan ia mencoba untuk menaikinya? yups, Lana jatuh, dan tahu apa yang dikatakannya? Bapak Lana ga iso, masalahe Lana ga iso ngolahi, sepedane tibo terus ki, (ha ha ha....). Kemudian tak pasang satu roda, tetap ae ia belum bisa karena sebenarnya ia belum belajar untuk menjaga keseimbangan badan ketika bersepeda. Ya akhirnya tak pasang lagi dua-duanya, cuma tak bikin agak ke atas sehingga ia dapat belajar keseimbangan tanpa harus terjatuh lagi, he he he....
Ul, mungkin itulah cara Allah menghibur hati kita, melalui kejadian-kejadian kecil yang membuat kita tertawa...
Ul, sekarang Lana sudah mulai mau belajar, meski masih tetap sebentar kemudian ia akan beralih ke hal lainnya, sudah mulai mengingatkan dan mengkritikku ketika aku melakukan sesuatu yang menurutnya ga sesuai (termasuk ngajak shalat di langgar). Ah...semakin banyak saja keluar biasaan yang dimunculkan Tuhan melalui Lana dan aku menyukainya...(lagian ketika tidak ada orang yang mengingatkanku seringkali aku lepas kendali as you know that).
Kapan-kapan aku pengen cerita tentang MTs yang semakin membuatku menjadi seperti tanpa kendali...tapi lain kali ae ya....kali ini sudah dulu ya...

Menggetar hati tiap kali menyebut dan menulis namamu...
menggulung rindu di pantai hatiku....
aku mencintamu, merindumu sepanjang waktuku....
 

Selasa, 08 Januari 2013

aku mencintaimu, maka aku cemburu

Ul, jika ini dimaksudkan untuk menghanguskan cinta dengan api cemburu, maka tak akan cukup api ini untuk menghancurkannya.
Namun jika ini dimaksudkan hanya untuk melihat seberapa cinta dengan membakar api cemburu di dada, maka ku katakan padamu bahwa engkau telah berhasil melakukannya. Aku benar-benar cemburu Ul, hingga langsung terbangun dengan nafas terengah, penuh marah.
Satu hal yang semakin ku mengerti Ul, bahwa aku benar-benar mencintaimu, sangat mencintaimu hingga dalam mimpi pun aku bisa benar-benar cemburu.
Ul, ini juga merupakan kali pertama bagiku merasakan cemburu luar biasa seperti ini, cemburu yang membuatku benar-benar kehilangan daya nalar ku, mungkin inilah sebenar cemburu, mungkin ini pula lah yang ketika lepas kendali mampu membuat seseorang melakukan hal-hal yang bahkan tak pernah terbersit dalam pikiran sama sekali.
Ul, aku bersyukur aku merasakan hebatnya cemburu dalam mimpi, coba misalnya bukan dalam mimpi, mungkin akan terjadi hal-hal yang berada di luar kendali (lha wong dalam mimpi ae, aku baru menguasai diriku beberapa menit kemudian setelah aku terbangun dari tidur, gimana kalo di luar mimpi, mungkin bisa berhari-hari).
Ah, sudahlah Ul, yang jelas aku semakin sadar dan mengerti bahwa aku benar-benar mencintaimu dan semakin mencintaimu. Aku semakin menyadari bahwa engkau lah aliran nadiku, engkau detak jantungku, engkau jiwa bagi ragaku...Dan cemburu ini adalah salah satu bukti nyata betapa engkau sangat berarti bagiku...

Love you so much.....

peluk ciumku untukmu dengan penuh rindu....

Jumat, 04 Januari 2013

Engkau tentu bangga padanya

Ul, engkau pasti bangga dengan Jun, I know that dan I believe that. Tak pikir beberapa mimpimu berhasil mewujud melaluinya, dapat beasiswa dan belajar di luar negeri, berkeliling ke penjuru dunia, dan banyak lagi mimpimu yang pernah kau ceritakan padaku tak pikir mulai mewujud melaluinya.
Ia luar biasa Ul, dan aku tahu engkau pasti jauh lebih mengetahuinya daripada aku.
Banyak hal yang menurutku unik pada dirinya, cara berpikir, cara mengambil keputusan, cara mensikapi suatu hal dan banyak hal lagi yang unik menurutku.
Ul, aku yakin Jun telah menginspirasi banyak orang--khususnya mereka yang pernah bersinggungan dengannya baik sebagai teman maupun sebagai orang yang pernah belajar bersamanya dan orang-orang yang pernah menjadi anak didiknya.
Dari cerita-cerita yang ku dengar darinya, dari tulisan-tulisan yang ku baca, menurutku, keberangkatannya ke Arizona kali ini sedikit banyak akan memberi inspirasi bahkan mungkin membuka jalan bagi orang-orang yang pernah belajar darinya. Engkau tahu Ul, menurutku Jun memiliki pola hubungan yang unik dengan murid-muridnya, sebuah pola hubungan yang bukan sekedar hubungan antara seorang guru dan murid, sebuah pola hubungan unik yang--menurutku--melahirkan suatu ikatan emosional yang sangat dekat.
Aku sendiri kaget ketika kali pertama ia bercerita padaku tentang kedekatannya dengan para muridnya. Sesuatu yang sampai kini tidak bisa ku mengerti bagaimana cara melakukannya (sesuatu yang dari dulu ingin ku bangun dengan murid-muridku namun hingga sekarang belum juga ku temukan polanya).
Ul aku ga ngerti apakah Jun sudah kembali ke Tempe atau belum, yang pasti kayaknya liburannya kali ini ia gunakan untuk melakukan touring keliling USA (lagian kapan lagi mumpun ada waktu dan kesempatan, ya kan?).
Ul maaf ya karena ternyata aku tak mampu menjaga hubungan baik dengan Jun. Ga tahu juga kenapa aku menjadi seperti ini. Sangat ingin aku meminta maaf atas kesalahan yang aku lakukan, tapi bagaimana melakukannya aku juga belum tahu. Jun bukan dirimu, cara yang biasa aku gunakan untuk meminta maaf padamu, tentu saja tidak ada berlaku atau bahkan mungkin malah membuat masalah makin runyam jika ku gunakan padanya.
Ah entahlah Ul, mungkin karena engkau sangat dekat dengan Jun maka ketika apa yang kulakukan membuatnya tidak nyaman, kecewa, marah, atau apapun lah yang tidak mengenakkan hatinya, akupun merasakan hal yang sama seperti ketika aku melakukannya padamu (meski dengan cara yang berbeda hadirnya).
Ul, aku hanya berharap semua baik-baik saja, berjalan baik sebagaimana yang diharapkan.
By the way, lepas dari apapun, kayaknya kita sependapat bahwa Jun memang hebat, ia telah melakukan dan mengalami hal-hal yang tidak semua orang mampu dan memiliki kesempatan untuk melakukannya.
Ah Ul, semoga aku menemukan cara untuk memberitahunya bahwa aku benar-benar menyesal atas apa yang terjadi, meminta maaf atas kesilapanku menggunakan satu kata yang tidak kumaksudkan demikian.
Wis sik ya, tak akan ku puaskan dahaga rinduku dengan kesejukanmu karena ku ingin terus merindu kesejukanmu sepanjang sisa waktuku.
Love you so much as always....