Rabu, 26 September 2012

Ul, maafkan aku...

Ul, kembali ingin bercerita kepadamu, kembali ingin berbincang banyak hal denganmu.
Ul, banyak hal yang terjadi hari-hari ini. Banyak hal lucu yang terpaksa membuatku tertawa, banyak hal menjengkelkan yang memaksaku tak mampu menahan marah, banyak hal berjalan tak semestinya yang memaksaku tak mampu untuk menghindari kecewa.
Ul, sekarang Lana sudah mau belajar di TPQ, meski tetap saja masih harus ditemani mbak Nani, bahkan sudah sebulan belum juga mau untuk maju ke depan dan mendaras di depan guru TPQ. Beberapa hari ini Lana sering bertanya tentangmu, bahkan sering pertanyaannya seakan memprotes ketiadaanmu. Mungkin ia juga mulai merindumu, mulai melihat dengan iri teman-temannya yang bisa bermanja dengan ibunya. Beberapa hari ini terlalu sering Lana bertanya, 'Bapak lapo gusti Allah ngajak ibu nang langit?", kadang juga bertanya, "Ibu pinter bapak?", "ya", jawabku. "Ibu pinter trus dijak gusti Allah nang langit bapak", Ul aku bingung mesti jawab apa, karna belum sempat ku jawab Lana sudah bilang, "brarti nak Lana pinter, Lana yo dijak gusti Allah nang langit bapak". Hampir pecah tangisku Ul saat Lana ngomong itu, segera saja ku dekap ia karna aku memang ga bisa ngomong apa-apa. Ku pikir Lana benar-benar mulai merindumu, merindu ibunya, merasa iri ketika melihat teman-temannya bermain dan bermanja dengan ibunya.
Ul, beberapa hari ini juga Lana menjadi gampang ngambek, marah, rewel. Sudah semingguan ini kalo mau sekolah susah banget disuruh mandi, hampir setiap pagi nangis gara-gara mandi, padahal kamu tahu kan, yang mandiin mbak Nani (sekarang Lana benar-benar ga mau tak mandiin, padahal dulu sudah mau--mungkin karena ia ga berani mbantah aku).
Ul, sekarang Lana sudah mulai mau belajar menulis, tulisannya pun udah mulai tertata, meski kadang susah banget kalo disuruh belajar. 
Maafkan aku Ul karena sampai sekarang aku belum tahu cara yang tepat untuk mengajari Lana, cara yang tepat agar Lana merasa nyaman belajar denganku. Biasanya Lana belajar bareng Salma, di situ ia mau karena ada beberapa teman TK ne yang juga belajar di sana.
Maka, kalau boleh aku meminta, tolong Ul temani Lana dalam tidurnya, biarkan ia kembali merasakan kehadiranmu bersamanya, bermain bersamanya, biar ia kembali bisa kembali bermanja denganmu, meski hanya dalam alam mimpinya.
Ul, maafkan aku juga karena mungkin aku belum mampu memenuhi janjiku padamu untuk mewakilimu menjadi orang yang selalu ada ketika adik-adikmu membutuhkanmu. Jelas aku tak mungkin bisa menggantikan posisimu dalam hati mereka, yang berusaha aku lakukan hanyalah menjadi orang yang selalu ada ketika mereka perlu, bukan untuk menggantikan posisimu karena aku tak akan pernah mampu.
Ul, aku ngerasa hari-hari ini Anip dan Jun mungkin sedang mengalami kegelisahan luar biasa--entah karena apa--yang menurutku tidak akan mungkin dibagi denganku, karena bagi mereka mungkin hanya engkau lah yang paling layak untuk dijadikan tempat berbagi. Dan aku pun sama sekali tidak ingin dan tidak berhayal untuk menggantikan tempatmu. Mungkin yang bisa aku lakukan hanya berusaha untuk menjadi teman bicara yang baik bagi mereka, namun itupun belum mampu aku lakukan. 
Ul, bagiku tidak penting apakah kemudian anip ato jun bicara tentang masalahnya denganku atau tidak, karena menurutku--seperti saat aku mengalami kegelisahan--kita membutuhkan teman untuk diajak bicara. Hanya sekedar bicara, berbincang yang bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan permasalahan yang lagi menghinggapi kita. Dan biasanya Ul, bagiku itu cukup untuk meringankan beban dan mensegarkan kembali hati dan pikiran. Dan aku berharap ketika mereka dalam masalah, kami dapat saling bercerita--meski apa yang kami bicarakan tidak berhubungan dengan masalah sebenarnya--sedikit banyak dapat mengurangi beban permasalahan.
Ul, sekali lagi maafkan aku karena masih terlalu banyak hal yang mungkin masih jauh dari harapanmu padaku....
Ul, temani aku ya, karena kadang-kadang pun aku tidak bisa bicara kepada siapapun kecuali kepadamu....
Thanks Ul....
Miss U as always....
You're still my everything...