Selasa, 23 Oktober 2012

Ul, tak ceritani...

Ul, malam ini nyamuk banyak banget, sehingga Lana pun ga iso nyenyak tidure, hingga akhire terpaksa tak nyalakan obat nyamuk bakar, setelah lebih dari 2 bulan aku ga pakai. Tak pikir obat nyamuk bakar tetep saja ga baik untuk kesehatan, so aku berusaha untuk tidak lagi makai, atau minimal menguranginya, tapi malam ini benar-benar ga bisa--akeh banget nyamuke sehingga susah mengusirnya--.
Ul, hari ini Anip pulang. Lana seperti biasanya menyambutnya dengan cukup ribut--biasa jika Anip pulang Lana ya kayak gitu og--. Apalagi Lana juga ada acara nagih janji, ketika ia minta call Anip ia akan selalu bertanya kapan pulang, terus kemudian minta dibeliin ini itu.
Ul, ada sedikit cerita tentang Jun yang buat aku lega sekaligus membuatku kembali berpikir tentang apa yang sedang terjadi. Anip cerita, 'mas mas, mbak Jun ngebel aku esuk-esuk mung ape pamer nak ke grand canyon, wis crita sampean durung?' Tak jawab; 'beberapa hari ki aku ga komunikasi karo Jun, lagian 3 hari ini aku sakit gigi og' (dan bener aku memang sakit gigi mulai Jum'at kemarin, sampai saat inipun masih belum benar-benar pulih--kayake faktor cuaca sih karena beberapa penyandang sakit gigi yang kutemui katanya juga lagi kumat gigine). Lalu ia ngelanjutkan; 'katane mbak Jun ..............."
Ul, aku lega karena ia tak mungkin akan menjadi seperti nyai Ontosorah--masalahnya bukan benar-benar ingin melepaskan sesuatu dari dirinya. Dan yang lebih melegakan lagi bagiku Ul, Jun tidak akan sendiri, ia masih bisa dan mau bercerita pada Anip, dan juga Aam tak kira. Apapun masalah yang dihadapi asal masih ada seseorang yang menemani (setidaknya seseorang yang akan selalu ada) pasti masalah tersebut akan selesai pada akhirnya.
Ul, mau ga mau aku jadi kembali berpikir tentang apa yang terjadi antara aku dan Jun, mengapa ia menjadi seperti menghindariku, mengapa ia menjadi seperti sengaja memutus komunikasi denganku? Dan sederet pertanyaan yang tidak lagi mungkin ku tanyakan pada Jun karena ia sudah mengatakan bahwa "q plg males didesak-desak suruh ngomong. q lg pengen melarikan diri, gak mikir apapun terkait dgn masalah di indonesia. q pgn konsen menghadapi masalahq sendiri. boleh kan, tuk sementara q cuma mikiri diriku sendiri. q lg da masalah n gak ada hubunganx ma pean. q gak pernah cerita ke siapapun ttg masalahq saat q tengah menghadapix".
Ul, yang jelas aku jadi merasa bahwa apa yang ia hadapi kemungkinan besar sedikit banyak bersinggungan denganku atau minimal aku ketika ia berhubungan denganku akan membangkitkan kerunyaman dalam masalahnya. Atau jangan-jangan aku sendiri sebenarnya yang jadi masalahnya. Ah entahlah Ul, aku jadi bingung mikire....
Ul, bagaimana aku tidak berpikir dan merasa seperti itu, karena dalam 2 minggu ini Jun memang ga mau berkomunikasi denganku (kecuali mungkin dengan sangat terpaksa karena aku terus mengejarnya dua atau tiga hari lalu). Aku mencoba berkomunikasi dengannya, menyapa dan menanyakan hal-hal standar yang menurutku tidak berhubungan sama sekali dengan masalah yang mungkin sekarang dihadapinya, tapi tetap saja ia tidak memberi respon atau balasan. Ya memang sih Jun masih membiarkanku untk tetap menulis kepadanya (ga tahu juga kepaksa atau tidak, tpi sungguh aku sangat bersyukur masih boleh menulis kepadanya).
Ul, sungguh aku sebenarnya tidak biasa atau mungkin sudah mulai masuk wilayah tidak bisa menulis (entah itu sms, email, chart fb, komen atau apapun lah) kepada Jun kemudian ia tidak meresponnya. Ada sesuatu yang hilang dan satu pertanyaan muncul 'sampai kapan kayak gini?'.
Ul, aku sudah terlalu biasa berdialog, ngobrol, bertukar cerita dengan Jun. Mungkin semua berawal dari fakta bahwa kami adalah dua orang yang sedang hancur karena ketiadaan orang yang sama (awakmu Ul). Sama-sama dua orang yang benar-benar jatuh saat itu, kemudian saling membantu dan saling menguatkan, sehingga akhirnya aku merasa sangat nyaman untuk bercerita apapun kepadanya dan merasa memiliki kedekatan dengannya. Dan perlahan-lahan semakin jauh wilayah yang dibagi dengannya sehingga setelah engkau tiada, ia seperti mulai menjadi the one bagiku (kamu tahu kan, aku hanya bisa bicara dan berbagi kepada satu orang, ya bagiku cukup satu orang yang akan mendengar seluruh ceritaku). Dan sejak itu aku ga pernah putus komunikasi dengannya lebih dari seminggu (minimal kami berkomunikasi lewat sms), dan ini sudah 2 minggu Ul.
Ul, mungkin kesalahan terbesarku adalah aku merasa dekat dengan Jun, sehingga ketika ia tidak lagi ingin berbagi denganku, aku benar-benar merasa ada yang hilang, sebuah ruang hampa mulai tercipta. 
Memang benar Ul, aku tetap saja masih bisa kirim sms, email atau lainnya, tapi seperti pendapatmu dulu bahwa ketika kita menulis sesuatu, maka yang kita inginkan sebenarnya adalah mendapat respon atas sesuatu itu, sehingga sering engkau marah ke aku ketika aku ga balas surat atau sms, 'ngapa ga dibalas, wis ra gelem ya, marai emosi ae".
Ul, itu dulu kamu ke aku, dan sekarang mungkin aku mulai merasakan apa yang dulu engkau rasakan ketika aku tidak membalas surat atau sms (karena aku berpikir ga sah jawab pasti awakmu tahu jawabnya). Aku benar-benar merasa seperti menulis di ruang hampa, ruang yang membuat apapun yang aku tulis akan hilang tanpa bekas. Dan jelas aku tidak mungkin mengatakan kepada Jun apa yang kau katakan padaku dulu. Permasalahan jauh berbeda.
Ul, aku hanya berharap semoga bukan benar-benar tujuh bulan lagi aku baru bisa bicara dengan Jun, semoga benar apa yang ditulisnya 2/3 hari lalu (meskipun tetap saja aku agak meragukannya), semoga segalanya baik pada akhirnya.
Ul, kayaknya jika memang harus 7 bulan lagi aku baru bisa bicara dengan Jun, aku juga harus mempersiapkan diriku untuk menghadapi kegelisahan luar biasa, akan muncul kerinduan penuh bias yang aku sendiri tak akan bisa menjelaskannya, maka aku sangat berharap engkau selalu menemaniku dalam jiwa, menjagaku tetap dalam kesadaran hingga tidak membuatkan melakukan terlalu banyak kegilaan.
Ah entahlah Ul, fakta yang terjadi sekarang adalah kenyataan bahwa Jun belum juga mau kembali bicara denganku, dan aku cukup bingung dan gelisah karena itu.

Ya udah Ul, love you so much.....O ya Ul, kalo habis ini aku bisa tidur, tlong hadir ya, aku rindu melihat wajah dan segala yang ada di dirimu....biar sedikit berkurang dahagaku akanmu....