Minggu, 02 Oktober 2011

ketika kata tak lagi bermakna

kerinduan,
sesuatu yang tak lagi mampu ku ungkapkan
getar dahsyat yang tak lagi mampu ku uraikan
gejolak yang tak lagi mampu ku wakilkan
 pada huruf
    pada kata
      pada kalimat

tinggal rasa
  makna tanpa kata
     arti tanpa bunyi

rasa cinta,
menghilangkan seluruh kata
  melenyapkan segenap simbol
     mendangkalkan setiap makna

cukup rasakan
getaran,
    aliran,
       gelombang badainya

padamu,
ku serahkan
tak ada akal
  tak ada pikir
     tak ada nalar

hanya jiwa
             hati
      dan sukma

ceritaku

Ul, lagi suntuk banget hari ini, ga da pa-pa, semua pekerjaan hari ini telah selesai, tapi aku malah kembali masuk dalam dunia sepi, tinggal hampa menemani.
Kadang terpikir untuk tidak pulang, bawa motor entah kemana, mencoba mencari keramaian untuk tutupi kesepian dalam diri, tapi selalu ae ingat Lana lagi main, so akhire ya pulang juga, tapi ketika sampai rumah dan Lana ga da di rumah, entah main entah pergi seperti saat ini, maka tanpa daya langsung ae terseret dalam pusaran kesepian yang kadang sangat menyakitkan, kadang sangat tak tertahankan. segalanya lenyap, tak ada suara, tak ada hembusan, tak ada kesejukan, hanya sunyi, sepi, hampa. hanya panas, gersang, meranggas. hanya kering, kerontang.
Ul, kadang kemarahan tak juga mampu ku kendalikan, ketika segala sesuatu berjalan tidak sesuai harapan, ketika tiap langkah hanya menghasilkan kekecewaan. kembali meranggas dalam ketak berdayaan. tak ada lagi yang meredam kemarahan ketika sampai di rumah, tak ada lagi yang menyiram kesejukan saat kegerahan menyerang di balik apa yang tampak di luaran.
Ul, ku semakian saja ku rasakan betapa engkau sangat aku butuhkan. untuk menemani, mendampingi, mengingatkan, mendamaikan, menyejukkan, menggairahkan.
Ul, ah....