Kamis, 02 Mei 2013

rinduku tak tertahan lagi...

Ul, tak tahu lagi apa yang mesti ku katakan padamu. Aku merindumu, sangat merindumu. Aku merindumu seperti kala itu. Aku begitu merindumu seakan engkau akan tinggalkan ku kembali.
Ul, dua minggu ini aku benar-benar merindumu, merindu seluruh apapun yang ada dalam dirimu, hanya tangis yang sering mewakiliku, habis kata, kelu lidah.
Ul, mungkin mestinya aku 'mengeluhkan' ini pada Allah, Tuhan sekalian alam, tapi aku tak sanggup melakukannya. Begitu banyak nikmat, anugerah dan segala kemurahan dicurahkan oleh-Nya padaku dan belum sedikitpun syukur ku lakukan, lalu bagaimana aku mampu kembali 'mengeluhkan' segala rinduku.
Aku hanya berani bercerita padamu, pada jiwaku karena aku yakin dengan bercerita padamu pun Ia pasti mendengarnya, atau sampaikan pada-Nya seluruh rinduku padamu, biar Ia tetapkan titah-Nya bagi cinta kita.
Ul, mana berani aku 'mengeluh' kepada Tuhanku karena segalanya pasti yang terbaik untuk kita, tapi aku merindumu Ul, benar-benar merindumu dan hanya air mata yang bisa mewakiliki. Ini bukan kesedihan sayang, hanya kerinduan yang saaangat dalam.
Entahlah Ul, dua minggu ini benar-benar seluruh hariku adalah kerinduan padamu, terserah orang mau bilang aku kafir dan mensyirikkan Tuhan. Tak pernah aku peduli Ul, tidak pernah. Aku yakin seluruh getar rinduku adalah atas kehendak-Nya. Jadi tidak mungkin rinduku akan menjauhkanku dari-Nya. Aku merindumu Ul, dalam tiap tetes air yang mengalir dari mataku. Aku merindumu, anugerah keabadian cinta yang Ia tanam dalam jiwaku.
Aku merindumu Ul hingga tak tahu lagi aku mesti berbuat apa, bahkan Lana pun tak mampu menyisihkan rinduku padamu. Bahkan Lana pun tak cukup mampu membuatku benar-benar kembali tertawa.
Ul, aku merindumu, begitu merindumu hingga seakan-akan engkau akan meninggalkanku kembali, di jiwa, di raga, aku merindumu...