Rabu, 11 Januari 2017

Cerita Lagi

Hai Ul, semoga kelimpahan nikmat dan karunia selalu tercurah untukmu dalam naungan dan lindungan Sang Pemberi Segala.
Ul, tak rasa-rasake aku kok tambah kacau ya, kesombongan kayake mulai menguasai. Kesombongan yang dibungkus dengan kepura-puraan rendah hati.
Ah....mbuhlah Ul, pada satu sisi aku merasa bahwa aku memang tidak layak lagi untuk menjadi kepada. Ada banyak hal yang menurutku menjadi alasan ketidak layakanku. Mulai dari bahwa aku kehabisan waktu bersama Lana, padahal semakin hari Lana semakin membutuhkan kehadiranku, semakin hari Lana semakin perlu untuk didampingi. Ada orang yang bilang dan mengatakan padaku bahwa aku mestinya melakukan pendekatan dan memberi pengertian kepada Lana, tapi bukankah mestinya aku yang mengerti Lana, bukan sebaliknya? Bukankah mestinya orang tua yang mengerti anaknya, bukan sebaliknya anak yang harus mengerti orang tua?.
Lalu, pikiran-pikiranku tentang seks, tentang belaian perempuan kadang terlalu kuat membelitku. Aku gak ngerti ini wajar atau tidak, ini karena sebagai laki-laki aku membutuhkan belaian perempuan atau hanya sekedar nafsu yang tak terkendali, sehingga bahkan aku melakukan hal-hal yang dulu sama sekali tak pernah terpikirkan. Padahal menurutku seorang pemimpin, sekecil apapun bentuknya, bukan saja seorang yang menjadi titik akhir bagi berputarnya roda organisasi, lebih dari itu seorang pemimpin adalah ruh, jantung bagi organisasi atau kelompok yang dipimpinnya. Kamu tahu kan Ul, bagaimana fungsi jantung bagi tubuh dalam sebuah hadits, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh dan apabila dia rusak rusaklah seluruh tubuh.
Dalam kondisi seperti ini, bagiku jelas bahwa aku menjadi jantung yang tidak baik sehingga aku tidak berani untuk tetap menjadi jantung, mungkin kalau sekedar otak, ga pa pa lah, lagian dulu aku pernah bilang bahwa aku hanya bisa mengajar di dua tempat, di Sunniyyah dan di sekolah yang aku dirikan.
Selain itu Ul, menurutku ada beberapa orang yang lebih baik dari aku, terutama dalam kondisi psikisnya. Ada beberapa guru yang lebih stabil secara psikologis, ada yang lebih memiliki pengalaman dalam memimpin, ada yang ibadahnya jauh lebih baik dari yang mampu aku lakukan, ada yang lebih ikhlas dan loyal terhadap madrasah daripada yang bisa aku berikan.
Tapi Ul, pada sisi lain, aku mudah menceritakan hal itu kepada beberapa orang, Bu Sihah, Pak Niam, Kang Lih, Pak Muklis, mengenai hal-hal itu--terutama poin satu dan tiga--aku masih belum berani cerita ke orang lain mengenai poin kedua. Kembali hanya padamu aku bisa menceritaka semua.
Bukan masalah cerita yang membuat aku takut dan khawatir, tapi di balik cerita itu, tak rasakan semakin muncul keinginan untuk dipuji, untuk menunjukkan betapa baik aku, merasakan kebanggaan diri atas kehebatan yang sebenarnya tidak pernah aku miliki. Aku mulai benar-benar ingin disanjung, dikatakan sebagai orang yang aneh dalam arti baik, ikhlas, memperhatikan orang lain, mampu menghormati orang lain, dan serentetan pujian-pujian lainnya.
Aku takut Ul, aku takut kesombongan dan keangkuhan akan menggilasku, aku membakarku menjadi abu.
Ul, pada sisi lainnya--mungkin kau sudah tahu juga karena mungkin dari alammu kau bisa melihat da mendengar semua yang aku lakukan dan apa yang tersembunyi dari pandangan mata lahir orang-orang di sekitarku--aku juga merasakan kekhawatiran bagaimana jika benar aku sudah tidak lagi jadi kepala, bagaimana dengan penghasilan material, bagaimana dengan sikapku, apakah aku masih tetap biasa sebagaimana apa adanya, atau aku akan bersikap sebagaimana orang yang lagi mengalami post power sindrome.
Ah, entahlah Ul....thanks telah hadir kembali dan meluangkan waktu untuk menemuiku kembali di dunia antara yang memungkinkan pertemuan kita. Terima kasih atas segalanya. Sebenarnya ada banyak cerita lagi yang ingin aku tuliskan untukmu, meski mungkin tanpa tak kasih tahu engkaupun sudah tahu--dengan perkenan-Nya apa sih yang tidak mungkin--entah itu tentang Lana ataupun tentang aku, tentang kita. Tapi kali ini mungkin cukup ini saja dulu ya, miss you so much....

Ul, sungguh aku merindumu, betapa setiap denyutku selalu mengeluarkan fibrasi kuat dan indah setiap kali namamu membelai telingaku....dan aku yakin kau pun pasti tahu serta merasakannya.
Peluk cium dariku.............see you