Rabu, 21 November 2012

Aduh Ul, aku ngaco lagi...

ah Ul, kayake aku ngaco lagi nih.
Baru dua hari ini Jun mulai kembali mau berkomunikasi, dan hari ini aku ngaco lagi ketika ngasih comment di status fb. 
Ul, ga tahu juga tiba-tiba ingin kasih comment, aku hanya ngerasa bahwa Jun lagi menanggung sesuatu yang berat sehingga seringkali dalam nulis di wall sesuatu yang membuatku kadang kaget, dan hari ini aku ga bisa menahan diri untuk tidak kasih comment, dan ternyata aku kembali menyentuh wilayah psikologis yang sangat sensitif sehingga menurutku Jun kembali jengkel dan efeke mungkin ia tidak akan mau lagi berkomunikasi denganku, entah untuk berapa waktu (seperti apa yang ia lakukan dalam waktu hampir dua bulan ini).
Ul, hari-hari ini aku begitu merindumu, dan sebenarnya juga aku butuh ngobrol dengan Jun. Bukan untuk apa-apa, hanya sekedar ngobrol yang biasanya bisa membantuku mengatasi rasa rinduku.
Ah, ga ngerti lah Ul, entah berapa lama Jun akan kembali tidak mau berkomunikasi denganku, meski tetep ae aku berharap tidak terjadi.
Ul, ga ngerti juga kenapa hari-hari ini aku rasakan rindu begitu melimpah di hati, rindu akan kebersamaan bersamamu, rindu untuk kembali berbagi cerita denganmu , rindu segala yang ada dalam dirimu.
Ul, ga tahu juga mengapa getarku begitu menekan dalam beberapa hari ini. Dan engkau tahu Ul, dalam keadaan  seperti ini sebenarnya aku tidak lagi mampu melakukan apapun, karena hati dan jiwaku tak lagi bersama dengan ragaku. Aku menjadi raga tanpa jiwa, raga yang melangkah hanya mengikuti tata nalar akan sebuah kebiasaan. Jiwa dan hatiku membumbung tinggi dalam rindu, rindu bersamamu.
Ah, ga ngerti lah Ul, apa lagi yang  mesti ku ceritakan padamu. Yang jelas hari ini mungkin aku telah melakukan ketidak sengajaan yang telah merusak sesuatu yang baru mulai kembali baik. Hari ini aku telah melakukan sebuah ketidak sengajaan yang mungkin saja akan mengembalikanku dalam sebuah kegelapan dalam sebuah pola hubungan, yang aku sendiri tak pernah tahu sampai kapan.
Jelas aku tak ingin demikian Ul, dan sungguh tak pernah terbersit sedikitpun keinginan untuk menambah beban, menggores luka, ataupun mendalamkan pedih yang dirasakan Jun, aku hanya ingin sebenarnya mencoba untuk ikut berbagi dengan harapan dapat membuat sesuatu menjadi lebih mudah dan lebih ringan, beban menjadi tak lagi begitu menekan, meski kadang antara keinginan dan kenyataan seperti bertolak belakang.
Ah Ul, aku lagi benar-benar merindumu dan sebenarnya aku perlu dan butuh Jun untuk sekedar ngobrol agar rindu padamu tak terlalu menggebu dan menguasai hati dan pikirku.
Sudahlah Ul, semoga semua berakhir pada kebaikan.
Ul, aku merindumu, selalu merindumu, hingga dalam hati dan pikirku tertutup oleh segala sesuatu tentangmu. 
Ul I love you more and more.....