Minggu, 24 November 2013

Ul, aku terlalu merindumu atau engkau ingin menyampaikan sesuatu kepadaku?

Hi Ul, semoga senantiasa kita diperkenankan untuk menikmati dan mensyukuri setiap anugerah yang dicurahkan kepada kita.
Ul, bingung juga aku mesti mulai dari mana. Beberapa waktu ini memang aku mencoba untuk apapun kepadamu, mencoba untuk menanggung sendiri. Berat dan susah memang, karena aku sudah tidak terbiasa lagi untuk tidak bercerita kepadamu. 
Ul, aku ga pernah mengerti dan memahami dengan apapun yang terjadi, aku hanya mencoba untuk meyakini bahwa apapun yang terjadi adalah hal terbaik yang mesti terjadi dalam pandangan Dzat yang Maha Menetapkan untukku, untukmu, untuk kita.
Ul, minggu lalu tiga kali engkau hadir menemuiku. Aku ga tahu apakah karena aku terlalu merindumu atau mungkin engkau ingin berbicara dan menyampaikan sesuatu kepadaku.
Dalam ketiga pertemuan itu--dengan setting berbeda--kita selalu berada dalam sebuah perjalanan dan kemudian kita pulang. Entah kisahnya aku bertemu dalam sebuah perjalanan kemudian aku mengajakmu pulang, atau engkau memintaku untuk menjemputmu di suatu tempat kemudian kita pulang, atau dari awal kita bersama dalam sebuah perjalanan kemudian kita pulang.
Ul, aku terlalu merindumu atau engkau ingin menyampaikan sesuatu padaku?. Aku sangat merindumu, ya...ada titik-titik tertentu dalam perjalanan kehidupan di mana kita merasa sendiri, merasa betapa kita tidak akan mampu untuk menjalani kehidupan sendiri, merasa betapa kita merindukan seseorang yang menjadi bagian dari diri kita, merasa betapa kita membutuhkan sandaran dan tempat untuk kembali, merasa betapa aku ingin engkau kembali hadir bersamamu, bersama menjalani hidup dan merencanakan angan, berpeluh keringat membuat dan mengejar impian.
Atau engkau ingin menyampaikan sesuatu padaku. Engkau ingin menyampaikan bahwa hampir tiba waktunya engkau kembali hadir bersamaku, hampir tiba waktunya kita akan kembali bersama, hampir tiba waktunya kita akan kembali saling bercerita, hampir tiba waktunya engkau hadir kembali dalam hidupku, hampir tiba waktunya kita akan kembali merajut mimpi bersama, hampir tiba waktunya. Meskipun tetap saja aku tak tahu, apakah engkau akan kembali hadir dalam nyataku dalam wujud barumu, ataukah engkau akan kembali hadir dalam nyataku dalam kehadiran jiwa, ataukah aku yang akan menemuimu di dimensi alam yang berbeda.
Ul, pada satu sisi rinduku padamu seakan menghempaskanku dalam ketak berdayaan, rasa sepi sendiri menghempaskanku dalam kesendirian yang seakan tanpa ujung, namun pada sisi lain, ku nikmati setiap tarikan rindu padamu sebagai salah satu anugerah terbaik yang diberikan padaku, ku nikmati setiap pedih dan perihnya sebagai cara Tuhan memberitahu kita betapa kita mesti mensyukuri setiap keindahan yang dihamparkan di hadapan kita, betapa kita mesti mensyukuri setiap perjalanan kehidupan yang membuat kita hidup dalam kematian atau mati dalam kehidupan.
Ul, ada banyak cerita yang kadang ketika dijalani sendiri benar-benar membuatku jatuh dalam ketak berdayaan, ada banyak hal yang membuatku berpikir bahwa aku tidak akan mampu menjalani ini sendiri, ada banyak hal menyenangkan yang membuatku bersedih karena aku tak mampu membaginya denganmu.
Ah entahlah Ul, kadang aku merasa kehidupan kita benar-benar sudah berakhir ketika engkau berpindah ke dimensi alam yang berbeda. Kadang aku merasa bahwa jika pun saat ini aku masih berada di sini, tidak lebih dari sekedar untuk melaksanakan amanat kita, memenuhi tanggung jawab kita sebagai orang tua--sesuatu yang seringkali membuatku luruh dalam ketakberdayaan karena hingga kini pun aku belum benar-benar tahu apa yang mesti aku lakukan untuk menjalankan amanat dengan benar dan sesuai yang dikehendakiNya--. Kadang aku merasa bahwa di sisa nafasku ini aku tak lagi punya keinginan besar untuk mengejar sesuatu, kadang aku berpikir bahwa selain untuk menjalankan amanat kehidupan, di sisa nafasku ini aku hanya ingin berusaha untuk memberi kemanfaatan kepada sekitar, hanya mencoba untuk senantiasa memberi kemanfaatan tanpa peduli apakah aku akan mendapat pujian atau celaan. Kadang aku merasa bahwa aku tak lagi punya keinginan dan ambisi untuk mengejar dan mempertahankan sesuatu, karena keinginanku terbesarku adalah segera kembali bersamamu, menghilangkan dahaga rindu bersamamu, di singgasana keagungan cinta yang penuh ridla dan diridlai.
Ah entahlah Ul, aku lagi benar-benar merindumu dan selalu seperti itu. Aku bersyukur untuk itu. Aku menikmati setiap detik rindu padamu, kadang aku merasa mungkin rinduku padamu adalah jalan bagiku untuk menemukan cinta Tuhan kepadaku, mungkin rinduku padamu adalah jalan bagiku untuk menemukan kerinduan tak tertahan akan Tuhan, mungkin rinduku padamu adalah jalan untukku menemukan kesejatian diri.
Ul, jika memang engkau ingin menyampaikan sesuatu padaku, mohonkan pada Ia yang Segala Maha untuk memperkenankanku memahami bahasanya dengan benar, mohonkan agar Ia memperkenankanku menangkap segala apa yang engkau sampaikan dengan tepat.
Ul, akhirnya kembali ku pejamkan mataku agar engkau kembali hadir di sisiku, merasakan lembut desahmu, menikmati denyat yang mendetak menyambut denyut detakmu, merinding merasakan desir yang berhembus mengawali gerak lingkar tanganmu yang memelukku.
Ul.....