Kamis, 27 Desember 2012

Masih tentangku

Ul, maafkan aku ya, kayaknya aku semakin gila, aku semakin ga bisa mengendalikan diriku, semakin tak bisa mengkontrol diriku.
Ul, dalam keadaan seperti ini sungguh aku membutuhkan hadirmu, dalam bentuk dan wujud apapun atau siapapun, aku membutuhkan seseorang untuk mengingatkanku, mengembalikanku pada jalanku, memarahiku ketika aku melenceng dari jalurku, menyemangatiku saat aku kehilangan arah dan tujuan, membangunkanku dari tidur dan kemalasanku. Dan engkau tahu Ul, hingga kini hanya engkau yang bisa melakukan itu. Hanya engkau yang diberi kemampuan oleh Ia yang memiliki segala kehendak untuk melakukan itu.
Ul, hanya dalam dua minggu aku kembali kehilangan isya' ku, sudah hampir sebulan aku kehilangan tahajjud, dhuha menjadi penuh lobang dan semakin jarang, satu rawatib yang coba ku abadikan juga sering ku tinggalkan, wirid dzikir semakin sambil lalu ku lakukan, Qur'an mungkin sudah 2 bulan tak kusentuh. Ah Ul, aku benar-benar berada dalam ketakutan akan hilangnya arah dan tujuan.
Dan kau juga tahu Ul, kondisi psikisku yang menurun dan kehilangan arah tujuan juga mempengaruhi kondisi fisikku, sudah dua minggu bahkan lebih tubuhku masih juga belum kembali fit, mudah lelah, sakit di persendian, mata berkunang, kepala pening, dan lidah pahit adalah hal-hal wajar yang kini aku alami, meski aku tetap bersyukur pada Allah karena masih dalam kondisi yang dapat ditahan oleh tubuhku sehingga kesehatan fisikku saat ini masih baik dan mungkin semakin baik  dibandingkan beberapa hari lalu.
Ul target liburanku pun kayaknya gagal total, aku rencanakan belajar database untuk membuat base sekolah akhirnya tak dapat kulakukan (akibat hancurnya harddisk pada hari perpindahanmu ke dimensi cahaya aku masih malas untuk menginstal kembali program database dan mulai mempelajarinya), kursus online ku tidak mampu kujalani dengan baik (aku baru melihat satu lecture pada minggu pertama padahal ini sudah minggu kelima menjelang keenam dengan lecture tiap minggu rata-rata sekitar 6 lecture). Menata kembali rumah juga belum mampu aku lakukan karena secara fisik aku benar-benar mengalami kemunduran dan kelemahan (meski sudah tak lagi bergetar ketika berdiri), dan bunga dan tanaman depan rumahpun belum mampu kurawat dengan benar (setelah sekitar sebulan lalu ku tata ulang).
Ul, sungguh hingga sekarang aku masih merasa jiwaku kosong, hampa, isinya masih bersamamu pada hari perpindahanmu ke dimensi cahaya, ragaku masih melanggah  mengikuti insting hayawaninya. Tak ada kendali dari jiwa, tak ada arahan dari hati.
Dan kau pasti juga tahu Ul, dalam keadaan seperti ini aku tidak bisa melakukan apapun, aku menjadi mayat hidup yang berjalan hanya mengikuti arus dan insting belaka, takkan ada tindakan dan langkah yang bisa benar-benar bermakna. 
Maafkan aku Ul, karena mau tidak mau seluruh beban dan kewajibanku pun tidak mampu aku lakukan dengan baik bahkan kadang ku abaikan dalam keadaan seperti ini (mendidik Lana, mengirimimu do'a, menyambung silaturrahmi dengan semua yang pernah menyambung silaturahmi denganmu, menjaga komunikasi dengan orang-orang yang engkau sayangi, dan segala kewajiban-kewajiban lain baik yang bersifat ilahi maupun manusiawi).
Maafkan aku Ul, atas ketak mampuanku untuk mengendalikan diriku, untuk tetap menguasai diriku, untuk tetap menjaga segala yang engkau percayakan padaku.
Sungguh Ul, dalam keadaan seperti ini aku sangat membutuhkanmu, membutuhkan hadirku dalam wujud dan bentuk apapun atau siapapun yang engkau pilih untuk menjalankan peranmu padaku.
Aku merindumu Ul, rindu segala marahmu saat aku melenceng dari jalurku, rindu segala ucapmu saat aku kehilangan semangatku, rindu setiap ancammu kala aku kehilangan arah tujuanku, rindu kesabaranmu untuk meneguhkan kembali aku dari keruntuhanku, rindu segala yang ada pada dirimu.
Ul, maafkan aku, sungguh aku membutuhkan hadirmu agar aku tak terlarut dalam keterombang-ambinganku, agar aku tak benar-benar kehilangan arah tujuanku.
Ul, love you so much as always...