Sabtu, 22 September 2012

berandai-andai

Ul, kalau aku boleh berandai-andai, maka aku hanya punya satu, berandai-andai bahwa engkau bangkit kembali, mengisi kembali ruang kosong dalam ragaku. Kembali kita mengisi hari dengan cita dan impian, merangkai harapan, menyusun masa depan.
Ul, kalau boleh aku berharap, maka harapanku tinggal satu, semoga Allah memperkenankan raga ini biarlah kosong tanpa jiwa, karna jiwaku ada dalam jiwamu. Biar tak lagi punya ingin, biar tak lagi punya mimpi, biar tak lagi punya harap. Biarlah raga ini berjalan tanpa kehendak diri. Biar ia ikuti saja arah takdirnya, terima ikhlas peran kehidupannya, biarlah semua ku kembalikan pada-Nya. Biar Ia yang menentukan segalanya.
Ul, rindu kadang begitu membelenggu. Mengikat sukma dalam peraduannya. Menangis terseguk dalam kesendiriannya. Pilu.
Ul, cinta memang tak kenal masa, tak kenal beda alam ataupun beda singgasana. Cinta adalah rumah jiwa, di mana jiwa berada dalam kesejatiannya.
Ul, merindumu jelas adalah anugerah bagiku, membuat sekujur tubuhku beraroma tubuhmu.
Ul, temui aku kapan engkau mau, karna di sini aku tetap merindumu....