Minggu, 16 September 2012

Surat untuk Tuhan

untuk-Mu
Pemilik Segala Asa

Segala puji bagi-Mu. Engkaulah yang menggerakkan hati, mendetak jantung. Engkaulah yang menanamkan yakin dalam jiwa, mengakarkan percaya pada sukma. Engkaulah yang menjadikan jiwa utuh menjadi setengah, kemudian mempertemukan dengan setengah jiwa lainnya, setengah jiwa yang berada dalam raga berbeda, kemudian Engkau satukan keduanya melalui getar, melalui pancaran, melalui aliran perasaan. Engkau yang menanamkan rasa damai saat keduanya berpadu, Engkau yang memberikan rasa bahagia ketika keduanya menyatu. Engkau yang telah menggariskan bahwa tiap jiwa mesti bertemu dan bersatu dengan pasangannya. Engkaulah yang menciptakan sempurna jiwa dengan menyatukan dua sukma dalam cinta.
Ampunkan aku ya Rabb. Mungkin ini merupakan sebuah kelancangan tersediri bagiku. Menulis surat kepada-Mu, merangkai kata untuk mengurai harapan pada-Mu. Padahal aku sadar betapa tiada kepantasan bagiku untuk menulis sesuatu kepada-Mu. Masih terlalu banyak lumpur melekat di badanku, masih terlalu banyak noda menempel di mukaku. Sungguh masih jauh dari kepantasan untuk menghadap-Mu, apalagi meminta sesuatu dari-Mu.
Namun, jika bukan kepada-Mu kemana mesti ku tuliskan permohonanku, jika bukan kepada-Mu kepada siapa mesti kuurai segala resah gelisahku, jika bukan kepada-Mu kepada siapa aku keluhkan segala beban hidupku. Karna hanya Engkaulah tempat paling kuat untuk berlindung, karna hanya Engkaulah tempat paling pasti untuk meminta, karna Engkaulah tempat paling patut untuk berkeluh kesah.
Ya Allah, sesungguhnya Engkah Maha Mengerti segala apa yang terbetik di hati. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala apa yang menjadi keinginan diri. Sesungguhnya Engkau Maha Memahami segala hal terbaik yang mesti terjadi pada seorang diri.
Namun, ampunkan aku karna aku masih juga akan meminta pada-Mu, menunduk kepala untuk memohon kepada-Mu, menulis rangkaian permintaan-permintaan yang berharap aku akan pengkabulan-Mu.
Ya Allah, aku yakin segala yang terjadi padaku adalah garis tetap-Mu, sesuatu yang berada di luar mampuku. Aku yakin apapun yang menimpaku dalam pandangan-Mu tetaplah berada dalam batas kemampuanku, meski kadang begitu berat kurasakan di jiwaku. Aku tahu Engkau pun telah mempersiapkan jalan agar aku mampu lalui segala rintang hidupku. Aku yakin Engkau pasti sempurnakan peran hidupku. Aku  yakin ya Rabb.
Kini perkenankan ku ungkap inginku dalam surat kepada-Mu:
1. Perkanankan tetap kurasakan cinta isteriku, perkenankan ia tetap hidup di hatiku, bersemayam dalam jiwaku, abadi sebagai penghuni relung sukmaku.
2. Jika dalam garis-Mu aku menikah kembali, mohonku pada-Mu jangan ubah apapun dalam hatiku, bangkitkan jiwa isteriku dalam jiwa perempuan manapun yang Engkau tetapkan bagiku, leburkan jiwa isteriku dalam jiwanya hingga dua jiwa itu menjadi satu jiwa, palingkan hatinya sebagaimana Engkau palingkan hati isteriku. Anugerahkan kepadanya segenap cinta dalam lebur jiwa. Biar Lana temukan kembali ibunya dalam dirinya, biar Lana temukan kembali apa yang selama ini dirindukannya dalam dirinya.
3. Jika dalam garis-Mu isteriku hanya satu, maka perkenankan kebersamaan jiwa tetap terjaga, perkenankan tetap kurasakan aliran cinta darinya menyatu dalam gerak sukma, perkenankan sejuk damai menghuni jiwa, perkenankan kurasakan kebersamaan tanpa cela dalam sukma. Perkenankan rindu tak lagi menggelora, perkenankan raga tak lagi meminta. Perkenankan semua sudah menyatu dalam sukma, tak ada lagi rindu karna kebersamaan sudah menjelma. Biarlah ia menunggu di sana, di alam beda di mana kami akan berjumpa, untuk kembali mereguk segala indah cinta, berpadu rindu.
4. Lapangkan jalanku untuk melaksanakan amanat-Mu, perkenankan aku menjadi sebab dan jalan bagi pendewasaan anak kami, mohon perkenanmu atas segala mampu untuk menghantarnya pada jalan yang Engkau tetapkan untuknya. Jalan yang akan membuatnya berada di antara hamba-hamba terkasih-Mu.
5. Terangi jiwaku dengan cahya-Mu, biar langkahku hanya menyisakan tulus, biar tindakku hanya keluar dari ikhlas, biar segalanya berakhir dengan manfaat.

Ampunkan aku ya Rabb, mungkin terlalu banyak aku meminta pada-Mu, sedangkan syukurku masih jauh dari layak untuk meminta pada-Mu. Terlalu banyak nikmat Engkau enugerahkan kepadaku dan terlalu sedikit aku bersyukur pada-Mu.

Sekali lagi ampunkan aku karna mungkin terlalu lancar menulis kepada-Mu, meminta yang mungkin belum saatnya aku terima.

Syukran katsiran ya Rabb.