Minggu, 08 September 2013

it's about me (sekolah)

Hai Ul, semoga keberlimpahan anugerah senantiasa menaungimu.
Ul, kemarin menjelang magrib Hilmi datang ke rumah, katanya aku ditunggu Pak Bukhari di rumahnya, kemudian aku ke sana untuk menemuinya. Aku berpikir bahwa mungkin pak Bukhari akan bertanya kepadaku tentang MTs Putera, tapi apa yang terjadi tidak seperti yang tak pikir. Pak Bukhari 'memerintahkanku' (tanpa minta kesediaan) untuk menjadi Kepala MTs Putera Sunniyyah. (sesuatu yang beberapa hari ini sedikit banyak mengkhawatirkanku. Karena beberapa hari ini aku melihat indikasi itu, dan aku salah satu yang membuatku takut adalah bahwa aku mulai menginginkan jadi kepala--sesuatu yang mungkin akan mengacaukan jika aku benar-benar menjadi kepala MTs Pa).
Ul, Aku gak tahu apakah aku senang, gembira, kecewa atau sedih. Yang jelas sampai rumah aku langsung ngebel Pak Mukhlis dan ngomong ke Pak Mukhlis bahwa aku diperintahkan pak Bukhari untuk menggantikan Pak Miftah. Aku ga bisa menanggung ini sendiri--itu yang ku tahu--dan tak terpikir sama sekali olehku bahwa apa yang tak lakukan karena aku gembira. I just do what i want to do. Setelah itu aku menangis--benar-benar menangis--tanpa pernah tahu apakah aku menangis bahagia atau menangis sedih.
Ul, tiba-tiba aku ingat--Anip atau Jun aku lupa--pernah berkata kepadaku, 'Mas tahu ga bahwa mbak Ul tahu ngomong bahwa suatu saat Anam akan jadi kepala sekolah'. Saat itu aku hanya bilang 'ya toh'.
Ul, sungguh Ul hari-hari ini aku takut bahwa apa yang mungkin nanti aku lakukan tidak benar-benar tulus. Aku khawatir bahwa apa yang akan aku lakukan nanti tidak lebih dari sekedar 'balas dendam', tidak lebih dari sekedar ingin membuktikan bahwa aku lebih baik dari Miftah. Aku takut Ul karena beberapa waktu ini (mungkin sekitar 3 bulan belakangan ini) aku benar-benar jengkel dan kecewa dengan setiap kebijakan yang diambil Pak Miftah--kebijakan yang menurutku seringkali tidak memperhatikan orang lain--. Aku takut jika pada satu titik ternyata aku tidak lebih kethok-kethok kayu pilaran, poyok-poyok akhire ketularan. (Ah semoga saja itu terjadi Ul).
Lagian Ul, secara tak langsung ketika aku lagi jengkel dengan Pak Miftah, mau tidak mau aku merasa lebih baik darinya dan merasa jika aku menjadi kepala aku akan berbuat lebih baik darinya (mungkin kayake apa yang tak lakukan benar, cuma ketika tak renungkan tampaknya itu tak lebih dari sekedar rasa jengkel dan keinginan untuk menunjukkan bahwa aku lebih baik dan dia lebih buruk, sesuatu yang juga buruk kan?).
Ul, tadi siang aku ke tempat pak Mukhlis, kemudian bicara banyak hal yang intinya aku mengatakan apa yang khawatirkan terkait dengan menjaga niat dan tujuan. Pak Mukhlis menasehatiku banyak hal termasuk bahwa aku mesti menerima ini sebagai sebuah amanah, bahwa akan ada banyak teman yang akan membantu. Akhirnya aku minta tolong ke Pak Mukhlis untuk selalu mengawalku, untuk selalu mengingatkanku ketika apa yang aku lakukan mulai melenceng, mulai menyimpang dari tujuan awalnya. Dan Pak Mukhlis menyanggupinya. Aku percaya dengan ketulusan Pak Mukhlis bahkan sangat percaya.
Ul, aku juga ngasih tahu Jun tentang hal ini karena saat ini aku memang hanya bisa bercerita apa saja kepada Jun. Ga tahu lah Ul, yang jelas aku akan merasa lebih nyaman ketika sudah bercerita kepada Jun (sebagaimana kepadamu). dan I need that.
Ul, aku ga tahu apa yang akan aku hadapi nanti, yang jelas akan ada banyak hal baru dan mungkin gila yang akan terhampar di hadapanku, dan mungkin juga akan banyak suara yang akan menggulungku, aku tak tahu, benar-benar tahu tahu Ul.
Tapi yang jelas aku tahu Ul, saat ini aku benar-benar mengharap hadirmu, untuk kembali berbagi, untuk kembali menemaniku dalam setiap angin badai yang mungkin akan menghadangku, aku akan selalu membutuhkan hadirmu dalam setiap tekanan yang mungkin akan menekanku, untuk menyandarkan sebentar kepalaku di dada bidangku, untuk merasakan belaimu yang akan mengusir setiap resah gelisahku, untuk mendengarkan ide-ide segarmu dalam memberikan solusi atas tiap persoalan yang mungkin aku aku temui.
Ul, aku tahu aku benar-benar akan membutuhkanmu, membutuhkan hadirmu, membutuhkan senyummu, membutuhkan belaimu, membutuhkan hangatmu, membutuhkan ide segarmu, agar tak lagi aku merasa sendiri, agar tak merasakan dingin kegelisahan, agar tak merasakan gersang buntu tanpa jalan keluar.
Maka aku berharap dan mengharap kerelaanmu Ul untuk kembali mewujud dalam nyataku, untuk kembali membelai kesendirianku, untuk kembali menghangatkan kebekuanku, untuk kembali menyirnakan kesendirianku.
Ul, aku membutuhkanmu temanku, aku merindukan hadirmu isteriku, aku mengharapkanmu sahabatku, aku....ah....
Ul, bantu aku ya agar aku selalu berada di jalanku, bantu aku dengan mengontrol setiap tindakanku, bantu aku untuk selalu mengingatkanku, bantu aku ya...
Ul, ini dulu ya yang aku ceritakan padamu, lain kali kita akan kembali bercerita banyak tentang berbagai hal, tentang berbagai mimpi, tentang capaian-capaian yang hendak kita raih.

Ul, sudah ya...I love you as always....I miss you so much...aku selalu menunggumu di suatu tempat yang memungkinkan kita untuk selalu bersamamu, memelukmu, menciummu, memadu bersamamu....