Jumat, 13 Desember 2013

cerita lagi ya...

Hai Ul, semoga kita selalu senantiasa dalam naungan dan jalan yang diridloi, semoga engkau selalu berada dalam kedamaian dan kebahagiaan. 
Ul, ada banyak cerita yang ingin ku bagi, bahkan mungkin terlalu banyak untuk dapat aku ceritakan dalam satu tulisan ini. Setiap detik perjalanan adalah sebuah cerita, setiap denyut berdetak adalah sebuah cerita, setiap mata berkedip pun adalah sebuah cerita.
Ul, aku ga ngerti kali ini akan kemana jalan ceritaku, seperti juga aku ga ngerti nanti akhirnya dari mana aku akan memulai ceritaku. Atau mungkin suatu saat aku perlu membuat tema-tema dalam ceritaku pa ya? (he he).
Beberapa hari yang lalu Anip dan Jun pulang, mereka membawakan Lana sebuah boneka. Boneka Doraeman yang besar. Jelas Lana senang lah. Bersamaan dengan itu, ndilalah mbak Rima dan keluarga juga ke rumah, so boneka ne disimpan dulu biar ga bikin iri Aisyi dan Salsa. Meskipun akhirnya boneka itupun digunakan untuk main bersama, tapi tidak sampai ada yang tahu bahwa boneka itu diberikan ke Lana.
Ya, sebenarnya tidak ada yang istimewa, semua merupakan hal yang biasa dan lumrah terjadi ketika dalam waktu-waktu tertentu Anip dan Jun pulang. Cuma mungkin aku saja yang melihatnya dengan cara berbeda dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.
Kau tahu Ul, entah ini kebetulan yang berapa kali, Jun pulang dengan memakai kerudung biru seperti yang dulu sering kau kenakan. Tidak ada yang salah dengan hal itu, dan mungkin saja ketika mengenakan itu Jun juga tidak kepikiran apa-apa.
Sebenarnya pas pulang, Anip memintaku dan Aam untuk menjemput di Ngantru, tapi karena agak gerimis, akhire mereka naik dokar meskipun aku dan Aam juga sudah sampai di Ngantru. Ketika itulah aku sekilas aku melihat bahwa yang duduk di dokar itu dirimu dengan kerudung biru kesukaanmu bukan Jun. Ah, mungkin aku terlalu merindumu Ul, sehingga segala sesuatu menjadi seakan-akan dirimu ataukah engkau benar-benar ada dalam dirinya? Entahlah Ul.
Ul kau tahu, semakin takut saja aku bertanya sesuatu kepada Jun, semakin takut saja jika pertanyaan yang tak ajukan menyinggungnya, semakin takut saja aku jika ia semakin menjauhiku.
Kadang aku berpikir seperti kembali kepada masa lalu, masa ketika aku takut ngobrol denganmu, masa ketika aku menjadi salah tingkah saat berada di dekatmu, cuma kali ini dengan tingkat ketakutan dan kerumitan yang berbeda.
Serius Ul, aku merasa seperti merasakan getaran yang sama dengan yang pernah kurasakan dalam dirimu, ada rasa nyaman seperti rasa nyaman kala bersamamu. Aku juga tidak tahu aku mesti menyebutnya apa? Apakah engkau benar-benar mulai mewujud dalam dirinya? Ataukah aku mulai mencintainya sebagai seorang laki-laki kepada seorang perempuan sehingga aku merasakan getar yang mirip dengan getar kita? Tapi sejauh pengetahuanku dari bacaan yang pernah ku baca getar jiwa yang keluar dari satu orang tidak akan pernah sama dengan orang lain. Artinya ketika kita mencintai seseorang kemudian karena sesuatu hal kita mesti mencintai orang yang berbeda, maka getar yang kita rasakan tidak ada sama, masing-masing pribadi memiliki pancaran jiwa berbeda yang juga akan menghasilkan getar berbeda.
Ul, ada saat-saat tertentu ketika aku benar-benar merasakan ketidak nyamanan luar biasa dengan segala kekakuan ini. Ada saat-saat ketika aku benar-benar ingin menceritakan segala sesuatu kepada Jun sebagaimana ketika aku menceritakan segala sesuatu kepadamu.
Kadang aku merasa bahwa apa yang menjadi sebab kenapa Jun memutuskan untuk bersikap seperti ini mungkin karena aku telah bercerita banyak hal kepadanya (termasuk hal-hal privasi yang tidak pernah aku ceritakan kepada orang lain). Mungkin ia merasa perlu untuk menjaga jarak karena mungkin menurutnya jarak di antara kami sudah terlalu dekat, atau mungkin ada beberapa ceritaku yang membuatnya kecewa, atau bahkan marah--terutama yang terkait denganmu atau Lana dan beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi (termasuk kemungkinan aku akan memintanya menikah denganku), ah entahlah Ul.
Beberapa kali terlintas dalam pikiranku bahwa mungkin cara terbaik untuk mengatasi hal ini adalah memberitahu Jun tentang apa yang terjadi, bahwa faktanya aku mulai mencintainya sebagai laki-laki kepada perempuan (lepas apakah karena engkau benar-benar mengejawantah dalam dirinya ataukah aku benar-benar mulai mencintainya kemudian merasa bahwa engkau mengejawantah dalam dirinya?), bahwa jika aku mulai berpikir tentang sebuah pernikahan maka yang ada dalam pikiranku adalah menikah dengan dirinya? Atau cukup dengan bertanya kepadanya; 'maukah engkau suatu saat menikah denganku?'. 
Sebenarnya mungkin ketakutan terbesarku bukan apakah kemudian ketika aku bertanya, Jun menerima atau menolakku, ketakutan yang mencegahku untuk mengatakan hal ini adalah ketakutan bahwa kemudian Jun benar-benar menutup segala hal yang terkait denganku. Dan itu sampai sekarang belum bisa aku terima. Tetap saja aku belum sanggup untuk menghadapi kenyataan bahwa orang yang sangat engkau sayangi menjauh dariku, aku belum sanggup menghadapi kenyataan bahwa--entah sengaja atau tidak--aku menyakiti orang yang sangat dekat denganmu.
Saat inipun--lepas dari apakah aku tergetar atau tidak--aku sendiri kadang berhitung terkait dengan kemungkinanku menikah dengan Jun. Bahwa sampai kapanku, jika kami masih memegang prinsip masing-masing maka kans nya kecil. Setidaknya ada dua hal yang tidak mungkin dapat kami pertemukan. Pertama, saat ini aku sama sekali tidak punya keinginan untuk berpindah tempat dari Selo karena di sana ada makammu, sedang Jun pernah berkata padaku pada ia tidak mungkin kembali dan tinggal di Selo. Kedua, aku tahu Jun tidak mau menjadi bayangan bagi siapapun, termasuk menjadi bayanganmu (kakak yang sangat ia banggakan dan sayangi), dan ia tahu bagaimana pandanganku tentang cinta (karena aku pernah bicara banyak dengannya tentang hal ini--dulu saat kami masih bisa bicara dengan bebas tanpa beban).
Kadang aku membayangkan bahwa suatu saat akan ada waktu ketika akan ditunjukkan kepada isyarat-isyarat yang meyakinkanku bahwa--entah dia menerimaku ataupun menolakku sebagai seorang perempuan dewasa--hubungan di antara kami akan baik-baik saja seperti masa-masa yang lalu, bahwa hubungan di antara kami akan kembali seperti semula sebagai kakak dan adik. Sebagaimana dulu ditunjukkan isyarat-isyarat yang meyakinkanku bahwa engkau akan menerimaku sebagai bagian dari dirimu.
Kadang aku juga merasa karena seringkali memberitahu (via sms) dan bercerita tentang Lana mungkin membuat Jun berpikir memang perlu untuk menjaga jarak denganku. Tidak salah memang, namun kau tahu Ul, sejak Jun menunjukkan sms mu kepadanya terkait Lana, sejak itu pula aku meyakini bahwa engkau mewakilkan pengawasanmu terhadap perkembangan Lana kepada Jun, aku aku merasa punya kewajiban untuk memberitahu keadaan dan perkembangan Lana kepada Jun sebanyak yang aku bisa.
Ah, entahlah Ul, aku tidak tahu sampai kapan bisa memendam ini (kadang aku juga berharap Jun menikah dengan laki-laki yang mampu menggetar hatinya dalam waktu yang tidak terlalu lama kemudian segala bias yang ada di antara kami akan hilang, sebuah harapan yang penuh kepentingan, he he). Ada saat-saat ketika aku benar-benar ingin kembali mampu bercerita kepada seseorang yang mampu membuatku merasa nyaman untuk menceritakan segala hal. Dan hingga saat ini hanya dua orang yang membuatnya nyaman untuk menceritakan segala hal, engkau dan Jun. Itupun tidak bisa hadir dalam satu waktu, baru setelah engkau berpindah ke dimensi lain, aku baru mulai bisa bercerita kepada Jun tentang segala hal dengan nyaman hingga tiba ketika mungkin ceritaku terlalu jauh.
Aku tidak bisa memindahkan rasa nyaman ini kepada orang lain sebagaimana aku juga tidak pernah menyengaja untuk berusaha merasakan kenyamanan saat bercerita kepada Jun setelah engkau berpindah ke dimensi cahaya. Bagiku ini merupakan sesuatu yang taken for granted (sebuah anugerah). Dan yang bisa dilakukan untuk sebuah anugerah adalah menikmati dan mensyukurinya.
Atau mungkin ketakutanku belum sampai puncaknya sehingga aku masih bisa untuk memendamnya.
Ah entahlah Ul, yang jelas dan aku tahu adalah bahwa aku selalu merindumu, merindukan segala yang ada dalam dirimu....

Love you so much as always.....see you.....

O ya, kemarin pas pulang ke Pare, Anip kecopetan, di dalamnya ada uang, KTP, Kartu ATM, STNK Duplikat (padahal KTP baru saja buat sehari sebelumnya, dan STNK duplikat juga baru tak serahkan). Entahlah ada apa dengan anak itu, kenapa cerita tentang kehilangan barang cukup sering mengikuti perjalanannya...

Dah dulu  ya....