Kamis, 27 September 2012

Musim Haji Lagi

Ul, hari ini pelepasan jamaah haji Selo, seperti biasa jamaah dilepas di masjid. Hari ini yang berangkat 5 orang, Lek Ali dan Bu Is, Pak Lih dan Mbak Sih, dan Bu Parti. Berangkat habis subuh, tepate jam 5 pagi. 
Sebenare aku juga ga ikut melihat ke masjid karena Lana durung bangun, tapi mendengar talbiyah, kemudian melihat iring-iringan dari depan rumah, tetap saja membuatku kembali menangis. Ada perih menyelip di dada. 
Ul, kembali ku ingat apa yang pernah kita rencanakan, apa yang pernah kau katakan, apa yang pernah kau agendakan, bahwa kita akan menabung untuk haji. Bahwa kita akan menyisakan uang sedikit demi sedikit agar kita bisa berangkat haji.
Ul, tak bisa ku tahan tangisku jika ku ingat semua itu, jika ku ingat rencana haji kita.
Perih, perih melihat pasangan suami isteri berangkat haji Ul, sakit, sakit mendengarnya Ul.
Ul, mungkin satu yang masih bisa ku janjikan padamu, aku mesti haji, dan di sana kita akan bertemu, kita akan berhaji bersama Ul. Karna bagiku haji adalah ibadah jiwa, maka aku yakin kita pasti bisa bertemu dan berhaji bersama.
Ul, aku tak tahu berapa kali lagi mesti ku tahan tangisku atau berlari ke kamar kita untuk kembali menangis tersedu melihat pelepasan haji. Kamu tahu Ul, saat ini untuk berangkat haji perlu waktu 10 tahun dari waktu pendaftarannya. Jadi kalau sekarang aku daftar mungkin tahun 2022 atau 2023 aku baru bisa berangkat.
Tapi maafkan aku Ul, karna aku belum juga mendaftar, perlu sekitar 20 juta agar nama kita masuk dalam daftar calon peserta haji dan maafkan aku karna hingga kini aku belum bisa mengumpulkan uang sebanyak itu.
Ul, beberapa waktu lalu aku mencoba mencari tahu tentang tabungan haji, ku coba ambil brosur tabungan haji dari beberapa bank, dan aku berharap ada salah satu di antaranya yang memberikan fasilitas langsung masuk dalam daftar tunggu calon jamaah haji meski belum mampu menyediakan uang 20 juta.
Doakan aku Ul, semoga kita segera mampu melaksanakan ibadah haji, bertemu di sana dan bersama menjalankan wajib sunnahnya.

Rabu, 26 September 2012

Ul, maafkan aku...

Ul, kembali ingin bercerita kepadamu, kembali ingin berbincang banyak hal denganmu.
Ul, banyak hal yang terjadi hari-hari ini. Banyak hal lucu yang terpaksa membuatku tertawa, banyak hal menjengkelkan yang memaksaku tak mampu menahan marah, banyak hal berjalan tak semestinya yang memaksaku tak mampu untuk menghindari kecewa.
Ul, sekarang Lana sudah mau belajar di TPQ, meski tetap saja masih harus ditemani mbak Nani, bahkan sudah sebulan belum juga mau untuk maju ke depan dan mendaras di depan guru TPQ. Beberapa hari ini Lana sering bertanya tentangmu, bahkan sering pertanyaannya seakan memprotes ketiadaanmu. Mungkin ia juga mulai merindumu, mulai melihat dengan iri teman-temannya yang bisa bermanja dengan ibunya. Beberapa hari ini terlalu sering Lana bertanya, 'Bapak lapo gusti Allah ngajak ibu nang langit?", kadang juga bertanya, "Ibu pinter bapak?", "ya", jawabku. "Ibu pinter trus dijak gusti Allah nang langit bapak", Ul aku bingung mesti jawab apa, karna belum sempat ku jawab Lana sudah bilang, "brarti nak Lana pinter, Lana yo dijak gusti Allah nang langit bapak". Hampir pecah tangisku Ul saat Lana ngomong itu, segera saja ku dekap ia karna aku memang ga bisa ngomong apa-apa. Ku pikir Lana benar-benar mulai merindumu, merindu ibunya, merasa iri ketika melihat teman-temannya bermain dan bermanja dengan ibunya.
Ul, beberapa hari ini juga Lana menjadi gampang ngambek, marah, rewel. Sudah semingguan ini kalo mau sekolah susah banget disuruh mandi, hampir setiap pagi nangis gara-gara mandi, padahal kamu tahu kan, yang mandiin mbak Nani (sekarang Lana benar-benar ga mau tak mandiin, padahal dulu sudah mau--mungkin karena ia ga berani mbantah aku).
Ul, sekarang Lana sudah mulai mau belajar menulis, tulisannya pun udah mulai tertata, meski kadang susah banget kalo disuruh belajar. 
Maafkan aku Ul karena sampai sekarang aku belum tahu cara yang tepat untuk mengajari Lana, cara yang tepat agar Lana merasa nyaman belajar denganku. Biasanya Lana belajar bareng Salma, di situ ia mau karena ada beberapa teman TK ne yang juga belajar di sana.
Maka, kalau boleh aku meminta, tolong Ul temani Lana dalam tidurnya, biarkan ia kembali merasakan kehadiranmu bersamanya, bermain bersamanya, biar ia kembali bisa kembali bermanja denganmu, meski hanya dalam alam mimpinya.
Ul, maafkan aku juga karena mungkin aku belum mampu memenuhi janjiku padamu untuk mewakilimu menjadi orang yang selalu ada ketika adik-adikmu membutuhkanmu. Jelas aku tak mungkin bisa menggantikan posisimu dalam hati mereka, yang berusaha aku lakukan hanyalah menjadi orang yang selalu ada ketika mereka perlu, bukan untuk menggantikan posisimu karena aku tak akan pernah mampu.
Ul, aku ngerasa hari-hari ini Anip dan Jun mungkin sedang mengalami kegelisahan luar biasa--entah karena apa--yang menurutku tidak akan mungkin dibagi denganku, karena bagi mereka mungkin hanya engkau lah yang paling layak untuk dijadikan tempat berbagi. Dan aku pun sama sekali tidak ingin dan tidak berhayal untuk menggantikan tempatmu. Mungkin yang bisa aku lakukan hanya berusaha untuk menjadi teman bicara yang baik bagi mereka, namun itupun belum mampu aku lakukan. 
Ul, bagiku tidak penting apakah kemudian anip ato jun bicara tentang masalahnya denganku atau tidak, karena menurutku--seperti saat aku mengalami kegelisahan--kita membutuhkan teman untuk diajak bicara. Hanya sekedar bicara, berbincang yang bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan permasalahan yang lagi menghinggapi kita. Dan biasanya Ul, bagiku itu cukup untuk meringankan beban dan mensegarkan kembali hati dan pikiran. Dan aku berharap ketika mereka dalam masalah, kami dapat saling bercerita--meski apa yang kami bicarakan tidak berhubungan dengan masalah sebenarnya--sedikit banyak dapat mengurangi beban permasalahan.
Ul, sekali lagi maafkan aku karena masih terlalu banyak hal yang mungkin masih jauh dari harapanmu padaku....
Ul, temani aku ya, karena kadang-kadang pun aku tidak bisa bicara kepada siapapun kecuali kepadamu....
Thanks Ul....
Miss U as always....
You're still my everything...


Sabtu, 22 September 2012

berandai-andai

Ul, kalau aku boleh berandai-andai, maka aku hanya punya satu, berandai-andai bahwa engkau bangkit kembali, mengisi kembali ruang kosong dalam ragaku. Kembali kita mengisi hari dengan cita dan impian, merangkai harapan, menyusun masa depan.
Ul, kalau boleh aku berharap, maka harapanku tinggal satu, semoga Allah memperkenankan raga ini biarlah kosong tanpa jiwa, karna jiwaku ada dalam jiwamu. Biar tak lagi punya ingin, biar tak lagi punya mimpi, biar tak lagi punya harap. Biarlah raga ini berjalan tanpa kehendak diri. Biar ia ikuti saja arah takdirnya, terima ikhlas peran kehidupannya, biarlah semua ku kembalikan pada-Nya. Biar Ia yang menentukan segalanya.
Ul, rindu kadang begitu membelenggu. Mengikat sukma dalam peraduannya. Menangis terseguk dalam kesendiriannya. Pilu.
Ul, cinta memang tak kenal masa, tak kenal beda alam ataupun beda singgasana. Cinta adalah rumah jiwa, di mana jiwa berada dalam kesejatiannya.
Ul, merindumu jelas adalah anugerah bagiku, membuat sekujur tubuhku beraroma tubuhmu.
Ul, temui aku kapan engkau mau, karna di sini aku tetap merindumu....

Kamis, 20 September 2012

kembali merindu

     kembali hari-hariku merindumu
        mengharap wujud dalam nyataku

Ul, kembali ku merindumu, mengharap wujud hadir di hadapku. Kembali bertukar cerita, kembali tertawa bersama, kembali mengulum senyum untuk tiap kisah lucu yang terluncur, kembali bertukar ide dan pikiran, merangkai angan dan impian, merajut masa depan.
Ul, hari-hari merindumu hadir kembali, menanti wujud nyatamu di sisiku. Menatap tedur pancar matamu, nikmati sungging senyum dan deret gigimu, pandangi wajah yang tak pernah bikin jemu, belai rambut yang tak pernah kurang dari sebahu.
Ul, kembali ku merindumu, mengharap wujud dalam nyataku. Mungkin suatu waktu kau kembali dampingiku, meski dalam wujud 'baru'mu.
Ul, kembali merindumu di sisa hariku, menggelayut badan berat melangkah, mengajak duduk muka tertuntuk, terpekur selami hati yang lagi sendiri.
Ul, tunggu aku di tilam cahyamu, biar ku bakar raga mayaku, biar membiar cahya sukmaku menujumu.....
peluk cium selalu untukmu, belahan jiwa amanah Tuhanku....

Minggu, 16 September 2012

Surat untuk Tuhan

untuk-Mu
Pemilik Segala Asa

Segala puji bagi-Mu. Engkaulah yang menggerakkan hati, mendetak jantung. Engkaulah yang menanamkan yakin dalam jiwa, mengakarkan percaya pada sukma. Engkaulah yang menjadikan jiwa utuh menjadi setengah, kemudian mempertemukan dengan setengah jiwa lainnya, setengah jiwa yang berada dalam raga berbeda, kemudian Engkau satukan keduanya melalui getar, melalui pancaran, melalui aliran perasaan. Engkau yang menanamkan rasa damai saat keduanya berpadu, Engkau yang memberikan rasa bahagia ketika keduanya menyatu. Engkau yang telah menggariskan bahwa tiap jiwa mesti bertemu dan bersatu dengan pasangannya. Engkaulah yang menciptakan sempurna jiwa dengan menyatukan dua sukma dalam cinta.
Ampunkan aku ya Rabb. Mungkin ini merupakan sebuah kelancangan tersediri bagiku. Menulis surat kepada-Mu, merangkai kata untuk mengurai harapan pada-Mu. Padahal aku sadar betapa tiada kepantasan bagiku untuk menulis sesuatu kepada-Mu. Masih terlalu banyak lumpur melekat di badanku, masih terlalu banyak noda menempel di mukaku. Sungguh masih jauh dari kepantasan untuk menghadap-Mu, apalagi meminta sesuatu dari-Mu.
Namun, jika bukan kepada-Mu kemana mesti ku tuliskan permohonanku, jika bukan kepada-Mu kepada siapa mesti kuurai segala resah gelisahku, jika bukan kepada-Mu kepada siapa aku keluhkan segala beban hidupku. Karna hanya Engkaulah tempat paling kuat untuk berlindung, karna hanya Engkaulah tempat paling pasti untuk meminta, karna Engkaulah tempat paling patut untuk berkeluh kesah.
Ya Allah, sesungguhnya Engkah Maha Mengerti segala apa yang terbetik di hati. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala apa yang menjadi keinginan diri. Sesungguhnya Engkau Maha Memahami segala hal terbaik yang mesti terjadi pada seorang diri.
Namun, ampunkan aku karna aku masih juga akan meminta pada-Mu, menunduk kepala untuk memohon kepada-Mu, menulis rangkaian permintaan-permintaan yang berharap aku akan pengkabulan-Mu.
Ya Allah, aku yakin segala yang terjadi padaku adalah garis tetap-Mu, sesuatu yang berada di luar mampuku. Aku yakin apapun yang menimpaku dalam pandangan-Mu tetaplah berada dalam batas kemampuanku, meski kadang begitu berat kurasakan di jiwaku. Aku tahu Engkau pun telah mempersiapkan jalan agar aku mampu lalui segala rintang hidupku. Aku yakin Engkau pasti sempurnakan peran hidupku. Aku  yakin ya Rabb.
Kini perkenankan ku ungkap inginku dalam surat kepada-Mu:
1. Perkanankan tetap kurasakan cinta isteriku, perkenankan ia tetap hidup di hatiku, bersemayam dalam jiwaku, abadi sebagai penghuni relung sukmaku.
2. Jika dalam garis-Mu aku menikah kembali, mohonku pada-Mu jangan ubah apapun dalam hatiku, bangkitkan jiwa isteriku dalam jiwa perempuan manapun yang Engkau tetapkan bagiku, leburkan jiwa isteriku dalam jiwanya hingga dua jiwa itu menjadi satu jiwa, palingkan hatinya sebagaimana Engkau palingkan hati isteriku. Anugerahkan kepadanya segenap cinta dalam lebur jiwa. Biar Lana temukan kembali ibunya dalam dirinya, biar Lana temukan kembali apa yang selama ini dirindukannya dalam dirinya.
3. Jika dalam garis-Mu isteriku hanya satu, maka perkenankan kebersamaan jiwa tetap terjaga, perkenankan tetap kurasakan aliran cinta darinya menyatu dalam gerak sukma, perkenankan sejuk damai menghuni jiwa, perkenankan kurasakan kebersamaan tanpa cela dalam sukma. Perkenankan rindu tak lagi menggelora, perkenankan raga tak lagi meminta. Perkenankan semua sudah menyatu dalam sukma, tak ada lagi rindu karna kebersamaan sudah menjelma. Biarlah ia menunggu di sana, di alam beda di mana kami akan berjumpa, untuk kembali mereguk segala indah cinta, berpadu rindu.
4. Lapangkan jalanku untuk melaksanakan amanat-Mu, perkenankan aku menjadi sebab dan jalan bagi pendewasaan anak kami, mohon perkenanmu atas segala mampu untuk menghantarnya pada jalan yang Engkau tetapkan untuknya. Jalan yang akan membuatnya berada di antara hamba-hamba terkasih-Mu.
5. Terangi jiwaku dengan cahya-Mu, biar langkahku hanya menyisakan tulus, biar tindakku hanya keluar dari ikhlas, biar segalanya berakhir dengan manfaat.

Ampunkan aku ya Rabb, mungkin terlalu banyak aku meminta pada-Mu, sedangkan syukurku masih jauh dari layak untuk meminta pada-Mu. Terlalu banyak nikmat Engkau enugerahkan kepadaku dan terlalu sedikit aku bersyukur pada-Mu.

Sekali lagi ampunkan aku karna mungkin terlalu lancar menulis kepada-Mu, meminta yang mungkin belum saatnya aku terima.

Syukran katsiran ya Rabb.


Jumat, 14 September 2012

titip surat ya....

padamu kutitipkan
surat kecil untuk Tuhan
berisi doa dan harapan
untuk cinta, rindu, dan kasih sayang

padamu ku minta bantuan
haturkan goresan-goresan jiwa
di atas lembar-lembar duka nestapa
berisi asa yang tersisa
menanti jawab akan wujudnya

padamu kutitipkan
sebuah surat pengaduan
akan separuh jiwa yang kadang tak lagi kuasa
tanggung segala sesak dalam dada

padamu kutitipkan
padamu kupercayakan

Kamis, 13 September 2012

setelah kunjungimu

Ul, selalu saja ada hal baru tiap kali mengunjungimu. Meski kini tak lagi kulihat mekar bunga di atas pusara, karena tangan-tangan yang lagi jumawa.
Ul, di bawah sana hatiku berada, cintaku bersemayam bersama jiwamu yang menunggu rehat jasadmu, dalam rangjang sederhana dalam pusara, berhias bunga yang tak mungkin ada di atas pusara.
Ul, di atas pusara kembali kutabur bunga rangkaian do'a, semoga semerbak menembus pusara, menabur wangi di ranjang di mana raga berada.
Ul, semakin tak ku mengerti akan cinta, kecuali kebersamaan dua jiwa, menyatu dua sukma dalam satu cinta.
Ul, inilah cinta, anugerah terbesar sang Maha Segala, memantul dari Sejati Cinta.
Tak peduli aku orang berkata apa,
Tak peduli aku orang memandang bagaimana,
Tak peduli aku segala suara,
ku ingin hanya rasakan cinta
                nikmati agungnya
bersamamu selamanya

Rabu, 12 September 2012

Bagaimana menurutmu?

Ul, aku percaya bahwa apa yang ada di hati kita, menyatu dan berpadu, tak kan pernah bisa sirna--kecuali Ia menghendakinya. Aku percaya abadi sejati hanyalah Ia sang Pemilik Segala, namun cinta dan jiwa kita aku yakin juga abadi dalam pengertian manusiawi kita (sepanjang hidup dunia kita).
Ul, aku yakin rinduku padamu bukan rindu pada kehampaan, bukan rindu tanpa dasar, bukan rindu tanpa alasan. Gelisah, resah, gundah dan segala perasaan tak mengenakkan dan tak menentu ini pastilah ditanamkan dalam diriku bukan tanpa maksud dan tujuan. Pasti ada kehendak yang berjalan di dalamnya. Pasti ada takdir yang mengalir di dalamnya. Dan pasti semua mengalir dari-Nya. Berasal dari-Nya. Menuju titik sempurna peran kita sebagai manusia.
Ul, kadang mulai ku rasakan kebangkitan jiwamu dalam jiwa lainnya, dan jika benar apa yang ku rasa, aku pun yakin bahwa jalan kita untuk kembali bersama semakin terbuka. Ia pasti telah merencanakan sesuatu untuk kita. Gelora rindu ini Ul, tak mungkin begitu menggelora jika hanya berakhir pada hampa. Resah, gundah ini Ul, tak mungkin ditanam dalam jiwa jika hanya berakhir pada kecewa.
Ul, jika benar apa yang kurasa, mungkin ku harus mulai merindumu dengan cara berbeda. Kerinduan yang mesti tak lagi memaksakan, kerinduan yang senantiasa indah dalam kegelisahan, kekhawatiran. Kerinduan yang akan selalu terbungkus dengan penyebutan asma Tuhan.
Ul, selalu ku coba yakinkan diri, bahwa apapun yang terjadi pasti berasal dari-Nya. Seluruh kisah kita pasti juga mengalir karena-Nya. Sedih bahagia, duka suka, kecewa gembira, resah tenang, gelisah damai, semua pasti juga atas kehendak-Nya.
Ul, kali ini aku mencoba untuk meyakini bahwa segala kegelisahan ini, segala keresahan ini, segala kerinduan ini tak lebih dari salah satu cara yang dipilih-Nya agar aku senantiasa mengingat dan bersimpuh di hadap-Nya.
Dan tentunya, aku mesti mensyukurinya. Benar kan Ul?
Aku merindumu seperti malam merindu bulan, aku mencintamu seperti langit mencintai bumi....

Rabu, 05 September 2012

curhat lagi, curhat lagi

Ul, aku ga tahu apakah rasa jengkelku ini benar-benar keluar dari kekecewaan atas sesuatu atau hanya merupakan salah satu faktor pemicu?. Aku ga tahu apakah emosi yang tak terkendali ini benar-benar karena kemarahanku karena merasa dilecehkan atau pelecehan itu hanya sekedar pemicu gejolak yang bergulung-gulung di hatiku.

Ul, tiba-tiba aku ingat konsep psikologi Freud bahwa salah satu faktor paling kuat dalam motif tindakan manusia adalah faktor libido (seksualitas). Menurut Freud, libido seksual menjadi pendorong utama bagi alasan tindakan dan perbuatan manusia. Segala tindakan pada dasarnya merupakan langkah yang dilakukan dengan mendapat pemenuhan atas hasrat seksual manusia.

Konyol, itulah dulu yang terpikir olehku. Karena menurutku, kebutuhan dasar manusia yang utama bukanlah sekedar seks, namun lebih pada rasa ingin untuk diakui, dihormati. Memang benar bahwa seks merupakan salah satu basic need bagi manusia, sebagaimana bagi makhluk hidup lainnya. Tapi manusia memiliki kompleksitasnya sendiri. Ia bukan sekedar makhluk ragawi, namun ia juga makhluk ruhani. Dorongan-dorongan terbesar dalam diri manusia untuk berkembang, berkreasi dan menciptakan teknologi tidaklah semata-mata dimaksudkan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ragawi, namun juga demi kepuasan ruhani.

Ul, tidak terpikir olehku pada ada masanya libido seksual begitu menguasai pikiran dan perasaan. Libido seksual mengambil alih kendali sehingga dalam setiap tindakan, ucapan dan perbuatan, gelora birahi benar-benar mematikan akal dan hati.

Ul, mungkin orang-orang yang lama berada dalam didikan pesantren akan mengatakan bahwa ketika libido seksual begitu menguasai akal dan pikiran, maka jalan yang bisa dilakukan untuk menetralkannya adalah berpuasa. Dengan berpuasa pikiran kita akan hal-hal buruk (termasuk seksualitas yang seringkali dikategorikan sebagai pikiran negatif) akan dapat dikendalikan dan diredam.

Dan Ul, kamu tahu. Benar-benar aku tidak dapat percaya itu, karena menurutku sebagai sebuah kebutuhan pokok (basic need), seks menjadi kebutuhan yang mengalir dalam darah, bergerak bersama nadi dan bukan merupakan pelanggaran terhadap aturan ilahi.

Lagi pula Ul, sampai sekarang aku tetap merasa puasa atau ibadah apapun yang dilakukan dengan alasan-alasan tertentu (entah itu karena ingin sesuatu atau menghindari sesuatu) merupakan sebuah tindakan yang melawan naturalitas ibadah itu sendiri. Artinya, ibadah mestinya dilakukan hanya sebagai bentuk ketundukan kepada Tuhan, usaha untuk mendekatkan diri hanya kepada Tuhan, bukan alat yang dapat kita gunakan untuk memaksa Tuhan memenuhi keinginan kita, tidak pula merupakan alat untuk memaksa Tuhan agar mencabut segala naturalitas yang ada dalam diri kita (termasuk kebutuhan akan seks) hanya karena kita menganggapnya sebagai hal  negatif.

Ul, dalam minggu-minggu ini aku memang menjadi lebih sensitif, lebih mudah tersinggung, lebih mudah marah, lebih sering tidak mampu mengendalikan diri. Seringkali pula, pada malam atau fajar aku merasakan dingin menjalar ke sekujur badan, dingin luar biasa. Aku berpikir mungkin ini karena musim kemarau yang biasanya memang dingin, namun ada saat ketika dingin menjalar bersama dengan getar yang menggigilkan.

Ul, tak bisa kuingkari untuk berpikir bahwa salah satu kemungkinan mengapa semua berjalan tidak sesuai harapan, mengapa segala sesuatu seakan tidak mampu terkendalikan, mungkin saja karena libido seksual yang ada dalam dirinya sedang berada dalam puncak gejolaknya, menuntut pemenuhan yang hingga sekarang belum juga mampu ku temukan jalan keluar.

Kadang memang seakan tak tertahankan, kadang memang terpikir untuk memuaskannya melalui berbagai alternatif yang dapat aku temukan, namun sayangnya tak ada satu alternatifpun yang sampai sekarang dapat aku lakukan. Di tiap alternatif selalu saja ada sesuatu yang sampai sekarang tak mampu aku lewati, tak mampu aku langgar.

Ul, temani aku sayang, bantu aku melewati hari-hari penuh gejolak tertahan.
Ul, aku mencintamu seperti siang mencintai terang, aku merindumu seperti kerontang merindu hujan.......

Senin, 03 September 2012

lagi-lagi muncul peristiwa yang serupa, mangkel, ngondok, kecewa, pengen marah. masak sih ku kena jebak di tempat yang sama dua kali. dan yang lebih menjengkelke lagi yang menyebabkan kok ya wong iku iku maneh...