Jumat, 19 Oktober 2012

Ul, kalau lagi sakit kayak gini, benar-benar aku butuh hadirmu. Bukan untuk merawatku, bukan pula untuk melayaniku, tapi melihatmu akan mengurangi rasa sakitku, menikmati senyummu adalah obat paling manjur untuk mengobati sakitku, mendengar suaramu adalah hembusan paling nyaman yang akan menenangkan gelisahku. Bersamamu adalah keadaan paling nyaman  bagiku.

Ul, hari ini benar-benar ku merindumu,
..............................

Curhat hari ini

Hai Ul, hari ini sebenare q pengen coba nata kembang, tapi sejak subuh tadi untuku kumat. Ga seperti biasane, kali sampai sakit bukan main sampai kepala pusing, mata berkunang, terus badan lemes, padahal dah kumur pakai air garam (biasane manjur) terus tak kasih amox dan paracetamol (langkah berikute nak air garam ga manjur), dan tetapi saja masih sakit bukan main. Tapi kali ini dah agak mendingan so bisa mulai cerita ke kamu. Mungkin karena matahari wis panas (biasane jika sakit gigi memang kalau siang ga terlalu terasa tapi menjelang sore kambung lagi og).
Ul, tadi malam aku mimpi Jun ngecall aku tapi ketika tak angkat dia ga ngomong apa-apa cuma nangis. Aku ga tahu sebenarnya apa yang terjadi tapi setelah itu aku bangun dan sms ke Jun menanyakan kabar, ya....masih saja ga mau balas dia. Aku cuma berharap bahwa mimpi itu bukan apa-apa hanya sekedar bunga tidur akibat kepikiran karena ga pernah bisa berkomunikasi dengan Jun beberapa hari ini.
Ul, tetap saja aku ga bisa menghindari rasa penasaran dan kepikiran dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Aku juga ga bisa memastikan apakah email yang tak kirim dibaca atau tidak oleh Jun, tapi kemarin sekitar jam 10 an tiba-tiba perasaanku ga enak. Perasaan yang biasanya terjadi ketika ada orang yang marah atau lagi ada sesuatu denganku, dan jika itu terkait emailku ke Jun maka ada kemungkinan ia sudah membacanya atau minimal ia sudah melihatnya.
Ah, entahlah Ul. Mungkin kesalahan terbesarku adalah karena tanpa sadar aku dalam beberapa hal aku telah menjadikan Jun sebagai penggantimu. Aku mulai merasakan kenyamanan ketika aku bercerita dengannya sebagaimana ketika aku bercerita kepadamu (ya tentu saja ada beberapa hal yang bisa kubagi denganmu namun tidak bisa kubagi dengan Jun).
Serius Ul, aku mulai menyadari hal itu ketika Jun mau berangkat ke Arizona, tiba-tiba aku ngerasa, wah kalau gini trus gimana aku bisa berbagi dengannya? Di awal-awal Jun di Arizona memang tidak ada kendala karena ia juga masih sering bercerita kepadaku dan komunikasi lancar, tapi beberapa waktu lalu keadaan mulai berubah dan aku harus mengakui bahwa apa yang tak perkirakan benar. Aku kehilangan tempat berbagi, kehilangan kenyamanan berbagi.
Ul, lihat saja tulisan di sini, baru beberapa hari saja sudah banyak posting yang tak lakukan, padahal sebelumnya sangat jarang aku ngepos di sini. Aku tidak bisa lagi bercerita padanya sehingga aku kembali menulis kepadamu di sini.
Ul, kadang terlintas juga dalam pikiranku bahwa Jun adalah perempuan yang engkau pilihkan untukku, makanya aku mulai merasakan bahwa rinduku padamu dapat ditawarkan ketika aku bisa berbicara dengannya. Aku mulai merasakan kebutuhan untuk selalu merasakan kehadirannya dalam sebuah komunikasi yang timbal balik sebagaimana aku membutuhkan kehadiranmu untuk melengkapi keutuhan jiwa. Maka ketiadaan komunikasi dengan Jun pun sekarang menjadi menggelisahkanku.
Tapi, sebenarnya masih ada satu lagi yang tak anggap jauh melampaui seluruh keinginanku untuk menjadikan Jun sebagai penggantimu, yaitu aku benar-benar tidak ingin hubungan baik yang terjadi selama ini (Jun yang mungkin menganggapku sebagai kakak dan aku yang memandangnya sebagai adik) rusak hanya karena keinginanku untuk menikahinya yang datang belakangan.
Ul, pernikahan bagiku menjadi tidak penting lagi jika kemudian mengungkapkannya saja sudah merusak hal-hal baik yang akan berusaha selalu aku pertahankan. Aku lebih memilih hubungan sebagai saudara yang sudah ada sejak lama daripada menginginkan hubungan suami isteri namun merusak hubungan persaudaraan yang ada.
Ul aku tetap tidak akan pernah rela jika keinginanku yang mulai muncul untuk menjadikan Jun isteriku merusak hubungan persaudaraan kami. Dan aku curiga hal ini sedikit banyak terkait dengan hal itu. Maka mungkin mestinya ku bunuh saja keinginanku agar hubungan kami kembali seperti sebelumnya.
Tapi bagaimana aku bisa membunuhnya Ul, karena sebenarnya saat ini belatinya ada di tangan Jun. Aku butuh bantuannya untuk membunuhnya. Cukup dengan mengatakan, 'Mas aku ga bisa nikah dengan pean', sudah selesai dan pandanganku kepadanya tidak akan lagi bias, aku akan melihatnya sebagai benar-benar hanya adikku, bukan bias seperti sekarang ini, pada satu sisi aku memandangnya sebagai adikku, tapi pada sisi lain aku juga melihatnya sebagai perempuan yang akan menjadi calon isteriku, karena dalam dirinya kurasakan hadirmu.
Atau kadang aku juga merasa jangan-jangan Jun juga memberi harapan padaku karena aku juga berpikir bahwa jika engkau ada dalam diri seorang perempuan maka tidak mungkin perempuan itu menolakku, karena tidak mungkin engkau menolakku. Namun sebagai perempuan, tentu ia tidak akan mampu dibandingkan atau diposisikan sebagai yang kedua, padahal ia sudah tahu bahwa jika ia mau menerimaku maka ia pasti akan berada dalam bayang-bayang perempuan lain yang ia gantikan (meskipun itu dirimu Ul, kakaknya sendiri yang sangat dikaguminya). Dan saat ini ia sedang bertarung dengan dirinya sendiri untuk itu.
Ah entahlah Ul, aku juga ga ngerti apa yang sebenarnya terjadi. Cuma semakin lama ia mendiamkanku semakin bingung dan gelisah aku. Meski tetap saja aku akan berusaha untuk berlaku sebagaimana biasa, menyapa lewat sms, fb, atau bahkan berkirim email.
Ah Ul, sungguh sebenarnya aku sangat ingin menceritakan semua ini pada Jun, cuma aku khawatir akan menjadi tambah runyam masalah karena saat ini cerita ini pasti penuh dengan bias.
Ul, aku hanya berharap ini cepat selesai sehingga hubunganku dengan Jun bisa kembali seperti sediakala.

Wis sik ya, I love so much as always 

Ul, tetap saja aku merindumu sepanjang waktu dalam tidur dan sadarku....