Jumat, 28 Desember 2012

semoga engkau tersenyum Ul

Semoga yang tak ceritakan kali ini membuatmu sedikit tersenyum Ul.

Ul, alhamdulillah sekarang tanah kang lih telah benar-benar menjadi milik kita, beberapa hari lalu aku telah melunasinya. Mungkin inilah cara Allah menjaga keyakinan di hati kita, atau mungkin juga cara Allah menunjukkan bahwa ketika kita berniat baik dan meyakininya kita akan mendapat jalan untuk melakukannya.
Sungguh Ul, sempat aku tidak yakin bahwa aku akan dapat melunasinya tahun ini, dulu memang aku berjanji pada diriku sendiri bahwa tahun 2012 tanah itu harus sudah lunas (kau tahu Ul, kang lih begitu baik dengan membolehkanku nyicil pembayarannya, kalau harus kontan mungkin tidak akan mampu aku membayarnya).
Awal Nopember aku mulai khawatir apakah aku bisa melunasinya tahun ini atau tidak, karena beberapa hal yang tak usahakan untuk dapat melunasinya ternyata belum berhasil sehingga aku belum memiliki cukup dana untuk melunasinya. Bahkan hingga pertengahan Desember pun aku belum memilikinya, hingga aku sempat khawatir bahwa aku tidak mampu melunasinya tahun ini. Aku tahu Ul, bahwa engkau sangat ingin kita memiliki tanah itu, dan setelah engkau berpindah ke dimensi cahaya, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan membeli tanah itu, untukmu.
Dan alhamdulillah Ul, pada minggu ketiga Desember sesuatu yang tak pikir tak dapat aku peroleh tahun ini bisa aku dapatkan, sebuah rejeki yang akhirnya aku gunakan untuk melunasinya. Dan yups, kini kita sudah memilikinya Ul. Secara utuh tanah itu  sekarang sudah jadi milik kita (dan sesegera mungkin insya Allah akan disertifikatkan).
Selain itu Ul, rejeki tersebut dapat pula aku gunakan untuk membayar hutangku padamu yang kemudian aku titipkan ke panti dengan harapan semoga bisa menjadi bagian dari kebaikan yang akan terus mengalir padamu. Dan dapat juga ku gunakan untuk membelikan Lana sepeda (sepeda lamanya sudah ga bisa digunakan lagi Ul, sudah terlalu kecil dan rusak--sebenarnya Lana memintanya sekitar 3 bulan lalu Ul, sayang saat itu aku tidak memiliki uang sehingga aku bilang padanya, 'Na sok ya nak bapak duwe duit', dan hebatnya Ul, kalau berkait dengan uang Lana selalu bisa terima--satu lagi kemurahan Allah untuk meringankan bebanku). Dan kau tahu Ul, betapa senangnya ia (sungguh sangat senang rasanya bisa membuatnya begitu gembira--engkau juga kan?).
Sungguh Ul, inilah salah satu kemurahan Allah menurutku, cara Allah membuat orang yang percaya tetap berada dalam lindungan-Nya. Sungguh ini merupakan salah satu kemurahan Allah bahkan dalam keadaan yang begini kacau Ia tetap memberikan kemurahannya, dalam kesedihan Ia tetap menurutkan kebahagiaan.
Ul sungguh aku sangat bersyukur, satu per satu impianmu, impian kita mulai berjalan dan mewujud.
Semoga engkau selalu dan semakin baik di sana Ul, aku yakin rinduku padamu sebanding dengan rindumu padaku. Semoga kita segera bertemu dengan cara yang telah ditentukan olehNya untuk kita.

Love you so much as always

Kamis, 27 Desember 2012

Masih tentangku

Ul, maafkan aku ya, kayaknya aku semakin gila, aku semakin ga bisa mengendalikan diriku, semakin tak bisa mengkontrol diriku.
Ul, dalam keadaan seperti ini sungguh aku membutuhkan hadirmu, dalam bentuk dan wujud apapun atau siapapun, aku membutuhkan seseorang untuk mengingatkanku, mengembalikanku pada jalanku, memarahiku ketika aku melenceng dari jalurku, menyemangatiku saat aku kehilangan arah dan tujuan, membangunkanku dari tidur dan kemalasanku. Dan engkau tahu Ul, hingga kini hanya engkau yang bisa melakukan itu. Hanya engkau yang diberi kemampuan oleh Ia yang memiliki segala kehendak untuk melakukan itu.
Ul, hanya dalam dua minggu aku kembali kehilangan isya' ku, sudah hampir sebulan aku kehilangan tahajjud, dhuha menjadi penuh lobang dan semakin jarang, satu rawatib yang coba ku abadikan juga sering ku tinggalkan, wirid dzikir semakin sambil lalu ku lakukan, Qur'an mungkin sudah 2 bulan tak kusentuh. Ah Ul, aku benar-benar berada dalam ketakutan akan hilangnya arah dan tujuan.
Dan kau juga tahu Ul, kondisi psikisku yang menurun dan kehilangan arah tujuan juga mempengaruhi kondisi fisikku, sudah dua minggu bahkan lebih tubuhku masih juga belum kembali fit, mudah lelah, sakit di persendian, mata berkunang, kepala pening, dan lidah pahit adalah hal-hal wajar yang kini aku alami, meski aku tetap bersyukur pada Allah karena masih dalam kondisi yang dapat ditahan oleh tubuhku sehingga kesehatan fisikku saat ini masih baik dan mungkin semakin baik  dibandingkan beberapa hari lalu.
Ul target liburanku pun kayaknya gagal total, aku rencanakan belajar database untuk membuat base sekolah akhirnya tak dapat kulakukan (akibat hancurnya harddisk pada hari perpindahanmu ke dimensi cahaya aku masih malas untuk menginstal kembali program database dan mulai mempelajarinya), kursus online ku tidak mampu kujalani dengan baik (aku baru melihat satu lecture pada minggu pertama padahal ini sudah minggu kelima menjelang keenam dengan lecture tiap minggu rata-rata sekitar 6 lecture). Menata kembali rumah juga belum mampu aku lakukan karena secara fisik aku benar-benar mengalami kemunduran dan kelemahan (meski sudah tak lagi bergetar ketika berdiri), dan bunga dan tanaman depan rumahpun belum mampu kurawat dengan benar (setelah sekitar sebulan lalu ku tata ulang).
Ul, sungguh hingga sekarang aku masih merasa jiwaku kosong, hampa, isinya masih bersamamu pada hari perpindahanmu ke dimensi cahaya, ragaku masih melanggah  mengikuti insting hayawaninya. Tak ada kendali dari jiwa, tak ada arahan dari hati.
Dan kau pasti juga tahu Ul, dalam keadaan seperti ini aku tidak bisa melakukan apapun, aku menjadi mayat hidup yang berjalan hanya mengikuti arus dan insting belaka, takkan ada tindakan dan langkah yang bisa benar-benar bermakna. 
Maafkan aku Ul, karena mau tidak mau seluruh beban dan kewajibanku pun tidak mampu aku lakukan dengan baik bahkan kadang ku abaikan dalam keadaan seperti ini (mendidik Lana, mengirimimu do'a, menyambung silaturrahmi dengan semua yang pernah menyambung silaturahmi denganmu, menjaga komunikasi dengan orang-orang yang engkau sayangi, dan segala kewajiban-kewajiban lain baik yang bersifat ilahi maupun manusiawi).
Maafkan aku Ul, atas ketak mampuanku untuk mengendalikan diriku, untuk tetap menguasai diriku, untuk tetap menjaga segala yang engkau percayakan padaku.
Sungguh Ul, dalam keadaan seperti ini aku sangat membutuhkanmu, membutuhkan hadirku dalam wujud dan bentuk apapun atau siapapun yang engkau pilih untuk menjalankan peranmu padaku.
Aku merindumu Ul, rindu segala marahmu saat aku melenceng dari jalurku, rindu segala ucapmu saat aku kehilangan semangatku, rindu setiap ancammu kala aku kehilangan arah tujuanku, rindu kesabaranmu untuk meneguhkan kembali aku dari keruntuhanku, rindu segala yang ada pada dirimu.
Ul, maafkan aku, sungguh aku membutuhkan hadirmu agar aku tak terlarut dalam keterombang-ambinganku, agar aku tak benar-benar kehilangan arah tujuanku.
Ul, love you so much as always...



Kamis, 20 Desember 2012

AKU

Ul, sudah dua minggu sejak hari perpindahanmu dan jiwaku belum juga kembali, jiwaku masih berada di tempat yang tidak dapat ku tarik kembali. Sudah dua minggu dan aku masih raga tanpa jiwa, badan tanpa hati, jasmani tanpa ruhani, tak ada keinginan, tak ada semangat, tak ada arah tujuan.
Ul, tak pikir cerita ini tidak lebih dari sebuah bukti bagiku bahwa selama ini apa yang tak yakini adalah benar. Aku yakin kondisi raga seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi kejiwaannya, jika secara psikis seseorang lagi sakit, lagi tidak punya apa-apa sebagai alasan untuk bertahan, maka raga seseorang pasti akan bertemu dengan berbagai kekurangan dan akan mulai kehilangan kemampuannya untuk menjaga diri, untuk mempertahankan segala kemampuan dan kekuatannya menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari raga.
Ul, aku ga nyangka kalau hal ini akan kembali terjadi padaku, bahwa aku akan kembali kehilangan seluruh jiwa dan ragaku kembali runtuh dan luluh dalam segala kelemahannya, menyerah pada apapun yang menyambanginya.
Ul, semua dimulai dua minggu lalu, Jum'at 7 Desember, menjelang shalat jum'at, aku benar-benar tak mampu mengendalikan diriku, hanya ada kemarahan yang tak lagi mampu aku bendung, dan akhirnya, engkau tahu, notebook menjadi pelampiasan kemarahanku dan hancurlah harddisknya, hilanglah seluruh data yang ku miliki dan jelas ga mungkin bagiku untuk mendapatkannya kembali, bahkan hingga kini tak juga mampu kukembalikan harddisk itu (meski akhirnya aku tetap bisa menggunakan notebook dengan menggunakan harddisk lainnya, dan harus tak gunakan secara eksternal).
Ul setelah itu ku coba untuk memanggil kembali jiwaku dengan melakukan berbagai hal yang akan membangkitkan kebaikan jiwa dan mengurangi segala kemarahan yang masih tersisa. Ku pergi ke Solo, ke Purwodadi, dan juga ke Semarang, tapi tetap saja belum juga mampu ku panggil kembali jiwaku, ku temukan kembali semangat hidupku.
Dan engkau tahu Ul, hari Minggu kemarin, tubuhku benar-benar tak mampu lagi menahan seluruh bebannya, seluruh persendianku rasaku nyeri, sakit saat ku gerakkan, tubuhku lemas tanpa tenaga, kepalaku pening yang aku tahu bahwa itu bukan sekedar penyakit fisik, mulutku rasanya pahit ketika aku makan dan minum, dan yang paling lucu, perutku mudah sekali lapar, sehingga rasanya aku pengin makan terus namun males karena mulutku pahit. Minggu malam Senin kemarin--menurutku--adalah yang paling parah, aku benar-benar terkapar, bahkan untuk berdiri pun rasanya badanku gemetar. Aku benar-benar takut waktu itu Ul, aku takut kalau tubuhku benar-benar tak mampu lagi menahannya sehingga aku harus masuk rumah sakit. Aku benar-benar ga mau masuk rumah sakit lagi--masih saja aku trauma dengan rumah sakit--, tapi alhamdulillah, pagiku--meski badan masih lemas dan persendian bahkan kulitku pun rasanya sakit ketika disentuh--kayaknya kondisi badanku sudah lebih baik. Lagian aku mesti benar-benar bertahan karena engkau tahu Ul, Lana akan menjadi sedih dan menangis jika ia tahu bahwa aku sakit--Lana seperti memiliki ketakutan tersendiri jika melihat aku sakit, ia seperti tidak bisa terima kalau bapaknya sakit, sesuatu yang mungkin menjadi wajar karena ia pun tahu bahwa ia hanya punya bapak, sebuah kenyataan yang kadang membuatku menangis dan sedapat mungkin untuk menahan sakit apapun agar tidak kelihatan di hadapannya.
Dan sampai sekarang pun aku masih terasa pening di kepala, lemah di tubuh, pahit di lidah, nyeri di persendian dan lapar yang cukup menyiksa (karena biasanya perutku tidak gampang lapar) meski kini sudah berkurang dan tak lagi begitu menyiksa seperti hari-hari sebelumnya.
Ul, beberapa obat dan suplemen sudah ku gunakan dan ku usahakan untuk mengembalikan kembali kekuatan dan kondisi badanku namun tetap saja belum mampu mengembalikan vitalitas dan kesehatan badanku sehingga aku semakin yakin bahwa ini bukan sekedar penyakit fisik, namun lebih pada sekedar penyakit fisik yang hanya merupakan efek dari kondisi psikis yang tak lagi mampu ku kuasai dan ku kendalikan. Rasanya kok tidak masuk akal bagiku jika seseorang sakit malah menjadi selalu lapar, namun aku bersyukur karena jika aku tidak merasa sering lapar mungkin aku bahkan tidak akan makan (kau tahu Ul, ketika secara psikis aku mengalami gangguan, biasanya aku malas untuk makan dan biasanya perutku tidak pernah protes dengan hadirnya rasa lapar).
Ul, sebenarnya sebelum tanggal 7, aku memiliki beberapa rencana dan agenda, aku pengin belan sql untuk membuat dan merancang database selama liburan, dan juga aku ingin benar-benar mengikuti dan berperan aktif dalam kursus online yang dimulai tanggal 26 Nopember dan berlangsung selama 12 minggu. Dan engkau pasti tahu Ul, dua-duanya tidak mungkin aku lakukan dalam kondisi seperti ini. Benar Ul, sampai sekarang (ketika libur sekolah sudah berjalan hampir seminggu) belum juga aku punya semangat dan keinginan untuk kembali melakukan apa yang ku rencanakan, bahkan program sql yang kuperlukan hingga sekarang belum juga aku install kembali. Dan untuk kursus online yang aku ikut (aku ambil tema How to think) yang sekarang sudah berjalan 4 minggu dan akan memasuki minggu kelima, tetap saja belum ku sentuh sama sekali, padahal tiap minggu ada tugas yang harus diselesaikan (minimal 5/6 tugas).
Ah, entahlah Ul, sampai kini pun aku ga ngerti kapan bisa ku dapatkan lagi semangatku, kapan ku temukan kembali jiwaku, kapan mampu ku bangkitkan lagi gairahku.
Ul, aku tahu bahwa aku mesti tetap hidup (hidup dalam arti sebenarnya, hidup dalam sebuah keutuhan antara jiwa dan raga, bukan sekedar raga yang melangkah tanpa jiwa) karena aku tahu aku mesti menghebatkan Lana, aku mesti melaksanakan amanat yang engkau berikan kepadaku, kepercayaan yang engkau serahkan pada pundakku.
Namun aku juga tahu Ul bahwa jiwaku ada dalam dirimu, semangatku mengalir dari keinginan-keinginanmu, gairahku bangkit dari mimpi-mimpimu, maka aku minta maaf Ul jika aku masih saja mengganggumu dengan memintamu untuk mengisi kembali ragaku dengan jiwaku yang bersatu dengan jiwamu, mengobarkan kembali semangat yang menyala dalam keinginan-keinginanmu.
Maka, hadirlah selalu bersamaku, bersatu kita dalam cinta yang tak pernah mati.
Ah, mungkin ini yang bisa aku ceritakan padamu kali ini.
I love you Ul, always love you...
rinduku padamu mengalir dari tiap pori tubuhku, memancar dari setiap titik yang membentuk jiwaku. Aku merindumu dalam seutuh seluruh diriku, raga dan jiwa, lahir dan batin, jasmani dan ruhani...
peluk cium selalu untukmu...

Minggu, 16 Desember 2012

pengen cerita tapi belum bisa

Ul, sekolah mulai libur. Kembali aku bingung mesti ngapain. Kemarin aku ada rencana untuk belajar membuat database, tapi ga ngerti apakah jadi tak lakukan atau tidak. Notebook belum normal so bikin kerja dengan jaringan tidak maksimal, lola dan bikin emosi ae, belum lagi rasa malasku yang masih saja bergelayut manja, semangat yang belum kutemukan kembali sejak hari perpindahanmu ke dimensi lain, ah entahlah Ul........
Banyak hal yang ingin ku ceritakan padamu Ul. Ga kuat aku jika mesti menanggung semua sendiri. Aku rapuh...
Ul.....bingung aku untuk mulai bercerita dari mana, dari diriku, dari Lana, dari sekolah, dari Jun, dari kita, ah....mungkin lain kali saja Ul aku bercerita, mungkin lain kali aku akan membuat tema untuk setiap ceritaku sehingga bisa lebih enak, bisa lebih runtut, bisa lebih memiliki alur.
Lagi kali aja ya Ul....hari ini ternyata aku belum mampu bercerita, masih terlalu penat aku untuk mulai bercerita, masih terlalu sempit hati untuk mulai mengurai kisah.
I love you so much....
peluk cium dan belaiku untukmu.....

Sabtu, 15 Desember 2012

Sudah Seminggu

Hai Ul, ku rindu selalu segalanya darimu, senyum, tawa, cemberut, marah, dan apapun saja yang berasal dan berhubungan denganmu, he he...
Ul, sudah seminggu dan aku belum mampu kembali temukan arahku, dalam seminggu aku menjadi males untuk melakukan apapun, semua tak biarkan begitu saja, serangkaian rencana yang dibuat pada minggu-minggu sebelumnya terbengkalai tanpa usaha untuk menyelesaikannya. Dan selalu saja faktor yang mendukungku untuk menjadi semakin malas saja, mulai dari notebook jebol, jaringan internet sering ngadat dan hal-hal lain yang membuatku tidak mungkin untuk melakukan rencana-rencana itu.
Ul, kayake aku benar-benar kacau kali ini, bahkan sudah lebih dari seminggu ini aku mengambil keputusan untuk melangkah di area kiri spiritualitas, semua hal yang biasa aku lakukan, semua hal yang terkait dengan ritualitas untuk meningkatkan kepekaan jiwa kutinggalkan, hanya hal-hal mahdhoh ae yang tak lakukan, ku tinggalkan dhuha, ku tinggalkan tahajud, ku tinggalkan wirid, ku tinggalkan mendaras al-Qur'an, shalat fardlu pun ku lakukan hanya sebentar, tanpa wirid tanpa duduk tenang.
O ya Ul, mulai minggu terakhir November aku ikut semacam kuliah online. Aku ambil materi How to Argue and Reason, materi dapat diunduh secara online setiap minggu, materi berupa ceramah (lectures), sudah tiga minggu berjalan, sudah lebih dari 20 lectures yang ku dapatkan, namun sayang belum ada yang ku cermati dengan sungguh-sungguh, bahkan dari 20-an tes yang diberikan baru 2 tes yang dilakukan, semua masih tak biarkan begitu saja, belum sempat aku mendengarkannya (ato mungkin tepate masih terlalu malas aku untuk memelototi lectures itu).
Ah entahlah Ul, putaran kebengalanku dengan Tuhan mungkin semakin cepat, sehingga titik-titik di mana aku cenderung "melanggar" perintah Tuhan dan melakukan larangan-Nya semakin sering aku lakukan (kau tahu kan Ul, yang paling sering tak lewatkan adalah shalat Isya', dalam 3 bulan ini mungkin sudah lebih dari 3 kali aku terlewatkan shalat isya'--berarti kurang dari sebulan putaran keliaranku kembali ke titik asalnya, sesuatu yang tak pikir sudah hilang ketika kita menikah dulu, karena sebelumnya aku juga seperti itu dengan intensitas yang lebih jarang).
Ul, aku ga ngerti apakah karena kondisi psikologisku tidak baik maka kemudian segala sesuatu berjalan tidak baik. Ada-ada saja hal yang membuatku menjadi tersinggung dan marah tanpa mampu ku kendalikan. Atau karena beberapa hal berjalan tidak sesuai yang ku harapkan maka kondisi psikologisku menjadi semakin labil. Ah, entahlah Ul...
Wis sik ya Ul, satu hal yang aku tahu pasti Ul, aku mencintaimu sepenuh hatiku, aku merindumu sepanjang waktu....
Love you as always....
eeeeemmmmmmmmmm.........ah...

Senin, 10 Desember 2012

ku pejamkan mata dan kita kembali bersama

dalam terpejam ku temui dirimu
mengajakmu kembali bersamaku
menikmati matahari
menikmati keindahan
menikmati kemegahan
menikmati kehangatan

dengan memejamkan mata
ku penuhi tuntutan rindu
menghadirkanmu di hadapku
bercengkrama kita di kursi tua
nikmati pagi dengan kesejukannya

ku pejamkan mataku
dan engkau pun hadir bagiku
kapanpun
di manapun
cukup pejamkan mata
dan cinta kembali bersama
dan rindu kembali temukan pengobat dahaga

ku katupkan mata
ku masuki dunia di luar raga
dunia bagi jiwa-jiwa pecinta
di mana sang kekasih bertahta
tempat pertemuan penuh cahaya
tempat kesucian tak pernah ternoda

cukup dengan memejamkan mata
kembali kita saling bersua
memadu kasih membagi cinta

cukup dengan memejamkan mata
dan semua kembali seperti semula

Jumat, 07 Desember 2012

Maafkan aku sayang...

Ul...
maafkan aku untuk setiap kekecewaan yang engkau rasakan karenaku
maafkan aku untuk setiap janji yang belum juga mampu aku penuhi
maafkan aku untuk tiap titik luka yang engkau alami bersamaku
maafkan aku untuk segala kekurangan yang aku miliki
maafkan aku atas kebahagiaan yang baru seujung kuku
maafkan aku untuk setiap angan yang belum juga mewujud dalam kenyataan
maafkan aku atas ketakmampuanku menjaga raga dan jiwamu
maafkan aku, belum juga mampu ku bangun tempat belajar sebagaimana inginmu
maafkan aku, belum juga mampu ku hidupkan lagi apa yang telah engkau bangun bersamaku
maafkan aku, belum juga ku temukan jalan untuk menghebatkan Lana, putra kita, putramu dan putraku
maafkan aku, belum juga mampu ku buka jalan menuju tanah suci, berhaji bersamamu
maafkan aku, masih saja aku bocah gegabah yang belum mampu belajar dari waktu
maafkan aku, begitu banyak kekurangan dalam diriku dan hampir tak ada keistimewaan yang dapat dibanggakan di hadapmu
maafkan aku, masih jauh aku dari impian dan harapanmu

peluk cium selalu untukmu, dalam rindu yang tak pernah surut ataupun layu

Kamis, 06 Desember 2012

hanya rindu

Ul, apa lagi yang mesti ku ceritakan padamu? Kerinduan yang tanpa batas? Cinta yang terus bergelora? Atau segala cerita yang beredar dan berlangsung di sekitar kita?.
Ah Ul, sebenarnya apa yang terjadi adalah bahwa aku benar-benar ingin selalu bersamamu, dan cerita hanyalah salah satu cara agar aku tetap merasa bersamamu, berbagi denganmu.
Ul, apa yang saat ini benar-benar aku inginkan, harapkan, butuhkan adalah kebersamaan denganmu, kebersamaan jiwa, kebersamaan dalam rindu dan cinta.
Ul, hari-hari ini adalah hari-hari di mana segala keindahan begitu merasukiku, merasakan sebanyak mungkin kasih dan cinta menyebar dalam seluruh jiwa, mengalir bersama nadi ke seluruh pori.
Ul seperti butuhku pada makanan untuk raga, demikian juga butuhkan pada kebersamaan kita dalam jiwa. Cinta adalah tanaman yang mesti dirawat dan dijaga oleh dua jiwa yang menyatu dalam satu nafas cahaya. Cinta adalah keabadian selama kita meyakini dan meresapinya.
Ul merindumu adalah sebuah kenikmatan dan kegelisahan yang dianugerahkan Tuhan kepadaku untuk bersamamu menjadi kita yang tak lagi membedakan aku dan kamu.
Ul, ah entahlah apa aku masih mampu bercerita padamu ketika rindu begitu menguasai kalbu, ketika rindu menjadi pemegang kendali seluruh desir dan denyut nadi yang menjalari seluruh tubuh dan diriku, raga dan jiwaku.
Ul, inilah hari-hari di mana cahaya begitu gemerlap, bintang begitu terang, indah memancar di langit semesta jiwa, hangat menyapa beku sukma.
Ul, inilah rindu sempurna ketika jawaban terbaiknya adalah sua.
Ul, rindu memeluknya raga dan jiwaku
rindu kebersamaan denganmu dalam ada dan tiadamu
rindu menikmati segala keindahan yang tak ternah berkurang kedahsyatan dan keluarbiasaan.
rindu menyatu jiwa bersamamu, arungi samudera kasih di atas sampan kecil cahaya di atas samudera hidup mengharu biru

Rabu, 05 Desember 2012

untukmu puisiku

sungguh ku nikmati seluruh hari-hariku bersamamu
dulu, kini, dan entah sampai kapan aku tak t ahu
karena keabadian ku harapkan dari semua itu

sungguh ku nikmati setiap detakku kala bersatu dengan detakmu
di tempat yang aku sendiri tak tahu
mengalir berkejaran kita di sepanjang waktu
tak ada jeda, tak ada bosan, tak ada jemu
hanya ada tawa, canda, dan seluruh kegembiraan kalbu
berguling kita di hamparan rumput lembut bagi beludru

sungguh ku nikmati saat-saat kebersamaan kita yang tak pernah sirna
dulu, kini, dan ku harap akan sepanjang masa
tiap getarku adalah getarmu, getar kita
tiap denyutku adalah denyutmu, denyut kita
nafasku adalah nafasmu, nafas kita
kebersatuan dalam jiwa, abadi sepanjang masa
karna hanya raga yang mampu sirna
sedang jiwa abadi bersama Asalnya

sungguh ku nikmati saat nafasku merindu nafasmu
sungguh ku nikmati saat desahku merindu desahmu
sungguh ku nikmati saat diriku menyatu dengan dirimu
dalam desah, dalam gairah, dalam gelombang rindu menderu kalbu

ah, entahlah sayang, kadang aku sendiri tak tahu mesti bagaimana keabadian jiwa kualirkan, ku ungkap dalam bentang kata yang seringkali menghilang makna
aku merindumu dalam hadir dan tiadamu
aku merindumu dalam kebersamaan jiwa maupun keterpisahan raga
aku merindumu dalam keramaian dan kesenyapan
aku merindumu dalam seiring tarik nafas yang keluar masuk paru
aku merindumu dalam seluruh dan segalaku...

Senin, 03 Desember 2012

Ul, it's about me and Jun

Hai Ul, tetep ae kangen awakmu, meski tiap hari ku sebut namamu sebagaimana kunikmati desah-desah berat mengalir bersama nafasku.

Ul, kayake Jun benar-benar marah, jengkel, kecewa, mangkel dan segala perasaan ga bersahabat bersatu dalam dirinya ketika harus bersinggungan denganku. Mungkin juga hari-hari ini ia tidak akan pernah mau bersinggungan denganku, bahkan mungkin apapun yang datang dariku akan langsung dihindari dan dibuang biar tidak membuat sesuatu yang tidak mengenakkan hati.
Aku tahu Ul, semua berasal dari salahku, sebuah kesalahan yang sebenarnya tak maksudkan sebagai sebuah candaan, tapi rupanya aku salah tempat dan waktu, so akhirnya menjadi rusak seluruh bangunan komunikasi yang baru saja mulai terhubung lagi.
Ul, kalau aku umpamakan kesalahan yang aku lakukan mungkin adalah nyala api yang menghanguskan seluruh rumah dan bangunan yang untuk membangunnya membutuhkan waktu sangat lama namun untuk menghanguskannya hanya membutuhkan satu percik nyala, dan kesalahan yang aku lakukan telah menjadi percik itu, sehingga bangunan komunikasiku dengan Jun hancur berantakan--tak tahu aku apakah telah menjadi arang atau abu--.
Ul, sungguh aku menyesal dan kecewa dengan diriku, tapi apa lacur semua sudah terjadi, ku coba untuk meminta maaf--meskipun aku juga tidak tahu apakah cara yang ku gunakan dapat diterima atau malah membuat Jun semakin memandangku tak berharga di hadapnya--. Aku tahu Ul, Jun memiliki arti tersendiri bagiku, ia bukan sekedar adik iparku, ia mulai memiliki tempat tersendiri dalam hatiku, tempat yang berada tepat di samping tempatmu, tempat di mana aku merasa nyaman untuk bercerita, untuk mengatakan apapun yang aku rasakan tanpa merasa harus menjaga kerahasiaan.
Ul, aku tidak pernah menyalahkan atau kecewa dengan apa yang ia lakukan, karena menurutku adalah haknya untuk bersikap apapun atas apa yang ia rasakan, atas apa yang ia dapatkan, atas apa yang aku lakukan padanya.
Ul, aku ga ngerti juga kadang aku benar-benar ingin berbicara, bercerita dengannya, berbagai segala beban dalam dada, dan berbagi berbagai rencana seperti dulu kita lakukan bersama.
Ul, aku juga merasakan detak berbeda ketika dalam dirinya--meskipun seringkali juga ku rasakan detakmu ada di dalamnya--ada sedetak kegelisahan, ada sedetak kekecewaan, ada sedetak kemarahan, ada sedetak kerinduan yang kadang menyelip tak terduga.
Ada kalanya juga aku mesti diam lama, mengingat segala peristiwa ketika beberapa kejadian serupa terjadi ketika aku bersama Jun hampir sama seperti beberapa peristiwa yang pernah kita lalui bersama--meski dalam waktu dan set yang berbeda--. Ada beberapa tanda-tanda yang kadang membuatku berpikir bahwa ia adalah perempuan yang engkau tunjukkan padaku untuk menjadi dirimu. 
Ul, mungkin itu juga yang kemudian membuatku melakukan beberapa hal yang membuat Jun merasa tidak nyaman, mungkin kecewa, bahkan marah atau memutuskan untuk tidak bersinggungan sama sekali denganku.
Ah, entahlah Ul, tak aku apa yang sebenarnya, jelas ku rasakan ada sesuatu yang istimewa dalam diri Jun bagiku, meski hingga kini belum bisa aku menetapkan apa sesuatu yang istimewa itu (dan seringkali tak pernah mampu ditetapkan karena seringkali cukup untuk dimengerti dan dinikmati, he he).
Ul, aku tak mungkin bohong padamu dengan mengatakan bahwa diamnya Jun tidak berpengaruh apapun bagiku, karena bagiku, siapapun ia, siapapun yang sudah memiliki tempat istimewa dalam jiwaku, tidak mungkin ia tidak menggelisahkanku ketika ia mulai 'mengabaikanku'.
Ul, kadang aku berpikir apakah aku harus mengatakan semuanya padanya, atau cukuplah ini menjadi sesuatu yang hanya kita yang tahu, aku dan kamu. Ah, entahlah Ul, lihat saja semoga segalanya kembali menjadi seperti sediakala.
Ul, hari ini aku tidak terlalu berharap bahwa Jun mau kembali berbicara, berkomunikasi denganku,--lewat apapun dan dua minggu ini aku merasa ia benar-benar tak mau bersinggungan denganku meski aku berusaha untuk menyapanya--, mungkin satu-satunya harapan yang paling masuk akal bagiku saat ini adalah bahwa ketika ia pulang kami bisa kembali ngobrol seperti biasa atau minimal kami bisa memperlihatkan sikap biasa di hadapan orang-orang yang ada di sekitar kami.
Ul, mungkin ini dulu ceritaku padamu, nanti kita sambung lagi.

I love you so much...
Aku merindumu sepanjang waktu....

Sabtu, 01 Desember 2012

luruh

ya Allah...
Ul....
aku hilang arah
tak tahu ke mana mesti melangkah
sendiri dipersimpangan beribu jalan
bingung mana nyata mana hayal

Ul...
aku hilang tujuan
tenggelam dalam pusaran selaksa keinginan
tak tahu mana yang mesti didahulukan
terpaksa ku duduk diam dalam tangisan

Ul...
aku butuh uluran tangan
benar-benar butuh uluran tangan
dalam bentuk lisan dan tindakan

Ul...
bantu aku memohon pada Tuhan
untuk hadirkan tangan-tangan pertolongan
melalui jalan yang Ia layakkan

Allah...
Engkau Sang Maha Pendengar
Maha Pemberi Terbaik bagi tiap insan
amin itu yang ku harapkan...