Jumat, 18 Januari 2013

Aku dan Sekolah

Hai Ul, seperti pernah tak bilang bahwa suatu saat aku akan bercerita tentang mts padamu dan sekarang aku lagi pengen cerita itu padamu, he he...

Ul, kayake aku perlu bertanya kembali apakah yang tak lakukan sekarang ini benar demi kebaikan atau jangan-jangan aku lagi memancing di air keruh?.
Ul, seperti yang kau tahu bahwa aku tak pernah bisa sejalan dalam mensikapi segala sesuatu dengan pak Miftah--meski tidak ada maksud untuk itu tapi lebih karena paradigma pikir yang berbeda--dan sekarang guru-guru banyak juga yang mengeluhkan hal itu.
Masalahe bukan karena guru mengeluh, tapi kadang pensikapan yang tak berikan--meski pada awalnya hanya merupakan imbas dari tata pikirku--ternyata tak rasake sedikit atau banyak seperti menyalahkan apapun yang dilakukan pak Miftah.
Yang lebih gila lagi Ul--mungkin kalau kau masih dalam wujud nyatamu engkau akan marah padaku--dalam satu semester terakhir ini aku mulai berfikir bahwa pak Miftah tidak lagi layak untuk menjadi kepala MTs Pa. Banyak sebabnya mengapa terlindas pikiran seperti itu, namun tak pikir yang menjadi pemicu utamanya adalah mundurnya tiga guru tua (Pak Yadi, Pak Puri, dan Pak Imron). Bagi kami jelas bahwa mundurnya ketiga guru itu bukan sekedar karena kesibukan atau karena faktor usia sebagaimana yang ditulis dalam surat pengunduran diri--terutama bagiku karena sebelumnya aku pernah berbincang dengan ketiganya meskipun secara terpisah dan kesimpulannya jelas bahwa tiga guru ini sudah tidak betah lagi mengajar di mts karena faktor kepala yang dianggap belum mampu menghargai orang lain.
Ul, aku marah saat itu dan langsung berpikir bahwa jika ini diteruskan pada mts pa akan hancur. Kadang aku berpikir sekalian saja hancur dan biarlah memulai lagi dari awal kalau mau, tapi ketika aku berpikir tentang orang-orang tua yang dulu berjuang untuk sekolah dan kini sudah berkalang tanah, rasanya aku ga bisa terima.  Lalu, apa yang mesti dilakukan untuk menyelematkan madrasah?, jelas ada pergantian kepala atau pak Miftah mau berubah sikap (sesuatu yang kayaknya mustahil secara nalar).
Kamu tahu Ul, efek dari pikiranku? Aku menjadi bergerak dan banyak bicara, menebar isu perlunya pergantian kepala di mts pa sunniyyah (sesuatu yang tidak pernah terpikir sebelumnya). Dan parahnya Ul, aku mulai mengukur kepantasan diriku untuk menjadi kepala. Ya, aku mulai memiliki keinginan untuk menjadi kepala mts pa sunniyyah.
Ul, aku merasa ini tidak benar karena merasa mampu tidak sama dengan mampu, menghebatkan diri sendiri dengan membuka aib orang lain adalah sebuah sikap pengecut dan merusak.
Ul, benar aku jengkel dengan segala sikap dan kebijakan yang diambil pak Miftah, banyak hal yang menurutku seperti hanya menuruti keinginan pribadi, banyak hal yang menurutku tidak mempertimbangkan kepentingan madrasah, banyak hal yang menurutku tidak memperhatikan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Tapi itu kan menurutku, sebuah pendapat subyektif yang sangat dipengaruhi oleh pandanganku terhadap pribadi pak Miftah sendiri, sebuah pendapat yang aku sendiri tidak bisa mempercayai keobyektifannya.
Ul, aku lagi ngaco dan benar-benar ngaco terkait dengan sikapnya di mts. Kamu tahu Ul saat ini aku punya keinginan untuk menjadi kepala mts dan merasa lebih baik dari pak Miftah. Ul, aku hanya berharap semoga semua tidak terjadi, aku takut jika ternyata aku benar-benar memancing di air keruh, aku khawatir jika ternyata benar bahwa apa yang aku lakukan bukan demi kebaikan tapi hanya karena aku ingin mengejar sesuatu. Aku hanya berharap ambisi yang mulai menguasai diri tidak pernah benar-benar terjadi. Semoga...
Ah...entahlah Ul, semoga yang terjadi selalu menjadi titik perjalanan terbaik menuju kesejatian. Do'akan aku ya karena aku yakin do'amu lebih diutamakan dan didengar oleh Allah daripada do'aku, karena aku yakin engkau jauh lebih dekat dengan-Nya daripada aku...
Wis sik ya, wis subuh ki....

Love you so much as always...
selalu merindumu dalam setiap tarik nafasku....