Selasa, 15 November 2016

ah....

hai Ul.....
seringkali hari-hari ini aku merasa seperti tak lagi berpegangan, limbung dalam melangkah.
aku rindu padamu.....dan kau tahu itu....entahlah benar atau salah, aku gak ngerti....
Ul, saat ragu mulai menyusup dalam relungku, ingatanku kembali padamu, dengan segala pengandaian jika...maka...
Aku ga ngerti Ul, ini mengeluh, memprotes, atau apa atas segala yang telah digariskan-Nya...
Semoga aku tidak melampaui batasku...semoga masih diperkenankan dalam saat-saat tertentu bagi kita untuk bersua, semoga....

Senin, 22 Agustus 2016

kembali engkau hadir

Hai Ul, semoga karunia senantiasa terlimpah kepadamu dari Ia yang dalam genggaman-Nya segala yang mewujud di semesta.
Terima kasih atas hadirmu di fajar ini, aku senang karena kali ini engkau hadir dengan segala senyuman dan keceriaan. Pengobat rindu, penyejuk kalbu yang sekaligus juga pembangkit rindu menggebu setelah bangunku.
Memang benar betapa mendalam cinta dan betapa menggebu rindu baru benar-benar kita rasakan saat kita berada dalam ketidak bersamaan. Sebagaimana saat kita tidak begitu menyadari ketergantungan kita pada udara sebelum udara mulai hilang dari sekitar kita.
Begitu pula dengan rindu dan cinta, saat kebersamaan masih kita nikmati, semua seakan berjalan biasa saja bahkan anugerah terbesar cinta yang berwujud kebersamaanpun seringkali tidak kita sadari sebagai sebuah anugerah.
Ul, engkau tetaplah jiwaku, penyempurna ruh sejati kemanusianku, pasangan bagi kelelakianku. Dulu, kini, dan entah sampai kapan di masa depan yang bukan wilayah kemampuanku untuk menentukan arahnya. Mungkin juga selamanya akan begitu, entah dengan cara apa dan bagaimana aku juga tak tahu.
Ul, cahaya mataku, suara bagi telingaku, keindahan jiwaku, udara nafasku, kekasih, isteri, teman, sekaligus 'musuh'ku. Segala bagiku, tak perlu kau tertawa seperti itu, engkau sudah mengenalku kan? Dan tak usah khawatir aku mensyirikkanmu dengan-Nya, kau juga tahu ini tidak seperti itu.
Ul, mencoba senantiasa aku menikmati dan mensyukuri cinta dan rindu yang ditanamkan dalam hatiku kepadamu, menikmati kebersamaan dan keterpisahan denganmu, menikmati setiap denyut menggetarkan saat detak kita bertemu atau berpisah menunggu sua entah kapan waktu.
Ul, sudah sejak lama aku tak lagi memiliki kata untuk mengungkap apa yang ada, kata hilang makna.
Ul, dalam kedekatanmu dengan Rabb, mohonkan agar perkenan mengalir untuk kita. Amin

Senin, 25 Juli 2016

Ternyata memang kami saling memberi harapan

Hai Ul, hampir saja aku berpikir bahwa mungkin aku tidak lagi akan menulis dan bercerita kepadamu. Maaf ya, ini kali pertama setelah lebih dari setahun atau dua tahun aku tidak menulis dan bercerita kepadamu.
Aku berharap dan selalu memohon kepada Ia yang seluruh kehidupan berada di tangan-Nya agar selalu berkenan menganugerahkan segala kebaikan dan kedamaian kepadamu dalam istirahat panjangmu.
Ul, hari ini aku baru menyadari satu hal bahwa ternyata aku dan Jun--entah sejak awal kami sadari atau tidak--memang saling memberi harapan, meskipun itu baru benar-benar aku sadari setelah harapan itu tidak kami ambil.
Ul, lebaran hari  8 kemarin Jun berkirim sms dan mengatakan ada yang pengin diomong. Sedikit banyak aku memang menduga bahwa apa akan diomong Jun akan terkait dengan awakmu, aku, dan Jun sendiri--yang kemudian aku sadari bahwa itu merupakan salah satu indikasi bahwa aku memang memiliki harapan untuk dapat bersama Jun--.
Dan kamu tahun kan Ul bahwa tebakanku  tidak meleset jauh, Jun memang ingin bicara tentang itu, berbicara tentang apa yang kami pikir merupakan keinginanmu bahwa kami mesti bersama dalam sebuah ikatan pernikahan untuk kemudian bersama membesarkan Lana, bahwa awakmu menginginkan Jun sebagai penggantimu sebagai isteriku dan juga sebagai ibu bagi Lana.
Ul, aku  yakin engkau tahu bahkan meski tidak aku ceritakan, dengan izin Sang Segala Maha aku yakin engkau melihat dan menyaksikan apa yang terjadi pada hari itu. Betapa Jun sangat berhati-hati untuk memulai mengatakan bahwa ia merasa menikah denganku merupakan sebuah ketidakmungkinan karena banyak yang jika dilakukan akan melukai banyak orang bahkan akan melukai diri kami sendiri.
Betapa Jun selama ini merasa sangat terbebani dengan pemahaman bahwa ia--suatu saat--mesti menikah denganku sebagai bentuk pelaksanaan dari apa yang ia anggap engkau inginkan dari kami.
Ul, kau tahu, aku juga merasakan hal yang sama. Kami sama-sama merasa bahwa pernikahan di antara kami mungkin merupakan sesuatu yang diharapkan oleh beberapa orang, namun juga merupakan hal yang tidak baik karena beberapa hal pula.
Ul, saat itu aku katakan kepada Jun bahwa ketika kami memutuskan untuk tidak menikah merupakan sebuah kesalahan, namun tidak ada yang bersalah dalam hal ini. Pernikahan memang mesti dilaksanakan atas sebagai jalan untuk menemukan kebahagiaan bukan menatap penderitaan. 
Ul, aku menerima keputusan Jun dengan lapang dada saat itu, karena menurutku itu juga merupakan keputusan terbaik bagi kami saat ini. Aku katakan kepadanya bahwa setidaknya satu masalah yang cukup mengganggu dan membebaninya sudah terselesaikan. Setidaknya pula aku juga sudah dapat memastikan bahwa saat ini harapan untuk menikah dengannya hendaknya dihilangkan, dan semoga ini menjadi awal lagi bagi kami untuk kembali berhubungan sebagai kakak dan adik, bukan lagi saling memberi harapan yang belum juga mampu kami terima secara lapang.
Ul, tak pikir setelah itu masalah selesai, tak pikir setelah itu aku akan benar-benar bisa bersikap sebagaimana sikap seorang kakak kepada adiknya, demikian pula sebaliknya. Namun Ul, sehari kemudian aku menyadari bahwa ternyata ada  sesuatu yang hilang dalam diriku.
Kau tahu Ul, bahkan dalam beberapa hari ini aku mulai merasa bahwa sebenarnya--entah dengan rela atau karena satu dan lain hal--ternyata kami telah saling memberi harapan, sehingga ketika harapan itu hilan, maka kami--dalam bentuk yang tidak sama persis--merasakan ada sesuatu yang hilang dari diri kami (aku berharap bahwa hanya aku yang merasakannya, aku berharap Jun tidak mengalami ini).
Ul, satu hal lagi yang kemudian aku sadari bahwa ternyata aku belum benar-benar melepaskanmu. Ternyata aku telah menganggapmu telah larut dan menyatu dalam diri Jun, sehingga aku mulai tidak merasakan getarmu dan berganti getar Jun. Namun ketika Jun telah memutuskan bahwa tidak mungkin kami menikah, kembali getarmu mendetak keras dalam diriku. Ternyata kembali aku temukan bahwa dalam banyak hal aku masih berharap selalu bersamamu, Maafkan aku ya.
Ul, selalu banyak hal yang ingin kuceritakan kepadamu, dan mungkin hanya padamu aku bisa bercerita. Semoga Allah senantiasa memberi kesempatan kepada kita untuk tetap saling bercerita. Maafkan aku jika mengusik ketenangan istirahatmu.
Ul, untuk Lana, tolong bantu aku membesarkan dan mendidiknya, tolong mohon perkenan Allah agar senantiasa ia memperkenankanmu untuk mendampingi Lana, biar ia pun selalu merasakan kehadiran kedua orang tuanya dalam setiap moment penting kehidupannya. Amin.

Biarlah rindu selalu menyatu dalam nafasku
biarlah kita senantiasa bersama dalam jiwa
peluk cium selalu dariku
untukmu jiwa yang dianugerahkan sebagai penyempurna jiwaku