Jumat, 08 Februari 2013

Lana dan Kesehatannya

Hai Ul, hari ini aku mulai lega karena Lana sudah kembali menemukan keceriaannya setelah empat hari uring-uringan karena kondisi badannya yang lagi tidak fit, meskipun masih menyisakan manja (biasa kan Ul jika ia habis sakit biasanya emang seperti itu kan?).

Ya Ul, malam Sabtu lalu Lana badannya panas bukan main. Meskipun masih mengikuti pola yang sama (habis Isya masih normal namun mulai sore wis mulai nglendot dan terkesan males-malesan kemudian ketika tidur mulai panas dan ketika menjelang jam 12 malam menjadi sangat panas hingga ia tidak bisa tidur lagi dan badannya menggigil serta bergetar karena menahan panas), tetap saja selalu memunculkan kekhawatiran dan ketakutan tersendiri bagiku, dan selalu saja menghadirkan hal-hal baru yang belum pernah muncul pada kondisi sebelumnya.

Ul, biasanne kan kalau Lana panas tengah malam, kemudian tak ajak keluar maka menjelang subuh panasnya mulai turun sehingga ia akan bisa istirahat (tidur) hingga pagi, wingi iku panasnya ga mau turun-turun hingga pagi sehingga langsung aku periksakan ke bidan desa. (meski di hadapan siapapun aku berusaha tenang dan mensikapi sakit Lana secara biasa tetap saja aku tidak bisa menghilangkan rasa takut dan khawatirku kalau terjadi apa-apa dengan penyakit kali ini. lagian sekarang ini kan masih musim demam berdarah, he he).

Selain itu Ul, biasanya kalau panas model kayak gitu, biasanya hanya satu malam dan ketika siang akan turun panasnya, lha kali ini bahkan sampai siang panasnya ga turun-turun bahkan obat dari bidan desa tak pikir ga ada efeknya sehingga aku berpikir untuk membelikannya obat malaria, tapi ga jadi karena mbahe sudah membelikannya sirup turun panas. Obat dari bidan tak tinggalkan dan aku beralih ke sirup itu yang meksipun tidak terlalu mengurangi panas tapi membuat Lana mulai mau bermain.

Tapi Ul, malam berikutnya kembali Lana ga bisa tidur mulai jam 12 hingga pagi hari. Aku semakin tambah khawatir jangan-jangan Lana kena gejala demam berdarah, tapi ketika ta teliti ciri-cirinya, kayake ga da ciri-ciri kena demam berdarah, ia masih mau makan dan tidak muntah, tidak ada bintik-bintik merah di kulit yang mencurigakan (kecuali bintik-bintik yang seperti orang 'dabagen', bintik-bintik yang muncul akibat suhu badan yang sangat panas).

Aku mulai berpikir jika sampai 3 hari suhu badan Lana tidak turun-turun dan jika ia mulai ga mau makan atau muntah, maka ya mau tidak mau aku akan membawanya ke rumah sakit (dan pikiran membawa Lana ke rumah sakit semakin menggelisahkanku, meskipun tetap saja aku berusaha untuk tenang di hadapan orang-orang di sekitarku).

Ul, masih ada dua hal yang akan aku lakukan sebelum hari ketiga, pertama aku akan kasih Lana paracetamol dan amoxilin (obat yang biasa aku berikan saat ia mengalami panas seperti ini namun waktu itu aku lagi kehabisan) dan jika tidak turun juga maka aku akan periksakan ke pak Wanto. Kemudian aku cari amox dan paracetamol, lalu ku minumkan ke Lana sore hari (aku berpikir jika nanti malam masih panas maka aku akan perikasakan ke pak Wanto).

Alhamdulillah Ul, suhu badan Lana mulai turun sehingga ia mulai bisa tidur tapi belum bisa senyenyak biasane. Ia ikut bangun ketika aku bangun dan maunya selalu ditemani dan dipeluk saat tidur sehingga nyaris aku tidak bisa melakukan apa-apa, but it's OK).

Senin, meskipun suhu badannya sudah turun namun Lana malah menjadi susah makan (mungkin karena pahit lidahnya sehingga ia males makan), Muncul lagi kekhawatiranku, jangan-jangan ini bagian dari model pelana kuda demam berdarah, kemudian aku periksa lagi kondisi badannya dan tidak ku temukan ciri-ciri yang menunjukkan gejala demam berdarah, aku lega. Dan sorenya aku meminta mbak Nani agar besoknya membawa Lana untuk dipijit ke mbah Warsi (tak pikir jangan-jangan Lana kelelahan dan perlu peregangan otot dan badan).

Ul, habis dipijit kondisi Lana semakin baik meskipun masih agak sudah untuk makan dan menjadi manja. Ia menjadi sangat peka ketika tidur tak tinggal (misalnya ke kamar mandi). Ia juga sangat peka ketika aku bangun untuk nyalakan laptop (tak pikir aku bisa nyambi mengerjakan beberapa hal yang terkait dengan administrasi madrasah, sehingga pekerjaan yang sudah kadung numpuk bisa mulai tak kerjakan
). Ia selalu bilang, 'Bapak ojo nyekel laptop terus tah', dan ya sudahlah akhirnya dalam seminggu ini aku ga melakukan apapun.

Dan sungguh Ul aku sangat bersyukur karena malam ini kayaknya Lana mulai kembali ke kondisi tidur nyenyaknya, meskipun tadi beberapa kali bangun pas aku bangun sehingga aku bisa menulis dan bercerita padamu, tapi kayake kini giliranku yang mesti mengambil jatahku Ul (mulai kemarin badanku terasa pegel, mata agak panas, dan pas di kelas rasane ngantuk banget). Tadi malam sudah tak kasih antangin, dan semoga hari ini aku bisa cukup beristirahat karena besok Sabtu aku ada agenda ke MTs N Wirosari untuk mengikuti acara dialog dengan dewan pendidikan.

So, dalam minggu ini pun akhirnya Lana ga berangkat sekolah dan ngajipun masih tak liburkan (kemarin aku tanya ke Lana sudah mau berangkat sekolah durung?, ia mung klesat-kleset yang berarti bahwa ia masih belum mau berangkat. (Ul, tak pikir ga pa-pa lah, sekalian ae libure seminggu, ben digunaka untuk istirahat dulu, he he).

O ya Ul, sekarang memakamkan jenazah di makam utara masjid kayake akan menjadi boleh lagi. Pada Kamis sore kemarin ada warga Jimatan yang meninggal dunia, kemudian warga bersepakat untuk memakamkan jenazahnya di makam utara masjid. Pihak keluarga ga pa-pa asal diurusi sampai akhir. Kemudian orang-orang mengambil strategi untuk mengumpulkan banyak warga di makam utara masjid saat melakukan penggalian. Ternyata juru kunci juga tidak melakukan apa-apa (mungkin ia langsung menghubungi kepolisian karena kemudian datang anggota kepolisian namun tidak mencegah atau melarang aktivitas warga tapi katanya bersama dengan pak lurah mendatangi juru kunci di ruangannya dan ga ngerti apa yang mereka bicarakan tapi yang jelas tidak ada yang mencegah proses penggalian makam tersebut). Cerita yang berkembang (entah benar entah tidak) katanya waktu pak lurah dan kapolsek Tawangharjo bertemu dengan juru kunci terjadi dialog yang menanyakan kepada pak lurah apakah beliau berani bertanggung jawab jika pemakaman di utara masjid dilakukan? kemudian di jawab pak lurah 'ya, saya bertanggung jawab', dan akhirnya pemakaman di utara masjid diperbolehkan (dalam arti tidak dicegah) tapi katanya juga memakamkan jenazah di utara masjid kembali diperbolehkan khusus untuk warga Jimatan.

Ul, tak pikir ga pa-pa lah, jika warga Jimatan sudah diperbolehkan untuk kembali memakamkan jenazah di utara masjid, maka sebentar lagi semua pasti juga akan diperbolehkan (he he)...

Ul, wis disik ya...wis subuh ki...rindu akan hadirmu semakin menjadi saat aku mulai merasakan kondisi fisik dan psikisku menurun, saat dada serasa sangat sesak untuk bernafas, kala beban pikiran begitu menekan perasaan....

Love you so much....eeemm....ah...