Senin, 22 Agustus 2016

kembali engkau hadir

Hai Ul, semoga karunia senantiasa terlimpah kepadamu dari Ia yang dalam genggaman-Nya segala yang mewujud di semesta.
Terima kasih atas hadirmu di fajar ini, aku senang karena kali ini engkau hadir dengan segala senyuman dan keceriaan. Pengobat rindu, penyejuk kalbu yang sekaligus juga pembangkit rindu menggebu setelah bangunku.
Memang benar betapa mendalam cinta dan betapa menggebu rindu baru benar-benar kita rasakan saat kita berada dalam ketidak bersamaan. Sebagaimana saat kita tidak begitu menyadari ketergantungan kita pada udara sebelum udara mulai hilang dari sekitar kita.
Begitu pula dengan rindu dan cinta, saat kebersamaan masih kita nikmati, semua seakan berjalan biasa saja bahkan anugerah terbesar cinta yang berwujud kebersamaanpun seringkali tidak kita sadari sebagai sebuah anugerah.
Ul, engkau tetaplah jiwaku, penyempurna ruh sejati kemanusianku, pasangan bagi kelelakianku. Dulu, kini, dan entah sampai kapan di masa depan yang bukan wilayah kemampuanku untuk menentukan arahnya. Mungkin juga selamanya akan begitu, entah dengan cara apa dan bagaimana aku juga tak tahu.
Ul, cahaya mataku, suara bagi telingaku, keindahan jiwaku, udara nafasku, kekasih, isteri, teman, sekaligus 'musuh'ku. Segala bagiku, tak perlu kau tertawa seperti itu, engkau sudah mengenalku kan? Dan tak usah khawatir aku mensyirikkanmu dengan-Nya, kau juga tahu ini tidak seperti itu.
Ul, mencoba senantiasa aku menikmati dan mensyukuri cinta dan rindu yang ditanamkan dalam hatiku kepadamu, menikmati kebersamaan dan keterpisahan denganmu, menikmati setiap denyut menggetarkan saat detak kita bertemu atau berpisah menunggu sua entah kapan waktu.
Ul, sudah sejak lama aku tak lagi memiliki kata untuk mengungkap apa yang ada, kata hilang makna.
Ul, dalam kedekatanmu dengan Rabb, mohonkan agar perkenan mengalir untuk kita. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar